Korban Pemusnahan Bom di Garut
IMBAS Ledakan Bom Garut, Dedi Mulyadi Melarang Warga Sipil Terlibat Pemusnahan Amunisi Kedaluarsa
Imbas dari tragedi ledakan bom Garut, Gubernur Jabar Dedi Mulyadi melarang warga sipil terlibat lagi dalam pemusnahan amunisi kedaluarsa milik TNI.
SURYAMALANG.COM | PURWAKARTA - Imbas dari tragedi ledakan bom Garut, Gubernur Jabar Dedi Mulyadi melarang warga sipil terlibat lagi dalam pemusnahan amunisi kedaluarsa milik TNI.
Sekdar diketahui, ledakan bom di Kabupaten Garut itu menewaskan sembilan pekerja dari sipil dan empat anggota TNI.
Mereka tewas seketika saat amunisi kedaluarsa meledak terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam lubang peledakan dalam tanah.
Lokasi pemusnahan amunisi kedaluwarsa milik TNI dilakukan di Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Jawa Barat, Senin (12/5/2025).
Adanya korban dari warga sipil tersebut membuat Dedi Mulyadi memberikan tanggapan dari tragedi ledakan bom Garut itu.
Dedi Mulyadi mengatakan salah satu korban ledakan merupakan warga sipil yang telah bekerja membantu anggota TNI di lokasi tersebut selama satu dekade.
“Mereka bekerja membantu teman-teman anggota TNI di sana. Soal boleh atau tidaknya, itu kewenangan Mabes TNI untuk menjelaskan,” beber Dedi Mulyadi saat ditemui awak media di SMA Negeri 2 Purwakarta, Rabu (14/5/2025).
Dedi Mulyadi mengatakan saat ini fokus penanganan sosial bagi para korban dan keluarga terdampak.
Ia menegaskan, ke depan pelibatan warga sipil dalam aktivitas berisiko tinggi seperti itu harus dievaluasi serius.
Baca juga: SEKEJAP Anjas Selamat dari Ledakan Bom Garut, Tulang dan Daging Korban Tewas Nempel di Punggungnya
“Kalau saya, sebaiknya warga sipil tidak lagi dilibatkan dalam kegiatan seperti itu. Risikonya terlalu tinggi, dan mereka bukan orang yang terlatih,” pesan Dedi Mulyadi.
Dedi Mulyadi juga mengatakan meski warga sipil tersebut mengklaim telah terlatih, pekerjaan seperti penanganan amunisi jelas berada di luar tanggung jawab sipil.
“Pekerjaan itu berada di ranah militer, bukan sipil,” tegas Dedi Mulyadi.
Menurut kesaksian pegawai yang selamat, Ilmansyah dan Anjas Rahayu, mereka sudah lama bekerja sama dengan TNI dalam pemusnahan amunisi kedaluarsa.
Sebelumnya, Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen Kristomei Sianturi menuturkan, keberadaan warga sipil di sekitar lokasi peledakan amunisi sudah biasa terjadi.
Ia mengatakan, warga biasanya mengumpulkan serpihan logam, tembaga, atau sisa material yang telah musnah.
Baca juga: Terungkap Upah Warga Bantu TNI Memusnahkan Bom di Garut, Dedi Mulyadi Diam: Bekerja, Kuli?
"Memang biasanya apabila selesai peledakan, masyarakat datang untuk ambil sisa-sisa ledakan tadi. Apakah serpihan-serpihan logamnya yang dikumpulkan, kemudian tembaga, atau besi, yang memang bekas dari granat, mortir, itu yang biasanya masyarakat ambil logam tersebut," kata Kristomei, Senin (12/5/2025).
Pernyataan serupa disampaikan oleh mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI (Purn) Dudung Abdurachman.
Penasihat Khusus Presiden Urusan Pertahanan Nasional ini mengatakan, warga sering datang ke lokasi latihan militer untuk mencari selongsongan, untuk kemudian dijual ke masyarakat.
"Iya, memang saya mendengar, dan saya sering juga di daerah latihan itu, warga itu pasti memanfaatkan kalau kita latihan nembak, itu kan selongsong-selongsong itu kan kuningan, itu kan bisa dijual oleh mereka," ujar Dudung, Selasa (13/5/2025), dikutip dari Kompas.com.
Namun, Dudung menilai, persoalan ini harus segera ditertibkan.
Baca juga: Kami Ambil Alih Dedi Mulyadi Tanggung Biaya Anak Korban Pemusnahan Bom di Garut, Segini per-Orang
Masyarakat tidak boleh lagi dilibatkan dalam proses pemusnahan amunisi, yang selama ini menurutnya, dilibatkan dalam proses penggalian lubang untuk meledakkan.
Bantahan warga
Tak mau disalahkan, aparat Desa Sagara, Doni David membantah kabar warga sipil yang menjadi korban ledakan pemusnahan amunisi kedaluwarsa di Garut adalah yang suka memulung logam bekas.
Doni David mengaku tidak terima bahwa warganya disebut pemulung.
"Kami dari pemerintahan desa tidak menerima warga kami dianggap memulung," kata Doni David, kepada Tribunjabar.id, Selasa (13/5/2025).
"Tidak mungkin memulung karena lokasi tersebut dijaga ketat. Apalagi saat kejadian kan anggota TNI juga jadi korban," lanjut dia.
Doni menjelaskan, warganya selama ini memang mendapatkan kepercayaan dari TNI untuk membantu proses pemusnahan amunisi.
"Masyarakat memang dilibatkan dalam proses itu, bukan hanya menggali lubang, tapi dari mulai memilah hingga menyusun," ujar Doni.
Selain itu, keluarga korban juga membantah pernyataan yang beredar.
Agus (55), kakak kandung Rustiwan yang menjadi korban tewas dalam tragedi tersebut, mengatakan adiknya bukanlah pemulung atau pencari sisa logam.
Sudah 10 tahun terakhir Rustiwan membantu TNI dalam pemusnahan amunisi kedaluwarsa. Tak hanya di Garut, Rustiwan juga membantu proses pemusnahan di Yogyakarta maupun daerah lainnya.
"Saya sebagai keluarga tak terima kalau adik saya disebut pemulung besi saat kejadian ledakan. Adik saya sudah 10 tahun kerja ke TNI bantu pemusnahan amunisi," ungkap Agus saat ditemui di Kamar Mayat RSUD Pameumpeuk, Garut, pada Selasa (13/5/2025).
Agus menyampaikan hal itu saat berbincang dengan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang datang menjenguk keluarga korban di rumah sakit.
Dedi Mulyadi pun menegaskan bahwa kejadian ini adalah kecelakaan kerja, bukan insiden yang melibatkan warga yang tengah memulung rongsokan besi bekas amunisi.
"Ini berarti kecelakaan kerja, bukan seperti yang diinformasikan bahwa korban adalah warga yang sedang membawa rongsokan bekas amunisi. Mereka bekerja ternyata membantu TNI," kata Dedi.
Pengakuan serupa juga disampaikan oleh anak Rustiawan yang menangis di hadapan Dedi Mulyadi.
Ia tidak terima muncul narasi bahwa warga sipil yang menjadi korban adalah para pemulung logam bekas ledakan.
"Saya meminta pertanggungjawaban mungkin, karena bapak saya di situ bukan seperti orang-orang pikirin," ucapnya terisak, dilansir dari YouTube KANG DEDI MULYADI CHANNEL, Selasa (13/5/2025).
"Bapak saya di situ kerja sama tentara," lanjut dia.
Perempuan tersebut pun mengatakan, ia tahu bahwa ayahnya telah bekerja bersama tentara ke berbagai tempat.
"Saya tahu dari zaman saya sekolah, sudah lama. Bapak saya udah ke Manado, Makassar, Bali, Jakarta, saya tahu," tutur dia.
Ia juga tidak terima dengan narasi di media sosial yang menyebut ayahnya menyelonong masuk tanpa izin ke kawasan pemusnahan amunisi.
"Katanya banyak orang yang bilang, bapak saya ke situ nyelonon, ngelawan TNI, itu enggak," ungkap dia.
Dalam kesempatan tersebut, Dedi Mulyadi pun berjanji menanggung biaya hidup dan pendidikan anak-anak korban yang meninggal dalam ledakan amunisi tersebut.
"Seluruh anak-anak dari korban sampai perguruan tinggi, saya yang urus," ungkap Dedi Mulyadi.
"Dan nanti saya menyampaikan Rp50 juta per keluarga," lanjut dia.
Kronologi Kejadian
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat, Brigjen Wahyu Yudhayana menjelaskan kronologis kejadian yang menewaskan 13 orang.
Menurut Brigjen Wahyu, tim penyusun amunisi dari TNI sudah melaksanakan pengecekan personel dan lokasi hingga dinyatakan aman untuk dilakukan pemusnahan.
"Tim penyusun amunisi ini menyiapkan dua lubang sumur, lalu tim pengamanan masuk dan dinyatakan aman hingga dilakukan peledakan di dua sumur tadi," katanya
Kemudian, tim juga menyiapkan satu lubang di luar dua sumur tadi untuk menghancurkan sisa detonator yang ada.
"Nah, saat tim penyusun tim amunisi menyusun amunisi aktif yang tak layak pakai di lubang itu, tiba-tiba terjadi ledakan hingga akibatkan 13 orang meninggal dunia karena ledakan," ujarnya.
Berkaitan 9 korban warga sipil yang meninggal, Kadispenad menyebut seluruhnya sudah dievakuasi ke RSUD Pameungpeuk Garut untuk dilakukan tindakan selanjutnya.
Saat ini, katanya, upaya yang dilakukan ialah berkoordinasi dengan aparat terkait untuk mengamankan lokasi ledakan sampai aman bagi warga.
"Lokasi disterilkan petugas khawatir masih ada beberapa bahan bahaya yang perlu diamankan. Soal penyebabnya masih dilakukan penyidikan oleh TNI AD, termasuk korban sipil," katanya.
Lahan yang dipergunakan untuk memusnahkan amunisi tak layak ini merupakan lahan milik BBKSDA Garut yang memang rutin dilakukan dan lokasinya jauh dari pemukiman warga.
"Kami segenap keluarga besar TNI berbela sungkawa. TNI yang menjadi korban musibah ini merupakan prajurit yang miliki dedikasi tinggi dan kami juga duka cita atas meninggalnya warga sipil," ujarnya.
Berikut ini identitas 13 korban meninggal dunia:
- Kolonel Cpl Antonius Hermawan
- Mayor Cpl Anda Rohanda
- Kopda Eri Priambodo
- Pratu Aprio Setiawan
- Agus bin Kasmin
- Ipan bin Obur
- Anwar bin Inon
- Iyus Ibing bin Inon
- Iyus Rizal bin Saepuloh
- Toto
- Dadang
- Rustiawan
- Endang.
Artikel ini disadur dari TribunJabar.id
Kabupaten Garut
ledakan bom Garut
Garut
pemusnahan amunisi kedaluwarsa
Dedi Mulyadi
Gubernur Jabar
SURYAMALANG.COM
Kisah Kolonel Cpl Antonius Korban Ledakan Amunisi Garut, 14 Tahun Tunggu Anak Kini Pergi Tanpa Pamit |
![]() |
---|
FAKTA TERBARU Tragedi Ledakan Amunisi Kedaluwarsa di Garut: 25 Anggota TNI dan 21 Saksi Diperiksa |
![]() |
---|
Ledakan di Garut Bukan dari Amunisi, Cerita Versi TNI dan Warga Korban Selamat, Lubang Ketiga Utuh |
![]() |
---|
SEKEJAP Anjas Selamat dari Ledakan Bom Garut, Tulang dan Daging Korban Tewas Nempel di Punggungnya |
![]() |
---|
Kisah Pilu Pratu Afrio Gugur Saat Ledakan Amunisi, Bulan Depan Menikah, Calon Istri Datang Melayat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.