SPMB 2025

Verifikasi Validasi SPMB SMA SMK Dikeluhkan Orang Tua Murid, Kebanyakan Tak Paham Teknis Rayonisasi

Meski sistem sudah berbasis online, tahapan SPMB dianggap masih menyulitkan, terutama saat pengambilan PIN dan pengecekan dokumen fisik ke sekolah

Penulis: sulvi sofiana | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM/ISTIMEWA
TINJAU SPMB : Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak saat meninjau pelaksanaan verifikasi-validasi (Verval) di SMAN 5 Surabaya. 

SURYAMALANG.COM, SURABAYA  - Proses verifikasi dan validasi (Verval) berkas dalam Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) SMA-SMK Jawa Timur menuai keluhan dari sejumlah orang tua murid. 

Meski sistem sudah berbasis online, sejumlah tahapan dianggap masih menyulitkan, terutama saat pengambilan PIN dan pengecekan dokumen fisik ke sekolah.

Rukmini, salah satu calon wali murid asal Kecamatan Genteng, menjadi satu dari sekian banyak orang tua yang harus bolak-balik ke sekolah karena informasi yang tidak jelas. 

Ia mengaku sudah datang sejak subuh ke SMKN 5 Surabaya dan mendapat nomor antrean 19.

Namun, sesampainya di sana, ia justru diarahkan ke sekolah lain karena tidak sesuai rayon domisili.

“Sudah antre dari jam lima pagi, dapat nomor kecil. Tapi ternyata salah tempat. Saya harus ke SMAN 5 karena sesuai domisili. Di sana antre lagi dan baru dapat nomor 128,” ujarnya, Senin (9/6/2025).

Menurutnya, meski sistem sudah online, kenyataannya banyak orang tua tetap harus hadir fisik ke sekolah untuk mengurus Verval. 

Hal ini cukup membingungkan, terutama bagi mereka yang tidak memahami teknis rayonisasi atau alur sistem secara menyeluruh.

“Padahal saat pengajuan PIN kami sudah unggah semua data. Tapi ternyata masih harus datang langsung dan antre. Banyak yang bingung karena informasi soal rayon juga kurang jelas,” imbuh Rukmini.

Keluhan serupa juga muncul terkait kesesuaian data nilai rapor.

Sejumlah orang tua menemukan nilai anak mereka tidak sinkron dengan data di sistem. 

Hal ini menjadi perhatian Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak, yang meninjau pelaksanaan Verval di SMAN 5 Surabaya di hari cuti bersama.

“Saya temui beberapa kasus nilai rapor tidak cocok antara yang diinput sekolah asal dan yang muncul di sistem. Kalau tidak segera dikoreksi, anak bisa dirugikan, terutama yang mendaftar lewat jalur prestasi,” kata Emil.

Meski begitu, Emil meminta orang tua lebih aktif membaca pedoman SPMB dan memanfaatkan fitur teknologi yang sudah disediakan. 

Salah satunya adalah aplikasi Senopati AI yang dirancang untuk membantu memahami proses SPMB.

“Banyak yang belum baca pedoman dengan benar. Anak-anak dan orang tua harus sama-sama aktif. Jangan hanya andalkan datang ke sekolah, padahal informasinya lengkap di website,” ujarnya.

Emil juga mengakui bahwa sistem yang digunakan masih belum sempurna. 

Namun ia menegaskan bahwa pemerintah terus berupaya memberikan pelayanan terbaik demi menjaga akurasi dan keadilan dalam proses penerimaan murid baru.

 

 

 

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved