Korban Pemusnahan Bom di Garut
Terungkap Upah Warga Bantu TNI Memusnahkan Bom di Garut, Dedi Mulyadi Diam: Bekerja, Kuli?
Terungkap upah warga bantu TNI AD memusnahkan bom di Garut Selatan, bukan memulung, Dedi Mulyadi diam: bekerja, kuli?
Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Sarah Elnyora Rumaropen
SURYAMALANG.COM, - Terungkap upah warga bantu TNI memusnahkan bom kadaluwarsa di Garut Selatan setelah seorang pekerja menceritakan profesinya selama ini.
Profesi sebagai pekerja lepas atau kuli bayaran membantu TNI menjinakkan amunisi tidak layak pakai benar-benar ada.
Hal itulah yang melatarbelakangi tragedi pemusnahan amunisi hingga menewaskan 13 orang korban jiwa, terdiri dari empat prajurit TNI AD serta sembilan orang warga sipil.
Sempat muncul pertanyaan kenapa ada warga sipil di lokasi pemusnahan bom kadaluwarsa, sampai mereka disebut-sebut berebut mengumpulkan selongsong untuk dijual kembali.
Baca juga: Teriak Histeris, Ilmansyah Saksi Pemusnahan Bom di Garut Kakaknya Tiba-tiba Hilang, Jalan Ketakutan
Pihak keluarga dan aparatur desa membantah warga yang menjadi korban memulung sebab mereka para korban sudah biasa membantu TNI untuk memusnahkan amunisi.
Simpang-siur soal keterlibatan warga ini lantas terjawab setelah seorang warga bernama Agus mengungkap adanya profesi sebagai pekerja lepas atau kuli bayaran.
Cerita tersebut disampaikan Agus secara langsung kepada Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi guna meluruskan kabar soal para korban tewas dalam ledakan karena nekat memulung bekas amunisi.
Agus mengakui, ia pun termasuk salah satu pekerja yang membantu TNI di lokasi pemusnahan amunisi tersebut. Namun saat tragedi terjadi, Ia tidak ada di Tempat Kejadian Perkara (TKP).
Kepada Dedi Mulyadi, Agus menceritakan profesi warga dalam membantu TNI memereteli selongsong amunisi dan peluru.
Bahkan kata Agus, ia sering pergi ke beberapa daerah untuk melakoni pekerjaannya itu.
"Bapak sudah punya keahlian, sudah pergi kemana-mana?" tanya Dedi Mulyadi mengutip siaran langsung di Facebook Tribun Jabar (grup suryamalang), Selasa (13/5/2025).
"Saya pernah ke Makassar, mkk buat peluru senjata, peluru kecil," jelas Agus.
"Buka selongsong?" tanya Dedi Mulyadi lagi.
"Iya," imbuh Agus.
Baca juga: Tingkah Iseng Rafathar Mengadu ke Dedi Mulyadi, Nagita Main HP Malas Mandi, Kirim ke Barak Militer
Penasaran, Dedi Mulyadi bertanya detail pekerjaan memereteli amunisi yang dilakoni warga, termasuk soal bayaran dari TNI untuk warga.
"Selama ini selongsong-selongsong besinya dikemanain?" tanya Dedi Mulyadi.
"Enggak tahu bapak itu mah, yang penting saya cuma menjinakan," kata Agus.
Agus mengaku, menerima upah Rp150-Rp200 ribu dari TNI.
"Bapak diupah sehari Rp150 ribu. Tiap hari itu kerjanya?" tanya Dedi Mulyadi lagi.
"Enggak lama pak, paling lama 15 hari," papar Agus.
"Sebulan (kerja) 15 hari?" tanya Dedi Mulyadi.
"Maksudnya tiap kesatuan, yang sekarang kesatuan dari Jakarta, itunya (kerjanya) 15 hari, kadang enggak sampai 15 hari," jawab Agus.
Mendengar hal tersebut, Dedi Mulyadi sempat terdiam.
Terkait dengan keahlian membongkar selongsong peluru, Agus mengaku tidak punya bukti sertifikasi.
"Posisi bapak bukan mulung, bukan berburu besi bekas? bukan berburu selongsong?" tanya Dedi Mulyadi.
"Bukan bapak," beber Agus.
"Posisi di situ bekerja, kuli dengan upah sehari Rp150 sampai Rp200 ribu, yang dapat gaji Rp200 siapa?" tanya Dedi Mulyadi lagi.
"Almarhum pak Iyus, sesepuh," jawab Agus.
Meski ada yang membantu TNI memereteli amunisi, ada juga yang bekerja mengumpulkan serpihan peluru pasca-diledakkan dan hasilnya akan dijual.
"Kan di sana bukan posisi mulung tapi posisi kerja. Pertanyaannya di antara ini suka bawa besi dijual enggak?" tanya Dedi Mulyadi.
