Berita Viral

Perjuangan Rezky Mahasiswa Nyambi Kerja Jadi Tukang Gali Kubur, Demi Bisa Beli Laptop Sendiri

Perjuangan Rezky mahasiswa nyambi jadi tukang gali kubur demi bisa membeli laptop sendiri menjadi perhatian. 

Penulis: Frida Anjani | Editor: Frida Anjani
Tribunnews
Perjuangan Rezky Mahasiswa Nyambi Kerja Jadi Tukang Gali Kubur, Demi Bisa Beli Laptop Sendiri 

SURYAMALANG.COM - Perjuangan Rezky mahasiswa nyambi jadi tukang gali kubur demi bisa membeli laptop sendiri menjadi perhatian. 

Di sela-sela waktu kuliah, Rezky sambil bekerja sebagai tukang gali kubur.

Ia mengaku ogah ikutan foya-foya seperti anak seumurannya.

Ya, tidak seperti mahasiswa yang memilih gaya hidup hedon, Rezky justru memilih hidup sederhana.

Rezky sendiri adalah mahasiswa semester I Program Studi (Prodi) Ilmu Adminstrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Timor.

Ia tengah menjalani kuliah sambil bekerja dengan menjadi buruh. 

Pekerjaan yang dilakoni pun unik, yakni menjadi buruh gali kuburan.

Rezky melakoni pekerjaan menjadi tukang gali kuburan sejak masih duduk di bangku SMA.

Ia bekerja menjadi buruh mengikuti suami salah satu kakaknya.

Rezky sendiri merupakan anak bungsu dari tujuh bersaudara, pasangan Mikhael Nenis dan Paulina Suni.

Kedua orang tuanya bermata pencaharian sebagai petani dan berdomisili di Maumolo, sebuah kampung kecil di pinggiran Kota Kefamenanu.

Menurutnya, kedua orang tuanya sangat senang karena bisa membantu mereka mendapatkan tambahan penghasilan dan bisa ditabung membiayai kuliahnya di Unimor.

 Rezky Rendi mahasiswa Unimor yang kuliah nyambi jadi tukang gali kubur (Unimor)
 Rezky Rendi mahasiswa Unimor yang kuliah nyambi jadi tukang gali kubur (Unimor) (Tribunnews)

Baca juga: Sopir Truk Kredit TV Rp 1 Juta Malah Ditagih Denda Rp 17 Juta Padahal Sudah Lunas, Kini Lapor Polisi

Pekerjaannya sebagai tukang gali kuburan tidak banyak diketahui oleh teman-temannya.

Baik saat masih di SMA maupun sekarang ini setelah menjadi mahasiswa.

"Saya tertarik bekerja menjadi buruh karena bisa membantu orang tua mendapatkan uang agar bisa bersekolah saat itu dan bisa kuliah di Unimor pada saat ini."

"Dari kami tujuh bersaudara, hanya saya yang bisa sampai di bangku kuliah, sedangkan keenam saudara saya hanya sebatas tamat SMA."

"Saya tidak mengikuti perilaku dan gaya hidup anak anak seumuran saya yang mungkin masih menghabiskan waktu untuk bersenang-senang saat ini," tuturnya kepada Humas Unimor di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Bijaesunan, Selasa (8/10/2024), melansir dari laman Unimor via Surya.co.id.

Masuk ke Unimor melalui jalur Seleksi Mandiri, ia memprogram lima mata kuliah dengan bobot 18 SKS untuk semester I ini.

Ia diketahui mendapatkan Hendrikus Hironimus Botha, sebagai Dosen Pembimbing Akademiknya.

"Saya bisa membagi waktu antara kuliah dan kerja. Kalau kuliah siang sampai dengan sore, paginya saya datang bekerja."

"Sedangkan kalau kuliah pagi, pada sore harinya baru saya bisa datang untuk bekerja."

"Beda saat masih SMA dulu, sekolahnya dari pagi sampai siang. Setelah keluar sekolah, saya langsung bisa bekerja membantu."

"Untuk kondisi saya saat ini sebagai seorang mahasiswa, konsentrasi saya untuk kegiatan perkuliahan tetap saya utamakan." jelasnya.

Rezky menceritakan, untuk pergi ke kampus, ia berangkat dari Maumolo dengan fasilitas motor ojek.

Kemudian ia turun di Terminal Kota Kefamenanu lalu lanjut menumpang angkutan kota untuk menuju ke kampus Unimor di bilangan KM 9 arah ke Kupang.

Untuk segala aktivitasnya pergi dan pulang ke rumah, biasanya ia menghabiskan biaya sebesar Rp20.000 setiap harinya.

"Pokoknya untuk proses perkuliahan selama ini lancar, hanya pernah absen karena hujan deras di Maumolo, sehingga ketika tiba di kampus, proses perkuliahan sudah dimulai."

"Untuk tugas-tugas perkuliahan, kadang saya agak kewalahan karena harus mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen pengampuh mata kuliah."

"Tetapi tetap saya kerjakan karena merupakan suatu kewajiban sebagai mahasiswa, " katanya.

Untuk upah pekerjaan sebagai buruh, Rezky menceritakan bahwa dari setiap kuburan yang selesai dikerjakan, dia mendapatkan upah sebesar Rp500.000,00 hingga Rp750.000,00.

Besaran ini tergantung model kubur dan tingkat kesulitan dalam proses pengerjaannya.

Upah sebesar tersebut diperoleh dalam jangka waktu satu hingga dua minggu proses pekerjaan.

Uang ini kemudian diberikan kepada ibunya untuk ditabung guna mencukupi kebutuhan keluarga dan juga untuk kebutuhan kuliahnya.

Rezky juga menambahkan bahwa ia bersyukur sekali karena rata-rata job untuk pengerjaan kuburan sekarang ini berlokasi di TPU Bijaesunan Kota Kefamenanu yang letaknya lumayan dekat dengan kampus.

Sehingga ketika mendekati jam perkuliahan, dia bisa langsung bersiap untuk menuju kampus guna mengikuti proses perkuliahan.

"Ke depannya, saya bercita-cita menjadi seorang pengusaha atau bekerja di sektor swasta."

"Saya juga tidak malu untuk melakoni pekerjaan ini, bahkan ada kebahagiaan tersendiri karena bisa membantu orang lain atau keluarga duka."

"Dari hasil pekerjaan sebagai buruh ini, saya memimpikan bisa membeli sebuah laptop untuk mendukung proses perkuliahan saya ke depan."

"Karena selama ini saya mengerjakan tugas dengan mengandalkan handphone saja," ujarnya.

Ia lalu menyiapkan tas dan perlengkapan kuliah serta mengganti pakaian yang dibawa dari rumah guna pergi mengikuti proses perkuliahan siang tadi.

Baca juga: Polemik Mayor Teddy Mundur dari TNI Usai Menjbat Sekretaris Kabinet, Alasan Tak Perlu Pensiun Diri

Profesi serupa juga dilakukan Bripka Joko Hadi Aprianto, polisi yang jadi tukang gali kubur dan dapat penghargaan dari Kapolri.

Bripka Joko Hadi Aprianto bertugas di Polsek Samarinda Ulu, Kalimantan Timur.

Bripka Joko Hadi Aprianto, yang kini berusia 37 tahun, sudah memulai pekerjaan sampingannya sebagai penggali kubur sejak duduk di bangku kelas 2 SMP.

Ia memilih untuk terus menjalankan pekerjaan sebegai tukang gali kubur meskipun ditawari kesempatan untuk melanjutkan pendidikan sebagai perwira.

Ia malah memilih untuk menggunakan hasilnya untuk membeli tanah wakaf kuburan.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo memberikan apresiasi khusus kepada Bripka Joko atas dedikasinya dalam melayani masyarakat.

Penghargaan ini disampaikan langsung oleh Kapolri dalam kunjungannya ke Samarinda, yang juga diunggah di akun Instagram pribadinya, @listyosigitprabowo, pada Selasa (10/9/2024).

 Bripka Joko mendapat apresiasi dari Kapolri Listyo Sigit atas pekerjaan mulianya yakni tukang gali kubur (Instagram/listyosigitprabowo - Tribun Sumsel)
 Bripka Joko mendapat apresiasi dari Kapolri Listyo Sigit atas pekerjaan mulianya yakni tukang gali kubur (Instagram/listyosigitprabowo - Tribun Sumsel) ()

Dalam percakapan dengan Kapolri pada Senin (9/9/2024), Bripka Joko menjelaskan bahwa awalnya pekerjaan sampingannya bertujuan untuk mendapatkan tambahan penghasilan. 

Namun seiring berjalannya waktu, ia beralih ke niat amal.

"Dulu memang untuk mencari rezeki tambahan, tetapi sekarang lebih kepada amal."

"Saya tetap membayar karyawan dan memberikan layanan gratis kepada mereka yang tidak mampu," jelasnya.

Kapolri sempat menawarkan kesempatan kepada Bripka Joko untuk melanjutkan pendidikan sebagai perwira.

Namun, Bripka Joko lebih memilih untuk memperluas lahan wakaf kuburan untuk kepentingan masyarakat.

"Saya lebih memilih menambah tanah wakaf kuburan karena kebutuhan masyarakat akan tempat pemakaman semakin meningkat," ungkapnya.

Kapolri berharap, rencana perluasan lahan tersebut bisa dibantu dan dikoordinasikan dengan pihak terkait.

Ia juga menekankan pentingnya konsistensi dalam memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat dan menjadikan Bripka Joko sebagai contoh bagi anggota Polri lainnya.

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved