Berita Viral

Rincian Uang Palsu Hampir Rp 1000 Triliun Produksi Dosen UIN Alauddin Makassar, Ada Mata Uang Korea

Rincian uang palsu hampir Rp 1000 triliun produksi dosen UIN Alauddin Makassar, ada mata uang Korea.

|
Tribun Timur/Muhammad Abdiwan
Para tersangka Andi Ibrahim (lingkaran merah). Rincian uang palsu hampir Rp 1000 triliun produksi dosen UIN Alauddin Makassar, ada mata uang Korea. 

SURYAMALANG.COM, - Terungkap rincian uang palsu hampir Rp 1000 triliun produksi dosen UIN Alauddin Makassar yang sangat mencengangkan.

Jumlah uang palsu yang fantastis itu dibuat oleh Dr. Andi Ibrahim dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Kepala UPT Perpustakaan Pusat UIN Alauddin Makassar.

Kasus besar ini melibatkan banyak orang dengan total 17 tersangka dan Andi Ibrahim sebagai bos besar. 

Fakta yang mengejutkan adalah produksi uang palsu dibuat di kampus UIN Alauddin Makassar menggunakan sebuah mesin cetak.

Baca juga: Siapa Andi Ibrahim Kepala Perpustakaan UIN Makassar? Bos Pabrik Pencetakan Uang Palsu di Area Kampus

Tidak main-main produksi uang palsu dan surat berharga palsu Andi Ibrahim cs nilainya hampir menyentuh Rp1000 triliun sebab uang pecahannya saja sudah lebih dari miliar. 

Paling besar adalah surat berharga senilai Rp 700 triliun. 

Hal itu seperti yang disampaikan Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan (Kapolda Sulsel), Irjen Pol Yudhiawan Wibisono.

“Cukup menarik barang buktinya nilainya ini triliuanan, sebentar Kepala BI akan menjelaskan lebih lanjut,” ujar Yudhiawan dalam konferensi pers di Mapolres Gowa, Kamis (19/12/2024). 

Baca juga: Seusai Demo, AMT Bongkar 3 Makam Palsu Klan Baalawi Tulungagung di Desa Sambijajar dan Desa Bolorejo

Yudhiawan lalu merinci nilai uang palsu yang sudah diedarkan oleh Andi Ibrahim cs bahkan mereka juga  memproduksi obligasi sampai mata uang Korea yakni Won. 

“Ada mata uang rupiah, Ada 556 lembar mata uang rupiah belum dipotong, ada juga mata uang korea. Ada juga 1 lembar sertifikat deposit nilainya Rp45 triliun, 1 lembar surat berharga SBN senilai 700 triliun,” terang Yudhiawan.

Kemudian, alat bukti lainnya yakni mesin cetak seharga Rp 600 juta.

“Mesinnya beli di Surabaya, dan berasal dari China,” ujarnya mengutip TribunTimur.com (grup suryamalang).

Uang Palsu Sangat Canggih

Dari hasil penyelidikan sementara pihak kepolisian, Andi membayar seorang pria berinisial AA (42) sebesar Rp 3 juta untuk membuat benang pengaman, elemen penting dalam pembuatan uang palsu.

Benang pengaman ini ditanam dalam kertas, menyerupai ciri khas uang asli yang dilengkapi hologram atau teks mikroskopis. 

Lalu pada uang resmi, fitur ini juga dapat dideteksi oleh mesin penghitung uang.

Penangkapan AA dilakukan di Kelurahan Anabannua, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.

"Peran AA dalam sindikat ini adalah membuat benang pengaman untuk uang palsu. Ia menerima upah Rp 3 juta dari Kepala Perpustakaan UIN Alauddin," ujarnya pada Rabu (18/12/2024).

Andi Ibrahim Dipecat 

Rektor UIN Alauddin Makassar Prof Hamdan Juhanis resmi memberhentikan tidak hormat Dr Andi Ibrahim sebagai Kepala Perpustakaan.

Hal itu disampaikan Prof Hamdan Juhanis dalam jumpa pers di Mapolres Gowa Kamis (19/12/2024).

"Kedua oknum yang terlibat di kampus kami langsung kami berhentikan dengan tidak hormat," kata Prof Hamdan saat jumpa pers di Polres Gowa Kamis (19/12/2024).

Baca juga: Iwan Suka Jajan di Warung Pakai Rp 100 Ribuan Baru Ternyata Uang palsu, Print Sendiri Pakai HVS

Di depan Kapolres Gowa, Prof Hamdan Juhanis mendukung langkah polisi mengusut tuntas kasus peredaran uang palsu di lingkungan kampus tersebut.

Prof Hamdan Juhanis mengungkapkan, ulah Dr Andi Ibrahim telah merusak nama baik kampus UIN Alauddin Makassar.

"Setengah mati kami membangun kampus, membangun reputasi bersama pimpinan ini hadir semua Warek 1, Warek 2, Warek 3, kepala biro, dengan sekejap dihancurkan," kata Prof Hamdan.

Total 17 Tersangka
 
Profesi 17 tersangka kasus uang palsu UIN Alauddin, beda-beda.

Tersangka pertama yang diamankan yakni Andi Ibrahim disebut-sebut bos besar dari sindikat ini.

Andi Ibrahim diamankan saat polisi menggerebek pabrik uang palsu di Perpustakaan Syekh Yusuf, Kampus II UIN Alauddin Makassar, beberapa waktu lalu.

Tersangka lainnya yang sudah diungkap identitasnya oleh pihak kepolisian yakni MB (35), TA (52), IH (42), WY (32), dan MMB (40).

Lima tersangka itu ditangkap di Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar), Senin (16/12/20240 malam yakni MB (35), TA (52), IH (42), WY (32), dan MMB (40).

MB merupakan oknum pegawai honorer UIN Makassar.

TA dan MMB merupakan Aparatur Sipil Negara (ASN) di Pemprov Sulbar.

IH bekerja sebagai penjahit pakaian, sementara WY wiraswasta.

Dari tangan para pelaku, polisi mengamankan Rp 11 juta uang palsu siap edar.

Terbaru, sudah 17 tersangka ditangkap, dimana dua di antaranya pegawai bank pelat merah.

Pembuat Benang Uang Palsu

Kasat Reskrim Polres Wajo, Iptu Alvin Aji Kurniawan, mengungkap AA ditangkap atas perannya dalam membuat benang pengaman uang palsu

Dari penangkapan itu, polisi mengamankan barang bukti berupa ponsel milik pelaku AA yang kini diserahkan ke Polres Gowa untuk penyelidikan lebih lanjut. 

Selain itu, mesin pencetak uang canggih ditemukan di area kampus UIN Alauddin Makassar, yang menguatkan dugaan keterlibatan lebih banyak pihak dalam sindikat ini.

Baca juga: Cara Iwan Cetak Uang Palsu Dipakai Belanja 1,5 Bulan, Modal Kertas HVS dan Printer hingga 5,8 Juta

Anggota Komisi III DPR RI, Rudianto Lallo, menyoroti pentingnya mengungkap aktor intelektual di balik jaringan ini.

"Kami mendesak polisi untuk mengungkap aktor intelektual dan pemodal besar di balik kejahatan ini, bukan hanya pelaku lapangan" ungkap Rudianto.

"Siapa pemodalnya, ini yang harus diungkap, bukan pelaku lapangan saja. Kalau pelaku lapangan pasti ada yang nyuruh atau kepala perpustakaannya saja," imbuhnya. 

"Atau mungkin kepala perpustakaannya saja. Mungkin ada keterbatasan biaya, ongkos. Nah, ini yang biasa biaya ini orang besar, ini yang harus diungkap," tambah Rudianto.

Pengusaha Terlibat 

Selain itu ada juga sosok ASS yang dikabarkan seorang pengusaha mempunyai peran sentral dalam kasus peredaran uang palsu tersebut.

Hal itu dibeberkan Kapolda Sulsel Irjen Pol Yudhiawan Wibisono saat konferensi pers di Mapolres Gowa, Kamis (19/12/2024) siang.

Menurut Yudhiawan, sebelum mesin pencetak uang palsu di Kampus UIN ditemukan, polisi lebih dahulu mendatangi rumah di Jl Sunu 3, Kota Makassar.

Rumah tersebut adalah milik ASS.

"Kalau kita lihat dari TKP buat cetak uang palsu, jadi di rumah saudara ASS Jl Sunu, Kota Makassar. Kemudian juga ada di Jl Yasin Limpo (UINAM), Gowa," kata Irjen Pol Yudhiawan.

Lebih lanjut dijelaskan Yudhi, mulanya produksi uang palsu tersebut berlangsung di rumah ASS, di Jl Sunu 3, Kota Makassar.

Namun, karena jumlah uang yang akan dicetak membutuhkan mesin dengan kapasitas lebih besar, akhirnya dipindahkan ke UIN.

"Awal pertama ditemukan di Jl Sunu Makassar, karena sudah mulai membutuhkan jumlah yang lebih besar maka mereka membutuhkan alat yang lebih besar. Jadi, tadinya menggunakan alat kecil," sebutnya.

Alat yang ditemukan dalam Perpustakaan UIN Alauddin, kata Yudhi dibeli seharga Rp600 juta.

Mesin cetak uang palsu yang diperkirakan berbobot dua ton itu, didatangkan langsung dari China lewat Surabaya.

"Alat besar itu senilai Rp600 juta di beli di Surabaya namun di pesan dari Cina, alat itu dimasukkan salah satu tersangka inisial AI ke dalam salah satu kampus di Gowa," bebernya.

Lebih lanjut Yudhi memaparkan, dalam kasus itu, ada tiga sosok yang mempunyai peran sentral. Salah satunya, ASS.

"Jadi mereka dibelakang 17 orang ini, perannya berbeda, tapi peran sentranya ada dari saudara AI kemudian juga saudara S, ada juga saudara ASS, ada juga yang DPO," jelas Yudhi.

Yudhi pun berjanji akan segera menangkap tiga DPO yang berlum terciduk tersebut.

"DPO ini akan kita tangkap juga dan akan tuntas nanti kita periksa," tegasnya.

Ikuti saluran SURYA MALANG di >>>>> WhatsApp 

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved