Pj Wali Kota Iwan Kurniawan Nyemplung Sungai Amprong Kota Malang, Bersihkan Sampah Selepas Banjir

Pj Wali Kota Iwan Kurniawan Nyemplung Sungai Amprong Kota Malang, Bersihkan Sampah Selepas Banjir

Penulis: Benni Indo | Editor: Eko Darmoko
SURYAMALANG.COM/Benni Indo
Kegiatan kerja bakti di Sungai Amprong, Kota Malang, Senin (30/12/2024). Dalam kerumunan tersebut, ada Pj Wali Kota Malang Iwan Kurniawan yang turut membantu membersihkan sampah. 

Sunaryo yang lahir dan tumbuh besar di Madyopuro itu berharap ada pelatihan mitigasi bencana untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akan waspada bencana.

"Saya belum pernah mendapatkan pelatihan sama sekali, tapi kalau ada itu bagus," katanya.

Banjir telah menjadi ancama tersendiri ketika hujan deras turun. Warga selalu was-was saat mengetahui volume air sungai meninggi, sedangkan banyak warga tinggal di bibir sungai.

"Banjir kemarin itu sampai setinggi dua meter dari jembatan. Jadi masuk ke rumah-rumah," katanya.

Ada 21 rumah yang dilaporkan terendam di RW 3. Rumah warga yang terendam itu telah dibersihkan oleh masayarakat. Para korban juga telah menerima bantuan bahan pokok.

"Kalau bantuan bahan pokok aman, sampai berlebihan jadinya. Tapi semoga ada pelatihan itu," harapnya.

Di tempat terpisah yang berada di Lesanpuri Gang 12, pagar jembatan jebol dihantam air banjir yang membawa material.

Pada Senin pagi, (30/12/2024) atau enam hari setelah banjir selesai, sampah masih mengapung di sekitar jembatan. Para relawan bekerja keras mengurai sampah yang mengapung itu.

Tidak jauh dari jembatan tersebut, banjir merendam lebih dari 100 rumah di Perumahan Prima Ragil Permai 7 sebelumnya. Banjir itu merupakan yang terburuk dari beberapa kejadian sebelumnya. Bahkan ada rumah yang terendam hingga 1,5 meter.

"Pasca banjir itu, keesokan harinya rumah yang berada di blok A longsor," kata Suratin, Ketua RT 9 setempat.

Isnaini, warga yang rumahnya terendam banjir juga mengharapkan adanya pelatihan mitigasi bencana kepada warga. Ketika banjir datang, Isnaini sedang berada di dalam rumah. Ia kemudian dievakuasi oleh petugas ketika ketinggian air semakin naik.

"Setinggi perut ini, ya saya jalan kaki di air saat dievaluasi," ujarnya.

Upayanya berjalan kaki cukup sulit karena arus air yang deras. Ia pun harus berpegangan pada alat bantu agar tidak hanyut.

Trauma masih menyelimuti Isnaini. Banjir kali ini betul-betul yang paling parah sepanjang ia tinggal di rumah itu sejak 2001.

Air banjir yang berwarna cokelat masuk ke dalam rumah. Perabotan rumah ikut tenggelam. TV dan kulkas rusak karena kontaminasi air. Pagi itu, prabotan yang rusak ditumpuk di depan rumah.

Halaman
123
Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved