LIPSUS Semarak Ramadan 2025 di Malang

Masjid Tertua di Kota Batu, Masjid Al-Mukhlisin Pertahankan Mihrab dan Sumber Air

Sesuai prasasti, Masjid Jami Al-Mukhlisin berdiri pada tahun 1282 Hijriah atau 1861 Masehi.

Penulis: Dya Ayu | Editor: Zainuddin
SURYAMALANG.COM/Dya Ayu
MASJID TERTUA - Masjid Jami Al-Mukhlisin merupakan masjid tertua di Kota Batu. 

SURYAMALANG.COM, BATU - Masjid Jami Al-Mukhlisin merupakan masjid tertua di Kota Batu.

Sesuai prasasti, masjid yang berada di Jalan Lahor, Dusun Macari, Desa Pesanggrahan ini berdiri pada tahun 1282 Hijriah atau 1861 Masehi.

Dari beberapa bagian masjid, cekungan mihrab termasuk bagian yang dipertahankan dan digunakan sampai sekarang.

Ketua Takmir Masjid Al-Mukhlisin, Choirul Anam mengatakan masjid ini didirikan oleh Mbah Matsari atau KH Zakaria. Tokoh yang babat alas atau bedah kerawang Dusun Macari ini merupakan murid Pangeran Diponegoro.

"Pangeran Diponegoro mengutus murid-muridnya untuk menyebar ke seluruh penjuru Jawa untuk syiar dakwah. KH Zakaria memilih Dusun Macari sebagai tempat untuk berdakwah, serta membangun masjid dan pesantren," kata Choirul Anam kepada SURYAMALANG.COM, Senin (24/2).

Sebelum haji, KH Zakaria dikenal dengan nama Mbah Matsari. Warga sekitar biasa memanggil namanya dengan Mbah Macari. Setelah haji, namanya berubah menjadi Mbah H Zakaria.

Selain berdakwah, KH Zakaria juga bertani kopi. Saat itu kebun kopi milik KH Zakaria terkenal sangat luas. Disebutkan kebun ini tersebar di Dusun Macari, Dusun Klebengan (Lesti), sampai kawasan sekitar Museum Angkut sekarang.

"Tidak jauh dari masjid ini ada Blumbang Macari. Dulu sebelum beribadah, biasanya para murid mensucikan diri di kolam tersebut. Sampai sekarang sumber air masih terjaga," terangnya.

Masjid Al-Mukhlisin telah mengalami renovasi sebanyak empat kali, yaitu pada 1950, 1975, 1996, dan 2014. Renovasi total dilakukan pada tahap ketiga atau tahun 1996.

Saat renovasi tahun 1996, warga berencana memotong pilar masjid yang terbuat dari kayu jati. Saat memotong pilar tersebut, warga menemukan seikat lidi di dalam pilar tersebut.

Tidak diketahui maksud penanaman seikat lidi di dalam pilar tersebut. Warga percaya penanaman batang lidi tersebut memiliki makna spiritual.

"Warga sepakat tiang penyangga diganti dengan pilar cor, tapi batang lidi tersebut tetap dikembalikan ke tempat semula," terangnya.

Di masjid ini juga ada roda tank peninggalan era penjajahan Belanda. Roda tank berupa lempengan besi itu terpasang berjajar sebagai tempat keset kaki di depan serambi masjid.

"Saat renovasi kedua, warga menemukan roda tank ini di bawah pondasi menara masjid. Kondisinya roda tank itu bercampur dengan bebatuan," tuturnya.

Sampai sekarang warga masih melestarikan aktivitas dakwah di masjid tersebut. Saat Ramadan, Masjid Al-Mukhlisin menggelar kajian islam, buka bersama, Salat Sarawih berjemaah, dan tadarus Al-Qur'an.

"Jelang buka puasa ada kultum. Saat buka bersama, kami menyediakan makanan dan minuman. Kemudian dilanjutkan Salat Tarawih dan tadarus," urainya.

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved