Korban Pemusnahan Bom di Garut

Nasib Endang Baru Pertama Kali Kerja Jadi Sopir Bahan Peledak, Tewas Saat Pemusnahan Amunisi Garut

Pilu nasib Endang baru pertama kali kerja jadi sopir bahan peledak saat tragedi ledakan amunisi di Garut, Senin (13/5/2025). 

Penulis: Frida Anjani | Editor: Frida Anjani
Tribunnews
KORBAN TEWAS - Belasan orang dilaporkan menjadi korban saat pemusnahan peluru atau bahan ledak kedaluwarsa di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Senin (12/5/2025). Endang salah satu korban tyernyata baru pertama kerja jadi sopir bahan peledak kedaluwarsa yang dimusnahkan di Garut. 

SURYAMALANG.COM - Pilu nasib Endang baru pertama kali kerja jadi sopir bahan peledak saat tragedi ledakan amunisi di Garut, Senin (13/5/2025). 

Endang Rahmat, warga sipil menjadi korban tragedi pemusnahan amunisi kedaluwarsa yang terjadi di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut.

Pria berusia 43 tahun itu adalah satu dari 13 korban meninggal dunia dalam peristiwa pemusnahan bom kedaluwarsa tersebut.

Lantas, siapakah sosoknya?

Sosok Endang Rahmat

Endang adalah korban tewas yang berasal dari Kampung Ciudian, Desa Ciudian, Kecamatan Singajaya, Kabupaten Garut.

Sebelumnya, Endang hanya bekerja sebagai pekerja proyek.

Ia baru pertama kali menjadi pegawai pada pemusnahan amunisi tersebut.

Adapun Endang bertugas sebagai sopir yang mengangkut bahan peledak kedaluwarsa yang akan dimusnahkan.

Selama bekerja sebagai sopir pengangkut bahan peledak kedaluwarsa, Endang sudah 38 hari belum pulang.

Hal itu karena jarak rumah ke lokasi kerjanya sangat jauh, bisa memakan waktu tiga jam.

Endang meninggalkan satu istri dan tiga anak.

Istri Endang, Dede: Harusnya Pulang Hari ini, Ternyata Pulang Selamanya

Dede (38) mengaku tidak menyangka suaminya menjadi korban tewas saat proses pemusnahan amunisi.

"Suami saya itu diajak sama bos buat kerja nurunin bahan peledak sebagai sopir dan baru ikut kerja pertama sebulan ini. Bahkan pesangon pun belum dibayar," ucap Dede, Senin (12/5/2025) malam mengutip Tribun Jabar.

Dede mengatakan, seharusnya sang suami pulang ke rumah kemarin.

"Hari ini peledakan terakhir, harusnya pulang hari ini, ternyata pulang selamanya," ucap Dede sambil menahan rasa sedih.

Tak hanya itu, Dede pun sempat akan menemui suaminya ke lokasi kerjanya tapi tidak diperbolehkan karena pekerjaannya akan selesai.

"Hari Sabtu saya sempat mau ke situ, tapi enggak boleh. Selama bekerja, suami saya tinggal di mes di lokasi kejadian," ungkapnya.

Rasa sedih Dede pun semakin menjadi ketika anak bungsunya yang masih berumur 3,5 tahun selalu menanyakan bapaknya. Sebelumnya, Endang selalu menelepon anaknya itu sebelum berangkat kerja.

"Malahan anak bungsu saya bilang, 'Kok suara ayah engga ada hari ini'. Biasanya suka telepon dan video call anak sebelum kerja," ucapnya.

KORBAN AMUNISI KEDALUWARSA - Foto diduga sumur tempat pemusnahan amunisi di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Garut, Senin (12/5/2025). Pemusnahan bom tak layak pakai di lokasi tersebut menewaskan 13 orang. Satu korban bernama endang pamit ke keluarga pergi bekerja ke proyek bukan ke lokasi pemusnahan amunisi.
KORBAN AMUNISI KEDALUWARSA - Foto diduga sumur tempat pemusnahan amunisi di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Garut, Senin (12/5/2025). Pemusnahan bom tak layak pakai di lokasi tersebut menewaskan 13 orang. Satu korban bernama endang pamit ke keluarga pergi bekerja ke proyek bukan ke lokasi pemusnahan amunisi. (ISTIMEWA/Tribunnews)

Dede mengatakan, suaminya terakhir telepon pada Minggu sehari sebelum kejadian yang menimpa dirinya bersama pekerja lain.

"Belum sempat komunikasi saat kejadian. Biasanya suka telepon atau video call, dan suka bilang ke anak bungsu kalau ayah lagi ngumpet mau ada peledakan," ungkap Dede.

Di matanya, Endang merupakan sosok periang dan sangat dekat anak ketika berkumpul di rumah.

"Suami itu multitalent banget, segala bisa, nyanyi hayu, ngaji hayu, pokoknya kerja apa mau. Enggak pernah bilang engga bisa. Tapi saya masih enggak nyangka, serasa mimpi saja," kata Dede.

Ia pun kerap mengingatkan suaminya ketika hendak pergi bekerja mengangkut bahan peledak ke lokasi pemusnahan.

"Saya suka ngingetin ke suami saya, 'Kalau lagi terjun baca doa'. Dan biasanya (bekerja di) proyek rumah. Enggak pernah kerja kayak sekarang," tuturnya.

Dede berharap suaminya cepat dibawa pulang dan ada tanggung jawab dari pihak TNI buat anak-anak karena masih membutuhkan biaya sekolah.

Soal pemulung serpihan besi amunisi, ia menegaskan suaminya bukan pemulung tapi bekerja sebagai sopir angkut barang dan dibayar harian.

"Selama bekerja selama sebulan lebih belum dibayar dan terakhir kegiatan mau dibayar, dan ini baru pertama kali dalam sejarah suami saya kerja di sini," ucap Dede.

Berikut nama korban tewas ledakan bom di Garut Selatan.

Kolonel Cpl Antonius Hermawan, ST., MM.
Mayor Cpl Anda Rohanda
Kopda Eri Triambodo
Pratu Aprio Seriawan
Agus Bin Kasmin
Ipan Bin Obur
Anwar Bin Inon
Iyus Ibing Bin Inon
Iyus Rizal Bin Saepuloh
Toto
Dadang
Rustiawan
Endang

Kronologi kejadian

Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat, Brigjen Wahyu Yudhayana menjelaskan kronologis kejadian yang menewaskan 13 orang.

Ke-13 orang tewas itu terdiri dari empat anggota TNI dan 9 orang warga sipil.

Mereka tewas terkena ledakan amunisi dalam kegiatan pemusnahan bom atau pemusnahan amunisi tak layak pakai di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Garut, Senin (12/5/2025).

Menurut Brigjen Wahyu, tim penyusun amunisi dari TNI sudah melaksanakan pengecekan personel dan lokasi hingga dinyatakan aman untuk dilakukan pemusnahan.

"Tim penyusun amunisi ini menyiapkan dua lubang sumur, lalu tim pengamanan masuk dan dinyatakan aman hingga dilakukan peledakan di dua sumur tadi," katanya

Kemudian, tim juga menyiapkan satu lubang di luar dua sumur tadi untuk menghancurkan sisa detonator yang ada.

"Nah, saat tim penyusun tim amunisi menyusun amunisi aktif yang tak layak pakai di lubang itu, tiba-tiba terjadi ledakan hingga akibatkan 13 orang meninggal dunia karena ledakan," ujarnya.

Berkaitan 9 korban warga sipil yang meninggal, Kadispenad menyebut seluruhnya sudah dievakuasi ke RSUD Pameungpeuk Garut untuk dilakukan tindakan selanjutnya.

Saat ini, karanya, upaya yang dilakukan ialah berkoordinasi dengan aparat terkait untuk mengamankan lokasi ledakan sampai aman bagi warga.

"Lokasi disterilkan petugas khawatir masih ada beberapa bahan bahaya yang perlu diamankan. Soal penyebabnya masih dilakukan penyidikan oleh TNI AD, termasuk korban sipil," katanya.

Lahan yang dipergunakan untuk memusnahkan amunisi tak layak ini merupakan lahan milik BBKSDA Garut yang memang rutin dilakukan dan lokasinya jauh dari pemukiman warga.

"Kami segenap keluarga besar TNI berbela sungkawa. TNI yang menjadi korban musibah ini merupakan prajurit yang miliki dedikasi tinggi dan kami juga duka cita atas meninggalnya warga sipil," ujarnya.

 

Ikuti saluran SURYA MALANG di >>>>> WhatsApp 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved