Perjuangan Penjual Kambing di Kota Malang Jelang Idul Adha, Hadapi Cuaca dan Daya Beli yang Menurun

Perjuangan Penjual Kambing di Kota Malang Jelang Idul Adha, Hadapi Cuaca dan Daya Beli yang Menurun

Penulis: Benni Indo | Editor: Eko Darmoko
SURYAMALANG.COM/Benni Indo
PENJJUAL HEWAN KURBAN - Mujahidin berada di lapaknya di Jalan Sulfat, Kota Malang, Senin (2/5/2025). Ia telah berjualan di tempat itu selama 18 tahun. Tahun ini menjadi tantangan menjual hewan kurban karena kondisi ekonomi dan musim yang tak menentu. 

Tak hanya cuaca yang jadi tantangan. Tahun ini, daya beli masyarakat menurun drastis.

Banyak calon pembeli yang lebih memilih berpatungan beli sapi daripada membeli kambing sendiri-sendiri. Dampaknya, jumlah kambing yang terjual turun dibanding tahun lalu.

"Sekarang baru keluar sekitar 20-an ekor. Biasanya H-5 Lebaran sudah 40 sampai 45 ekor," keluh Mujahidin.

Penurunan hampir setengah dari penjualan tahun lalu. Bagi Mujahidin, berdagang kambing bukan sekadar jual beli. Harus ada keberkahan di baliknya, terlebih di momen Idul Adha.

Ia pun tak ragu menolak menjual kepada pembeli yang datang mengatasnamakan masjid atau lembaga.

Menurutnya, tidak seyogianya nama masjid dibawa-bawa untuk transaksi ekonomi, beberapa peristiwa takmir tersebut meminta imbalan karena dapat mendatangkan banyak jamaah.

"Saya tidak mau jual kalau bawa-bawa nama masjid. Saya lebih percaya ke orang pribadi. Amanahnya jelas," katanya mantap.

Risiko Mengintai

Modal pun ia putar dengan sistem kepercayaan. Bersama dua rekannya, Mujahidin turun langsung ke petani.

"Kami beli dari petani, kadang juga bayar setelah kambing laku. Modalnya sedikit, tapi kami jalanin dengan kepercayaan," kata lelaki yang juga memiliki usaha katering tersebut.

Di balik ramainya penjualan kambing jelang Idul Adha, Mujahidin bercerita adanya risiko besar yang tetap mengintai. Selain risiko kesehatan, juga risiko keuangan hingga risiko kambing tidak laku.

Kambing yang tak laku akan dirawat hingga lebaran usai, dengan beban pakan dan kesehatan yang terus berjalan. Mujahidin tetap harus mengeluarkan biaya operasional.

Untuk makan, Mujahidin menggaji orang khusus untuk mencari ramban—pakan hijau dari alam.

"Saya tidak beli ramban. Tapi bayar orang buat nyari. Yang penting jangan sampai nyuri, jangan ngambil dari lahan orang," ujarnya.

Harga kambing tahun ini bervariasi, mulai dari Rp 2,3 juta hingga Rp 8 juta. Yang mahal, biasanya jenis etawa jumbo. Namun meski harga tinggi, tak menjamin keuntungan.

Halaman
123
Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved