Karya Mahasiswa

Ide EcoPath Mahasiswa Untag Surabaya Raih Prestasi Dunia, Material Jalan dari Limbah Biomassa

Mereka kembangkan biopaving, material jalan berbasis bio-minyak hasil daur ulang limbah biomassa dan teknologi Microbial-Induced Calcite Precipitation

Penulis: sulvi sofiana | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM/ISTIMEWA
PRESTASI DUNIA : Dua mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Wiranti Kusuma Dewi dan Stefanus Diky Setyawan sukses meraih medali perunggu dalam kategori International Ideapaper Competition (IIC) di ajang International Ideapaper Festival (IIFEST) 2025. Mereka mengembangkan biopaving, material jalan berbasis bio-minyak hasil daur ulang limbah biomassa dan teknologi Microbial-Induced Calcite Precipitation (MICP). 

SURYAMALANG.COM, SURABAYA - Dua mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Wiranti Kusuma Dewi dan Stefanus Diky Setyawan, mencuri perhatian dunia dengan inovasi cerdas mereka di ajang International Ideapaper Festival (IIFEST) 2025. 

Lewat ide brilian bernama EcoPath, tim yang mereka bentuk sukses meraih medali perunggu dalam kategori International Ideapaper Competition (IIC).

Mereka mengembangkan biopaving, material jalan berbasis bio-minyak hasil daur ulang limbah biomassa dan teknologi Microbial-Induced Calcite Precipitation (MICP). 

“Kami percaya bahwa keberlanjutan lingkungan adalah isu yang sangat mendesak saat ini,” ujar Wiranti, Kamis (13/3/2025). 

Inovasi ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi pembangunan jalan yang lebih ramah lingkungan. 

“Kami ingin berkontribusi dengan menciptakan solusi yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga dapat digunakan secara luas untuk pembangunan infrastruktur yang lebih berkelanjutan,"ungkapnya.

Perjalanan mereka dalam mengembangkan EcoPath tidaklah mudah.

Tantangan terbesar yang mereka hadapi adalah menemukan material yang kuat dan tahan lama, tetapi tetap ramah lingkungan. 

“Kami harus melakukan banyak riset dan eksperimen untuk memastikan bahwa material yang kami gunakan memiliki ketahanan yang setara atau bahkan lebih baik dibanding material konvensional,” ungkap Wiranti.

Diky menambahkan bahwa ide ini lahir dari keprihatinannya terhadap limbah biomassa yang sering terbuang sia-sia. 

“Saya sering melihat proyek pembangunan jalan yang kurang memperhatikan dampak lingkungan. Dari situ, saya berpikir, bagaimana jika limbah biomassa yang melimpah ini bisa diolah menjadi material konstruksi yang lebih ramah lingkungan,” jelasnya.


Selain itu, aspek biaya produksi dan penerimaan masyarakat terhadap inovasi ini juga menjadi perhatian utama. 

“Juri menyarankan agar kami lebih fokus pada studi kelayakan dan analisis biaya, karena sebaik apa pun inovasi, jika tidak bisa diterapkan secara nyata, maka akan sulit berkembang,” kata Diky.

Meskipun masih dalam tahap pengembangan, inovasi ini mendapat banyak masukan berharga dari para juri. 

Salah satu saran utama adalah mempertimbangkan skala penggunaan teknologi ini, apakah bisa diterapkan secara luas atau lebih baik diuji coba dalam skala kecil terlebih dahulu.

“Kami berharap inovasi berbasis penelitian bisa terus berkembang dan benar-benar diterapkan untuk mengatasi tantangan global, khususnya di bidang keberlanjutan lingkungan. Jangan takut untuk mencoba, karena setiap langkah kecil bisa membawa perubahan besar,” kata Diky.

 

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved