Kecelakaan Maut Ketua PCNU Pamekasan
Kenangan Sosok KH Taufiq Hasyim Ketua PCNU Pamekasan yang Meninggal dalam Kecelakaan, Pendiri NABRAK
Memasuki tahun 2021, Firman mengenang puncak perjuangan bersama Kiai Taufik saat marak polemik aktivitas caci maki terhadap NU dan ulama NU di Madura.
Laporan : Kuswanto Ferdian
SURYAMALANG.COM, PAMEKASAN - Sosok almarhum Dr KH. Taufiq Hasyim, Ketua PC NU Kabupaten Pamekasan yang meninggal dunia dalam kecelakaan meninggalkan kisah dan kesan tersendiri bagi Panglima Nahdliyin Bergerak (NABRAK), Firman Syah Ali.
Ia mengenang masa perjuangan saat berkiprah di organisasi Nahdlatul Ulama (NU) bersama Ketua PCNU Kabupaten Pamekasan, Dr. KH. Taufiq Hasyim sebelum wafat.
KH. Taufiq Hasyim dan istrinya Nyai Hj. Amiroh Mawaddah bint KH. Ahmad Shofi Sholeh Badruddin meninggal dunia dalam kecelakaan di Tol Probolinggo Timur, Sabtu (14/6/2025) sekitar pukul 02.30 dini hari.
Kiai Taufik dan istrinya terlibat kecelakaan saat hendak pulang dari acara 40 harinya Nyai Hj. Faridah Muddatstsir bint KH. Baidhowi menuju Pondok Pesantren Miftahul Pondok Pesantren Miftahul (PPMU) Kaliglagah Sumber Baru, Kabupaten Jember.
Firman bercerita, perjuangan di organisasi NU bersama Kiai Taufik ini dimulai pada tahun 2016 silam.
Di tahun itu, seorang alumni muda PMII berusia 34 tahun terpilih sebagai Ketua PCNU Pamekasan, bahkan usianya lebih muda daripada Ketua GP Ansor.
Dia adalah KH Taufiq Hasyim.
Di tahun 2016 silam, Firman berkunjung ke Pesantren milik Kiai Taufiq yaitu Ponpes Sumber Anom Pamekasan untuk mengucapkan selamat.
"Itulah kali pertama saya kenal beliau, yang memulai cerita persahabatan yang panjang," kata Firman mengenang persahabatan dengan Kiai Taufiq, Sabtu (14/6/2025).
Menurut Firman, Kiai Taufiq merupakan darah muda dalam kepemimpinan NU.
Selain itu, Kiai Kharismatik itu dikenal sangat idealis, progresif, patriotik dan pemberani.
Termasuk diantaranya berani berkorban harta untuk kepentingan perjuangan NU.
"Maaf bukannya kurang iman kepada Allah, tapi mengingat beliau, air mata saya terus menerus mengalir," kenangnya.
Memasuki tahun 2021, Firman mengenang puncak perjuangan bersama Kiai Taufik saat marak polemik aktivitas caci maki terhadap NU dan ulama NU di Madura.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.