"Dijual bapak," terang Agus.
"Berarti suka mulung juga," imbuh Dedi Mulyadi.
"Iya, di luar (gaji Rp150 ribu) buat tambahan. Dapat kadang Rp50 ribu kadang Rp100 ribu," ujar Agus.
"Dijualnya kemana?" tanya Dedi Mulyadi.
"Ada pengepulnya," kata Agus.
Klaim Warga Amunisi Akan Direndam Air Laut
Seperti diketahui, ledakan amunisi kedaluwarsa terjadi di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Seorang warga mengklaim amunisi kedaluwarsa yang meledak sebenarnya akan direndam dengan air laut.
Klaim itu disampaikan oleh warga saat Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi menemui korban selamat di RSUD Pameungpeuk di Garut pada hari Selasa, (13/5/2025).
Saat itu, Dedi Mulyadi berbincang dengan seorang pria yang bekerja membantu penanganan amunisi dan mengaku sudah belajar secara autodidak.
Menurut pria itu, selama 10 terakhir belum pernah ada peristiwa seperti ini.
“Baru kali ini. Itu juga mungkin kalau dilihat dari fisik, Pak, sudah yakin itu enggak bakalan meledak, Pak,” kata pria tersebut dikutip dari tayangan KompasTV (grup suryamalang).
Dedi Mulyadi lalu bertanya kepada korban mengenai benda yang diledakkan.
“Detonator. Sebenarnya itu bukan diledakkan, Pak. Itu (amunisi) mau direndam sama air laut. Air laut kalau kena besi cepat karat, cepat busuk. Kemungkinan, feeling saya, kemungkinan gitu,” kata pria itu untuk menjawab pertanyaan sang Gubernur.
“Karena kalau diledakkan, habis semua. Bandel” jelas pria tersebut.
Baca juga: Pesan Dedi Mulyadi Tragedi Pemusnahan Bom di Garut, Sumur Ketiga Tiba-tiba Meledak 13 Orang Tewas
Warga itu mengatakan, rencananya amunisi akan direndam di dalam drum yang diisi dengan air laut. Ia mengklaim amunisi yang meledak tersebut belum sempat direndam air laut.
“Tapi di sananya sudah direndam. Enggak tahu pakai pupuk. Enggak tahu pakai apa. Dibuang dulu di sana. Yang rendamannya dibuang dibawa ke lokasi,” kata pria tersebut.
Dedi Mulyadi kemudian bertanya apakah hal itu aman.
“Aman itu. Aman,” jawab pria itu.
“Yang direndam ada dua jenis. Kalau plus air laut, otomatis jangankan besi tipis, besi tebal juga habis. Yang kedua, saya dengar dari teman, katanya pakai pupuk. Saya enggak sempat nanya sama adik saya” terangnya lagi.
Pria itu mengklaim menjadi salah satu orang yang sering mengerjakan hal tersebut.
Sementara itu, Ilmansyah (26), salah satu korban selamat, juga menyinggung tentang air laut.
Ketika ditemui di rumahnya pada hari Selasa, Ilmansyah mengaku selamat karena diminta mengambil air laut saat ledakan terjadi.
Air laut itu digunakan untuk mengisi tandon air di sekitar lokasi.
"Waktu kejadian saya disuruh ambil air ke laut, kakak saya masih terlihat waktu itu, tapi tiba-tiba ada ledakan" kata Ilmansyah.
"Saya berteriak 'A Iyus di mana, A Iyus di mana,'" lanjutnya memanggil nama sang kakak yang tewas menjadi korban.
Ilmansyah berhasil selamat, tetapi kakaknya tewas dalam ledakan itu.
(TribunSumsel.com/Tribunnews.com)
Ikuti saluran SURYA MALANG di >>>>> WhatsApp
bom kedaluwarsa
pemusnahan bom Garut
pemusnahan bom
Dedi Mulyadi
TNI AD
Garut Selatan
Garut
suryamalang
Kisah Kolonel Cpl Antonius Korban Ledakan Amunisi Garut, 14 Tahun Tunggu Anak Kini Pergi Tanpa Pamit |
![]() |
---|
FAKTA TERBARU Tragedi Ledakan Amunisi Kedaluwarsa di Garut: 25 Anggota TNI dan 21 Saksi Diperiksa |
![]() |
---|
IMBAS Ledakan Bom Garut, Dedi Mulyadi Melarang Warga Sipil Terlibat Pemusnahan Amunisi Kedaluarsa |
![]() |
---|
Ledakan di Garut Bukan dari Amunisi, Cerita Versi TNI dan Warga Korban Selamat, Lubang Ketiga Utuh |
![]() |
---|
SEKEJAP Anjas Selamat dari Ledakan Bom Garut, Tulang dan Daging Korban Tewas Nempel di Punggungnya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.