Nasib Mbah Rupiah Asal Jombang Suaminya Direbut Adik Kandung Kini Sebatang Kara, Harta Ludes Diambil

Nasib pilu Mbah Rupiah asal Jombang suaminya direbut adik kandung bak kisah film kini hidup sebatang kara, harta ludes diambil.

|
Canva.com/Ilustrasi/KOMPAS.COM/AHMAD DZULVIQOR
Mbah Rupiah (kanan) asal Jombang suaminya direbut adik kandung bak kisah film kini hidup sebatang kara, harta ludes diambil. 

Purnomo menceritakan, menampung nenek Rupiah setelah dihubungi warga karena ada lansia dari Pulau Jawa yang terlantar di Nunukan.

Kemudian Purnomo mempersilakan Mbah Rupiah untuk dibawa ke rumahnya, dan ditampung sementara, sembari menunggu tindak lanjut laporannya ke Dinas Sosial Nunukan.

"Waktu dibawa ke rumah, nenek Rupiah tidak bisa jalan karena habis jatuh. Jalannya ngesot. Saya panggilkan tukang urut, dua kali diurut, Alhamdulillah, sudah bisa jalan," ujar Purnomo.

Saking senang kakinya sembuh, Mbah Rupiah bisa berjalan bolak balik keluar masuk rumah sampai puluhan kali.

"Kalau pas datang pikunnya, anak-anak saya yang masih kecil sering dibentak. Dia kasih tahu anak-anak jangan main ini itu, kalau gak nurut dia pukul sapu atau benda tumpul lain. Namanya orang tua, kami maklum dan sabar," terang Purnomo.

Selain itu, tak jarang Mbah Rupiah buang air sembarangan dan air seninya tercecer di beberapa ruangan dalam rumah.

Bahkan kotorannya di closet juga tidak dibersihkan Mbah Rupiah

Kondisi tersebut cukup dikeluhan Purnomo sebab keluarganya membuka usaha menjahit.

Saat pesanan banyak dan badan lelah, Purnomo masih harus membersihkan kotoran nenek Rupiah, di samping mengurus empat anaknya.

"Saya sering nanya juga ke Dinsos. Kenapa tidak dilakukan tindakan" kata Purnomo. 

"Kami memang menampung dan membantu nenek Rupiah sebagai tanggung jawab saya karena sesama warga Jawa" lanjut Purnomo.  

"Tapi kan pemerintah seharusnya melihat ini masalah serius. Saya harap ada tindakan dari Dinsos," imbuhnya lagi.

Purnomo menegaskan, Pakuwaja sebagai komunitas warga Jawa di Nunukan, sering membantu orang-orang telantar yang berasal dari Jawa.

Terakhir tahun 2023 lalu, ada sekitar 16 orang telantar dipulangkan.

"Ada satu keluarga anaknya stunting sampai lumpuh. Kita di komunitas tidak ada kas, dan tiket Pelni harganya Rp 800.000 per orang" kata Purnomo.

Halaman
1234
Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved