Berita Magetan Hari Ini

Petani Tomat di Magetan Biarkan Tanamannya Membusuk, Harga Jual Tomat yang Anjlok

Harga jual tomat yang anjlok membuat petani di Desa Sidomulyo, Kecamatan Sidorejo, Kabupaten Magetan memilih tidak lakukan panen.

Penulis: Febrianto Ramadani | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM/Febrianto Ramadani
Penampakan tanaman tomat milik petani di Kecamatan Sidorejo, Magetan membusuk. Mereka memilih tidak memanennya lantaran harga jual yang anjlok 

SURYAMALANG.COM , MALANG - Harga jual tomat yang anjlok membuat petani di Desa Sidomulyo, Kecamatan Sidorejo, Kabupaten Magetan memilih tidak lakukan panen.

Mereka membiarkan tanaman tomat miliknya membusuk.

Situasi ini menjadi berat bagi para petani sehingga harus memutar otak, untuk tetap mendapatkan penghasilan.

Petani Tomat setempat, Rebianto (36), mengungkapkan, sebelum dihadapkan dengan kondisi sulit, ia bisa panen sebanyak empat kali, serta total hasil mencapai 5 ton.

"Waktu itu harga tomat masih di kisaran Rp 4.000 hingga Rp6.000 per kilogram. Namun, saat ini harga jual yang terus menurun, bahkan mencapai Rp 800 per kilogram," ujarnya, Minggu (28/7/2024).

Petani tomat di Desa Sidomulyo, Kecamatan Sidorejo, Kabupaten Magetan membiarkan hasil tanamannya membusuk karena harga jual tomat yang anjlok, Minggu (28/7/2024)
Petani tomat di Desa Sidomulyo, Kecamatan Sidorejo, Kabupaten Magetan membiarkan hasil tanamannya membusuk karena harga jual tomat yang anjlok, Minggu (28/7/2024) (SURYAMALANG.COM/Febrianto Ramadani)

Alih alih memperoleh keuntungan, Rebianto lebih memilih membiarkan tanamannya membusuk di pohon.

Jika dipaksakan panen, petani justru mengalami kerugian lebih besar.

"Tanaman tomat di lahan seluas setengah hektar milik saya, seharusnya masih bisa dipanen hingga 24 kali. Kalau diteruskan, harganya tidak sebanding dengan biaya tanam, perawatan, dan panen," ucapnya.

Kondisi serupa juga dialami Sarni (40), petani Tomat di Desa Getasanyar, Kecamatan Sidorejo yang memutuskan untuk menggantinya dengan tanaman cabai.

"Harga jual tomat yang hanya Rp 1000 per kilogram tidak laku di pasaran. Bila tanaman dipertahankan justru rugi waktu dan tenaga. Jadi ditanam yang lain cepat dapat hasil malahan," ungkap Sarni.

Menurutnya, selain cabai, puluhan hektar lahan tomat dibongkar dan diganti dengan tanaman lain seperti kol.

"Harapannya pemerintah dapat memberikan solusi, supaya harga tomat kembali stabil dan petani tidak terus merugi," pungkasnya.

 

 

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved