Survei Pilgub Jatim 2024

Survei Head to Head: Elektabilitas Khofifah-Emil Turun 10 Persen dan Risma-Gus Hans Naik 13 Persen

Survei Indopol Survei & Consulting yang menyebutkan elektabilitas Khofifah-Emil turun 10 persen, sementara elektabilitas Risma-Gus Hans naik 13 persen

SURYAMALANG.COM
Dalam simulasi head to head, paslon Khofifah-Emil vs Risma-Gus Hans bersaing ketat dengan selisih kurang lebih 12 persen. Hal itu berdasarkan hasil survei yang dirilis Indopol pada Minggu (13/10/2024). 

SURYA.co.id, SURABAYA – Pilgub Jatim 2024 makin ketat jelang 43 hari coblosan, itu setelah terlihat dari head to head Khofifah-Emil vs Risma-Gus Hans hasil survei Indopol Survei & Consulting yang dirilis pada Minggu (13/10/2024).

Hasil survei Indopol menyebutkan elektabilitas Khofifah-Emil turun 10 persen, sementara elektabilitas Risma-Gus Hans naik 13 persen jika head to head dibandingkan dengan simulasi tiga pasangan calon (paslon).

Bagaimana dengan elektabilitas pasangan Luluk-Lukman yangn diusung Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)?

Rupanya, elektabilitas pasangan berakronim LUMAN itu juga turut naik jika head to head dengan paslon mana pun.

Sayangnya, selisih elektabilitas Luluk Nur Hamidah-Lukmanul Khakim masih tertinggal jauh dari kedua pasangan Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak maupun Tri Rismaharini- Zahrul Azhar Asumta atau Gus Hans.

Hasil survei Indopol menunjukkan ketiga paslon bersaing kompetitif. Sekadar diketahui, Indopol melakukan survei pada 29 September dampai dengan 5 Oktober 2024.

Indopol menggunakan Margin of Error ± 3,4 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak
Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak (SURYAMALANG.COM/Fatimatuz Zahro)

Indopol juga menggunakan Multistage Random Sampling dengan melibatkan 800 responden.

Adapun responden sebanyak itu tersebar secara proporsional di 38 kabupaten/kota berdasarkan jumlah pemilih Pilkada Jatim Tahun 2024.

Dalam survei itu, Indopol memotret berbagai perspektif masyarakat. Termasuk terkait berbagai simulasi.

Satu di antaranya, persentase melalui simulasi dua paslon (head to head).

Dalam head to head, paslon nomor urut 2 Khofifah-Emil Dardak unggul atas paslon nomor 1, Luluk-ukmanul dengan persentase cukup lebar.

Yakni, 66,75 persen untuk Khofifah-Emil berbanding 9,38 persen untuk Luluk-Lukman.

Namun, Khofifah-Emil hanya terpaut sekitar 12 persen apabila disandingkan dengan paslon nomor urut 3, Tri Rismaharini-Zahrul Azhar Asumta atau Gus Hans.

Persentasenya, 46,38 persen untuk Khofifah-Emil berbanding 34,75 persen untuk Risma-Gus Hans.

"Kondisi ini memperlihatkan kemenangan Khofifah-Emil belum mutlak atau belum mendapatkan dukungan di atas 50 persen. Jadi, masih dinamis," kata Direktur Eksekutif Indopol Ratno Sulistiyanto dalam rilisnya, Minggu (13/10/2024).

Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur Luluk Nur Hamidah-Lukmanul Khakim berpose foto dengan mengangat jari 1 pasca resmi mendapatkan nomor urut 1, Senin (23/9/24). 
Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur Luluk Nur Hamidah-Lukmanul Khakim berpose foto dengan mengangat jari 1 pasca resmi mendapatkan nomor urut 1, Senin (23/9/24).  (SURYAMALANG.COM/Fikri Firmansyah)

Selisih akan kembali terpaut jauh ketika pasangan Risma-Gus Hans disandingkan Luluk-Lukman.

Risma-Gus Hans unggul jauh dengan memperoleh persentase 53 persen, sedangkan Luluk-Lukman memperoleh 11,13 persen.

"Pasangan Khofifah-Emil memang menang di semua simulasi head to head, namun memiliki pesaing kuat. Yakni, Risma dan Gus Hans," katanya.

Simulasi head to head tersebut menunjukkan adanya penurunan suara Khofifah-Emil apabila dilihat dengan simulasi tiga nama.

Sebab, berdasarkan survei yang sama, elektabilitas Khofifah-Emil mencapai 56,38 persen apabila menggunakan simulasi tiga nama, dengan disusul Risma-Gus Hans (21,63 persen), dan Luluk-Lukman (4,75 persen).

Kemudian, sebanyak 17,25 persen masyarakat yang belum menentukan atau masih merahasiakan pilihan.

"Ada penurunan yang cukup siginifikan terhadap Khofifah-Emil ketika simulasi tiga nama diubah menjadi 2 nama. Artinya, peta Pilkada Jawa Timur ini masih sangat dinamis," katanya.

Pasangan calon Tri Rismaharini-KH Zahrul Azhar Asumta Gus Hans mendapat nomor urut 3 dalam Pilgub Jatim 2024.
Pasangan calon Tri Rismaharini-KH Zahrul Azhar Asumta Gus Hans mendapat nomor urut 3 dalam Pilgub Jatim 2024. (SURYAMALANG.COM/Yusron)

Hasil survei Poltracking

Sebelumnya, pada September 2024, lembaga survei Poltracking merilis hasil surveinya, Jumat (20/9/2024). 

Pasangan Khofifah-Emil masih unggul dibandingkan paslon lainnya. 

 Hasil survei Poltracking Indonesia menunjukkan pasangan Khofifah-Emil Dardak unggul dibandingkan dua pasangan lain.

Pada simulasi pasangan Calon Gubernur – Wakil Gubernur Jawa Timur dengan menggunakan Surat Suara, pasangan Khofifah–Emil Dardak memperoleh angka elektabilitas 57,3 persen. 

Sedangkan di posisi kedua, ada diikuti pasangan Risma–Gus Hans memperoleh angka elektabilotas 22.7 persen.

Sedangkan pasangan Luluk–Lukmanul memperoleh elektabilitas 2.2 persen. 

Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda menegaskan bahwa survei dilakukan di awal September 2024 pasca pendaftaran Calon Gubernur–Wakil Gubernur ke KPUD Jawa Timur.

“Suvei ini dilakukan dengan menggunakan metode stratified multistage random sampling. Yang mana pengambilan data lapangan dilakukan pada tanggal 4 – 10 September 2024,” ujar Hanya Yuda.

“Pada simulasi pasangan Calon Gubernur – Wakil Gubernur Jawa Timur dengan menggunakan Surat Suara, pasangan Khofifah Indar Parawansa–Emil Elestianto Dardak memperoleh angka elektabilitas tertinggi dengan angka 57,3 persen,” imbuhnya. 

Lebih lanjut ia menegaskan, sampel pada survei ini adalah 1200 responden dengan margin of error +/- 2.9 persen pada tingkat kepercayaan 95%. 

Klaster survei menjangkau 38 kabupaten/kota di Jawa Timur secara proporsional berdasarkan data jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) 2024, sedangkan stratifikasi survei ini adalah proporsi jenis kelamin pemilih. 

“Berdasarkan Peta sebaran pemilih berdasarkan wilayah Aglomerasi - Kultural, wilayah Arek, Mataraman, Tapal Kuda, Pantura dan Madura cenderung kepada pasangan Khofifah Indar Parawansa - Emil Elestianto Dardak,” ujarnya.

Sedangkan sebaran pemilih berdasarkan dua suku terbesar di Jawa Timur yakni Suku Jawa dan Suku Madura, pemilih Suku Jawa dan Suku Madura cenderung kepada pasangan Khofifah Indar Parawansa - Emil Elestianto Dardak.

Dan jika dilihat sebaran pemilih berdasarkan kelompok umur, pemilih Generasi Z, Milenial Muda, Milenial Matang, Generasi X, Baby Boomers, dan Silent Gen cenderung kepada pasangan Khofifah Indar Parawansa – Emil Elestianto Dardak.

“Jika dilihat sebaran pemilih berdasarkan kedekatan dengan organisasi Islam Nahdlatul Ulama (NU). Pemilih yang merasa dekat dengan Nahdlatul Ulama cenderung kepada pasangan Khofifah Indar Parawansa – Emil Elestianto Dardak,” ujar Khofifah. 

Pun begitu dengan sebaran pemilih berdasarkan pemilih partai politik, pemilih PKB, Gerindra, Golkar, Demokrat, PPP, NasDem, PAN, PKS juga cenderung kepada pasangan Khofifah Indar Parawansa – Emil Elestianto Dardak. 

Sedangkan pemilih PDI Perjuangan cenderung kepada pasangan Tri Rismaharini – Zahrul Azhar Asumta. Split ticket voting terjadi di pemilih PKB.

“Nah jika dilihat Peta sebaran pemilih berdasarkan pilihan pada Pilpres 2024, pemilih Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar dan pemilih Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka cenderung kepada pasangan Khofifah- Emil. Sedangkan pemilih Ganjar Pranowo – Mahfud MD cenderung kepada pasangan Tri Rismaharini - Zahrul Azhar Asumta,” ujarnya. 

Dari hasil survei itu, Khofifah pun ikut mmeberikan tanggapan.

“Kalau saya tanggapannya, pokoknya kerja keras lahir batin dan terus waspada. Seluruh relawan seluruh pendukung sama pesannya, terus kerja keras lahir barin dan tetap waspada,” kata Khofifah saat diwawancara di kediamannya di Jemursari usai pengajian jelang pernikahan putranya. 

Khofifah menegaskan bahwa upaya memaksimalkan penyapaan, menyampaikan capaian prestasi di periode pertama, dan menyosialisasikan program pembangunan Jatim ke depan akan terus dilakukan secara kontinyu.

 Jangan sampai hasil survei yang unggul membuat terlena atau jumawa.

“Fokus, fokus, fokus. Pokoknya kerja keras lahir batin,” imbuh Khofifah lagi. 

Kata pengamat: perlu strategi kunci

Terpisah, kontestasi Pilgub Jatim 2024 menuntut para pasangan calon untuk saling melakukan upaya optimal guna memenangkan pertarungan.

Sebab dalam kancah politik, Jawa Timur dikenal sebagai medan pertarungan yang tidak mudah terlebih kepada pendatang baru.

Pengamat Politik Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Surokim Abdussalam mengibaratkan, pertarungan di Pilgub Jatim butuh 'surplus elektoral'.

Kata ini digunakan Surokim untuk menunjukkan betapa kompleksnya Pilgub Jatim 2024.

Namun dia percaya ketiga paslon punya modal untuk itu.

"Kandidat harus punya surplus elektoral yang lebih banyak. Standar saja tidak cukup," kata Surokim yang juga Wakil Rektor UTM saat berbicara dalam podcast Tribun Series Mata Lokal Jawa Timur di Studio TribunJatim Network, Kamis (10/10/2024).

Surplus dimaksud Surokim salah satunya bermakna tentang kapasitas dan latar belakang calon.

Hal ini dinilai penting mengingat kontestasi Jawa Timur menjadi atensi.

Karena Jawa Timur dikenal sebagai barometer politik nasional.

Di sisi lain, Jawa Timur punya wilayah dan jumlah pemilih yang sangat besar.

Dari sisi wilayah Jawa Timur punya 38 kabupaten/kota dengan karakteristik yang berbeda.

Adapun jumlah daftar pemilih tetap atau DPT Jawa Timur berjumlah 31.280.418 pemilih.

Hal ini menuntut ketiga pasangan calon yang menjadi kontestan untuk berupaya lebih.

"Baik Luluk-Lukman, Khofifah-Emil dan Risma-Gus Hans harus mengeluarkan jurus surplus agar bisa ditangkap oleh pemilih Jawa Timur," ujar Surokim dalam podcast yang dipandu oleh Mujib Anwar selaku Manajer Editor Online Tribun Jatim Kompas Gramedia.

Surokim yang juga peneliti Surabaya Survey Center (SSC) itu menyebut tak bisa dipungkiri jika melihat dari analisa itu, Khofifah terbilang punya surplus elektoral.

Karena statusnya sebagai petahana dan bahkan sudah mengikuti Pilgub keempat kalinya.

Pada 2018, Khofifah terpilih bersama pasangannya Emil Dardak.

Saat ini keduanya maju kembali dan diusung 14 partai politik yakni Partai Demokrat, Partai Gerindra, Partai Golkar, PAN, PSI, PPP, PKS, Partai NasDem dan Perindo.

Serta Gelora, Partai Buruh, PBB, PKN dan Partai Garuda.

Disamping itu, kelebihan lain adalah latar belakang Khofifah yang merupakan Ketua Umum Muslimat NU.

Meski begitu, Surokim menilai dua calon gubernur lain bukan tanpa peluang.

Baik Luluk maupun Risma masih punya kesempatan untuk bisa memenangkan kontestasi.

Luluk merupakan calon gubernur yang diusung oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Sedangkan Risma yang mantan Wali Kota Surabaya dan Menteri Sosial diusung dua parpol.

Yakni, PDI Perjuangan dan Partai Hanura. Surokim menyebut masih ada cukup waktu berkampanye sebelum hari coblosan 27 November mendatang.

Kuncinya adalah memahami peta.

Yakni melakukan pemetaan daerah mana yang menjadi basis maupun wilayah mana yang masih butuh digenjot lebih.

Surokim beberapa kali mengulas pentingnya hal ini sebab Jawa Timur masih kategori wilayah dengan heterogenitas yang unik.

"Kandidat yang lain harus bisa menemukan faktor-faktor surplus itu. Paling tidak menuntut kedekatan yang lebih terhadap pemilih," ungkap Surokim. (bobby koloway/yusron naufal putra)

Ikuti terus berita Pilgub Jatim di channel WhatsApp SURYAMALANG

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved