Mutilasi Jasad Dalam Koper Ngawi

Kedok Perselingkuhan Pelaku Mutilasi Ngawi Bukan Suami Siri Uswatun Hasanah, 3 Tahun Berbohong

Kedok perselingkuhan pelaku mutilasi Ngawi bukan suami siri Uswatun Hasanah, 3 tahun bohong demi tinggal di kos Tulungagung.

|
Suryamalang.com/Luhur Pambudi/IST
Antok (kiri) pelaku mutilasi Ngawi bukan suami siri Uswatun Hasanah (kanan), 3 tahun bohong kedok perselingkuhan. 

SURYAMALANG.COM, - Kedok perselingkuhan pelaku mutilasi Ngawi terbongkar setelah polisi menyelidiki kasus ini dan melakukan penetapan tersangka.

Pelaku mutilasi bernama Rohmad Tri Hartanto (RTH) alias Antok (33) ternyata berbohong, pria itu bukan suami siri Uswatun Hasanah. 

Status pernikahan siri antara Antok dan Uswatun Hasanah cuma dijadikan kedok untuk menutupi perselingkuhan yang sudah terjalin selama 3 tahun. 

Uswatun Hasanah (29) adalah wanita asal Blitar yang menjadi korban mutilasi jasadnya ditemukan di dalam koper merah di dasar parit Desa Dadapan, Kendal, Ngawi, Kamis (23/1/25).

Baca juga: SOSOK Rohmad Tri Hartanto Tersangka Mutilasi, Ketua Perguruan Silat di Tulungagung dan Anggota LSM

Sedangkan Antok adalah pria asal Desa Gombang, Kecamatan Pakel, Tulungagung. 

Mengulik hubungan Antok dan Uswatun Hasanah, Direktur Ditreskrimum Polda Jatim Kombes Pol Farman mengatakan, pihaknya tidak menemukan dokumen atau surat pernyataan dalam bentuk apapun yang menandai status siri pernikahan mereka. 

Farman juga menyangsikan tersangka merupakan suami siri korban. 

Meski begitu, Farman tidak menyangkal jika tersangka adalah pacar korban. 

Status pernikahan siri itu dipakai pelaku agar hubungannya dengan Uswatun Hasanah tidak dicurigai selama tinggal di tempat kos Tulungagung.

"Untuk mengelabuhi agar ybs tidak dicurigai saat di kos-kosan (korban di Tulungagung)," ujar Farman di depan Gedung Ditreskrimum Mapolda Jatim pada Senin (27/1/2025).

Baca juga: SOSOK Uswatun Khasanah Korban Mutilasi Ngawi Tumpuan Keluarga, Jarang Mengeluh Cerita Senangnya Saja

Mengapa bisa disebut spesial karena korban dan pelaku sudah menjalin komunikasi dan hubungan selama tiga tahun. 

Bahkan, tersangka sering berkunjung dan menginap di tempat kos korban. 

Farman menyebut, tersangka selalu beralibi kepada masyarakat di sekitar kos kalau mereka sudah berstatus suami istri secara siri. 

Namun, tidak ada bukti konkret empiris mengenai status pernikahan siri mereka. 

Itu artinya, klaim pernikahan siri cuma sebatas klaim sepihak tanpa disertai bukti yang dapat dipertanggungjawabkan. 

"Dia mengaku sebagai suami sirinya. Iya (selingkuhan). Sudah kami cek apakah betul sudah dilakukan pernikahan siri, faktanya tidak ada. Sudah 3 tahun," ungkap Farman.

Di sisi lain, tersangka Antok ternyata sudah berkeluarga dan memiliki istri sah serta dikaruniai dua anak. 

Hubungan pernikahan yang sah dari tersangka masih baik-baik saja, bersatu dan tidak dalam keadaan bersengketa.

"Hasil penyelidikan kami, dia sudah punya keluarga. Istri dan anak. Kehidupan mereka, dari hasil lidik, kehidupan mereka cukup" jelas Farman.

"Status hukum pernikahan tersangka masih bersatu. Iya sah," pungkasnya. 

Pekerjaan Tersangka

Rohmad Tri Hartanto (RTH) alias Antok ditangkap Tim Jatanras Polda Jatim pada Minggu (26/1/2025).

Setelahnya diketahui tersangka bekerja sebagai anggota LSM dan juga menjabat ketua ranting kecamatan sebuah perguruan silat di Kabupaten Tulungagung.

Kemudian, tersangka juga dikenal sebagai anggota sebuah LSM di Kabupaten Tulungagung yang bergerak pada isu sosial, kemasyarakatan dan antikorupsi.

"Tersangka bergerak seolah-olah sebagai LSM di Tulungagung." kata Direktur Ditreskrimum Polda Jatim Kombes Pol Farman di depan Gedung Bidang Humas Mapolda Jatim, Senin (27/1/2025).

"Sisi lain yang baru kita ketahui, si tersangka juga merupakan salah satu ketua ranting salah satu perguruan pencak silat di Tulungagung," ujar Farman.

Sosok Korban

Sementara Uswatun Khasanah korban mutilasi ternyata tulang punggung keluarga.

Selain menghidupi kedua anaknya yang masih kecil, Uswatun Khasanah (29) juga royal kepada orang tua serta peduli dan sering membantu adiknya.

Anak pertama dari dua bersaudara itu juga tidak pernah mengeluh dan hanya cerita hal-hal yang menyenangkan saja kepada keluarga. 

Alhasil, keluarga tidak pernah tahu kesulitan hingga masalah yang dihadapi oleh korban.

Tiba-tiba saja pada Kamis (23/1/2025), jasad Uswatun Khasanah dalam kondisi tidak utuh ditemukan di dalam koper merah kawasan Desa Dadapan, Kendal, Ngawi.

Baca juga: Gelagat Korban Mutilasi Uswatun Khasanah di Hotel Kediri Sebelum Tewas, Tampil Cantik dan Mencolok

Uswatun Khasanah tinggal bersama neneknya di Desa Bence, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar.

Selain tinggal bersama nenek dari pihak ayahnya, kedua anak korban masih berusia 10 tahun (dengan suami pertama) dan satu lagi usia 7 tahun (dengan suami kedua). 

Masih di kawasan yang sama, rumah ibu kandung korban ada di Desa Sidodadi, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar.

Uswatun Khasanah pun terakhir kali bekerja di Tulungagung dan menghuni sebuah kamar kos di kawasan Jalan Panglima Sudirman.

Menceritakan sosok Uswatun Khasanah, adiknya bernama Intan mengaku sangat syok dan terpukul.

"Kakak saya ini orangnya baik. Dulu, waktu saya masih kecil, belum menikah yang merawat juga kakak saya," kata Intan dengan mata yang masih terlihat sembap ditemui di rumah ibunya Desa Sidodadi, Blitar, Minggu (26/1/2025).

Bahkan, setelah Intan menikah dan akhirnya bercerai, yang membantu keuangan Intan juga kakaknya.

Intan terakhir komunikasi melalui telepoin dengan kakaknya pada awal Januari 2025.

Waktu itu, kakaknya menanyakan kabar kepada Intan.

"Kebetulan saya kan sedang cari kerja. Saya dipecat dari tempat kerja lama di Jakarta. Lalu saya cari kerja di Solo, tidak cocok terus pindah ke Madiun," jelasnya.

Setelah itu, Intan belum pernah berkomunikasi lagi dengan kakaknya dan sekarang justru mendapat kabar kakaknya terkena musibah.

Diketahui kedua orang tua Intan dan Uswatun Khasanah sudah bercerai.

Lalu ibu kandung mereka menikah lagi dan tinggal di Desa Sidodadi, Blitar sedang ayahnya tinggal di Desa Slorok, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar.

"Waktu itu saya masih belum percaya dengan kabar soal kakak saya. Saya merasa seperti hoaks, kayak ngeprank," kata Intan.

Akhirnya, Intan percaya kakaknya benar-benar sudah meninggal seperti kabar yang diterimanya.

(Reporter/Luhur Pambudi/Samsul Hadi)

Ikuti saluran SURYA MALANG di >>>>> WhatsApp 

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved