Inspiratif

Perempuan Desa Oro-Oro Ombo Kota Batu Ubah Pekarangan Rumah Jadi Sumber Pangan dan Pendapatan

Para perempuan di Desa Oro-Oro Ombo, Kota Batu, Jawa Timur mengubah pekarangan rumah menjadi lahan produktif pangan dan pendapatan.

Editor: iksan fauzi
SURYAMALANG.COM/ISTIMEWA
FAMILY FARMING : Anggota PKK praktik langsung teknik budidaya tanaman obat didampingi salah satu mahasiswa Universitas Brawijaya (foto kiri). Sebagian dari Tim Pendamping Universitas Brawijaya terlibat dalam program Family Farming di Desa oro-oro Ombo, Kota Batu. (foto kanan). 

SURYAMALANG.COM | MALANG - Para perempuan di Desa Oro-Oro Ombo, Kota Batu, Jawa Timur mengubah pekarangan rumah menjadi lahan produktif pangan dan pendapatan.

Mereka kini tak lagi sekadar menanami pekarangan tersebut dengan tanaman hias atau bahkan dibiarkan kosong. 

Mereka melakukan itu setelah mengikuti program Inovatif Family Farming yang diinisiasi oleh Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Prof Dr Ir Sugiyanto, MS.

Adapun program Inovatif Family Farming ini berbasis tanaman hias dan Tanaman Obat Keluarga (TOGA).  

Program ini merupakan bentuk pendampingan kepada perempuan desa untuk mengoptimalkan pekarangan rumah dengan teknik budidaya modern. 

"Tujuannya tidak hanya ketahanan pangan, tetapi juga pemberdayaan ekonomi keluarga," jelas Prof Sugiyanto dalam Focus Group Discussion (FGD) yang digelar 11 Maret 2025.  

Dalam kegiatan tersebut, Prof Sugiyanto melibatkan 70 mahasiswa dan tim dosen, termasuk Prof Keppi Sukesi dan Yusuf Mahardika Nurin.

Sementara, ada 44 anggota Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dari 13 RW yang mengikuti pelatihan pada 23-24 Mei 2025.

Pelatihan tersebut mencakup teknik perbanyakan tanaman TOGA dan pemanfaatannya.

Dari tradisional ke modern

Hasil identifikasi tim menunjukkan, keterbatasan keterampilan dan teknologi menjadi hambatan utama perempuan desa.

"Mereka terbiasa dengan cara tradisional, tetapi kami perkenalkan inovasi seperti hidroponik dan pengolahan lahan sempit," ujar Elok Anggraini, SP, MSi, seorang anggota tim.  

Pelaksanaan program tersebut ditutup dengan penanaman serentak TOGA di 13 RW, greenhouse, dan tiga pekarangan warga.

Tanaman seperti kunyit, jahe, dan lidah buaya dipilih karena memiliki nilai ekonomi tinggi.  

"Senang bisa belajar cara mengolah pekarangan jadi lebih produktif. Sekarang saya bisa menjual hasilnya ke pasar," tutur Siti, seorang peserta.  

Halaman
12
Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved