Penjurusan SMA Kembali Berlaku pada 2025, Pakar dari UM Surabaya : Siswa Akan Lebih Fokus Belajar

Penjurusan SMA Kembali Berlaku pada 2025, Pakar dari UM Surabaya : Siswa Akan Lebih Fokus Belajar

Penulis: sulvi sofiana | Editor: Eko Darmoko
SURYAMALANG.COM/Sulvi Sofiana
PAKAR PENDIDIKAN - Pakar Pendidikan Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, Achmad Hidayatullah, menjelaskan dengan adanya jurusan, siswa tidak akan terbebani dengan materi yang tidak relevan dengan minat mereka. 

SURYAMALANG.COM, SURABAYA - Mulai tahun ajaran 2025/2026, pemerintah resmi mengembalikan sistem penjurusan di tingkat SMA.

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti memastikan, jurusan IPA, IPS, dan Bahasa akan dihidupkan kembali, menggantikan model fleksibel Kurikulum Merdeka yang selama ini diterapkan.

Menanggapi kebijakan ini, Pakar Pendidikan dari Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya Achmad Hidayatullah PhD, menilai langkah tersebut sebagai keputusan yang tepat.

Karena pemisahan jurusan justru akan mendorong siswa untuk lebih fokus dalam belajar dan membuat proses pendidikan menjadi lebih efisien.

“Dengan adanya jurusan, siswa tidak akan terbebani dengan materi yang tidak relevan dengan minat mereka."

"Ini membuat mereka lebih siap melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sesuai pilihan bidangnya,” jelas Dayat, sapaan Achmad Hidayatullah, kepada SURYAMALANG.COM, Senin (14/4/2025).

Terkait kekhawatiran bahwa penjurusan dapat mempersempit wawasan siswa, Dayat menegaskan hal itu tidak akan terjadi.

Ia mencontohkan, siswa IPS tetap akan belajar matematika sesuai proporsinya, begitu juga siswa IPA tetap mendapatkan materi ilmu sosial dalam kadar yang pas.

Dayat, yang merupakan lulusan Doctoral School of Education University of Szeged, menilai sistem tanpa jurusan justru merugikan siswa.

Ia menyebut siswa menjadi terlalu banyak mempelajari mata pelajaran yang tidak semuanya relevan, sehingga melemahkan penguasaan terhadap bidang yang benar-benar mereka minati.

“Kalau dibiarkan, dampaknya peminat jurusan matematika, fisika, kimia, atau biologi di perguruan tinggi terus menurun,” tambahnya.

Namun, Dayat menekankan jika sekolah dan guru harus aktif menghapus stigma bahwa jurusan IPA lebih bergengsi dibandingkan IPS atau Bahasa.

“Dalam kerangka teori kognitif sosial, guru berperan besar membangun rasa percaya diri siswa di setiap jurusan."

"Tidak boleh ada lagi anggapan jurusan tertentu lebih baik dari yang lain,” pungkasnya.

 

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved