LIPSUS Anak di Malang Raya Tak Sekolah

Cara Mengatasi Anak Tak Sekolah, Pengamat Pendidikan UM Bilang Perlu Dipersiapkan Mentalnya

Cara Mengatasi Anak Tidak Sekolah, Pengamat Pendidikan UM Bilang Perlu Dipersiapkan Mentalnya

|
SURYAMALANG.COM/Sylvianita Widyawati
Dr Zulkarnain MPd MSi, Ketua Departemen Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang (UM), Kamis (3/10/2024). 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Pengamat pendidikan sekaligus Ketua Departemen Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang (UM), Dr Zulkarnain MPd MSi, menjelaskan untuk menangani mengembalikan Anak Tidak Sekolah (ATS) baik ke sekolah formal dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) harus dilakukan secara persuasif.

"Caranya dengan memberi motivasi dulu untuk mempersiapkan mentalnya kembali ke sekolah," kata Zulkarnain kepada SURYAMALANG.COM, Kamis (3/7/2024).

Meski belajar di PKBM, namun proses belajarnya juga ketat. Apalagi sekarang warga belajar/siswa di PKBM juga tercatat di dapodik (data pokok pendidikan). Misalkan putus sekolah kelas 2 SMP, maka ia harus masuk PKBM di kelas 2. Ia juga harus mengikuti pembelajaranya dengan rutin.

Menurut dia, PKBM adalah salah satu alternatif yang diciptakan pemerintah dan praktisi PLS untuk belajar. Mereka yang lulus dari PKBM misalkan dari Paket C (setara SMA) juga sudah diakomodir masuk ke perguruan tinggi baik negeri dan swasta.

"Kurikulum yang dipakai di PKBM menggunakan kurikulum nasional juga. Alangkah baiknya jika di PKBM, warga belajar juga diajari keterampilan untuk life skill mereka," katanya.

Ini demi kesejahteraan mereka kelak. Sehingga ada tambahan kopetensinya. Jadi setelah lulus PKBM bisa buka usaha atau menciptakan peluang-peluang usaha. Misalkan jika masuk sekolahnya seminggu tiga kali, maka ada waktu satu kali seminggu diajari keterampilan.

"Tapi ya kembali ke PKBM-nya sih. Yang jelas, warga belajar di PKBM harus menuntaskan belajar sesuai kurikulumnya," katanya.

Ia menyebutkan jika PKBM memakai kurikulum nasional.

Maka PKBM yang ditunjuk atau mendapatkan tugas membantu menuntaskan ATS, PKBM harus melaksanakan proses pembelajaran warga belajarnya. Dan PKBM itu sudah terakreditasi serta sarana prasaranya mendukung.

Sebab ada juga PKBM berbasis teknologi informasi di mana melaksanakan pembelajaran jarak jauh karena dulu ada pandemi Covid. Tapi ada juga PKBM yang melaksanakan pembelajaran luring atau di tempat.

Dengan dibiayai pemerintah atau gratis akan program menuntaskan ATS, maka ini penting bagi calon-calon siswa atau warga belajar sebagai motivasi. Sehingga mereka tidak putus sekolah lagi.

Karena itu ia memberi saran agar dinas atau pihak terkait melakukan asessment atau menyeleksi benar mana yang memang benar ingin sekolah. Maka perlu kerjasama atau koordinasi lintas sektoral.

Bisa juga melibatkan akademisi dan praktisi PLS. Hasilnya asessment nanti diarahkan ke sekolah formal dan PKBM. Sehingga tingkat keberhasilannya tinggi dalam menyelesaikan sekolah.

Yang penting juga adalah semangat dari diri anak tersebut dan dukungan keluarga. Sedang alasan anak tidak sekolah atau tidak meneruskan pendidikan biasanya karena faktor ekonomi di keluarganya. Sehingga anak membantu ekonomi orangtuanya.

Calon warga belajar yang mau meneruskan pendidikan lanjut harus diarahkan ke PKBM terdekat rumahnya agar tidak menjadi kendala belajar.

"Pra kondisi itu lebih baik dimantapkan dulu dengan perencanaan agar memantapkan penyelesaian anak tidak sekolah," kata dia.

Dengan adanya ini, maka perlu memikirkan adanya tracer study alumni seperti di perguruan tinggi oleh lembaga pendidikan sehingga diketahui alumninya kemana lebih awal. Misalkan setelah lulus SD kemana. Begitu juga dari SMP melanjutkan ke mana.

 

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved