Makan Bergizi Gratis Malang Raya

Omset Penjual di Kantin SDN Lowokwaru 3 Kota Malang Turun Karena Ada Program Makan Bergizi Gratis

Omset Penjual di Kantin SDN Lowokwaru 3 Kota Malang Turun Karena Ada Program Makan Bergizi Gratis

|
Penulis: Benni Indo | Editor: Eko Darmoko
SURYAMALANG.COM/Benni Indo
Kantin di SDN Lowokwaru 3 Kota Malang. 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Kantin di SDN Lowokwaru 3 Kota Malang tampak sepi setelah para siswa masuk ke dalam kelas pukul 10.00 WIB.

Kurnia, seorang penjual di kantin terlihat sedang menggoreng makanan.

Biasanya, ia pulang setelah jam istirahat pertama berakhir, namun kini ia harus menunggu hingga jam istirahat kedua berakhir.

Bukan tanpa alasan, ia harus menunggu jam istrahat kedua agar jualannya habis dibeli siswa.

Sejak ada program Makan Bergizi Gratis, Kurnia mengaku mengalami penurunan omset hingga 50 persen.

Di sisi lain, ia tidak bisa berbuat banyak karena program makan begizi gratis telah dicanangkan oleh pemerintah pusat.

"Ya menurun hingga 50 persen. Nasi biasanya habis sekarang sering sisa. Gorengan ini biasa habis, juga sering sisa. Ya saya makan sendiri di rumah," kata perempuan yang sudah 10 tahun lebih jualan di kantin SDN Lowokwaru 3 itu, Selasa (7/1/2025).

Kurnia berjualan gorengan tahu, ayam, dan tempe. Ia juga menjual makanan berat, termasuk susu.

Mengetahui kalau bahan-bahan yang ia jual tidak selalu habis saat ini, ia pun mulai mengurangi pasokan bahan.

"Ya supaya tidak rugi banyak." ujarnya kepada SURYAMALANG.COM.

Menurutnya, program makan bergizi gratis bagus untuk siswa, namun ia juga berharap agar pemerintah mempertimbangkan para pelaku usaha di kantin sekolah masing-masing.

Supaya omset tidak turun, Kurnia usul agar kebutuhan makan bergizi gratis itu disediakan oleh ibu-ibu yang jualan di kantin.

"Misal saya yang siapkan sayurannya, terus yang lain nasinya, ada yang menyiapkan telur. Jadi kami diberdayakan," harapnya.

Penjual yang lain, Jujuk Nuryani juga mengaku mulai mengurangi bahan yang ia jual. Biasanya ia menjual sepuluh roti, kini hanya membawa lima roti saja. Ia juga harus menunggu hingga istirahat kedua berakhir sebelum memutuskan pulang ke rumah.

"Biasanya di istirahat pertama sudah pulang, sekarang harus menunggu sampai istirahat kedua," ujarnya.

Halaman
12
Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved