Kisah Perjuangan Guru dari Malang Mengajar di Perbatasan Negeri ke Papua, Sesalkan Tak Ada Pengganti

Program SM3T membawanya Heni Yulia Wardhani seorang guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah di SMPN 25 Kota Malang ke wilayah perbatasan Papua Nugini

SURYAMALANG.COM/ISTIMEWA
PENGALAMAN GURU DI PERBATASAN - Heni Yulia Wardhani, guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah di SMPN 25 Kota Malang, saat menunjukkan tulisannya dalam buku antologi yang ia tulis bersama sejumlah guru SMP di Kota Malang pada Selasa (24/6/2025) 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Heni Yulia Wardhani seorang guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah di SMPN 25 Kota Malang, menorehkan kisah inspiratif melalui sebuah buku antologi yang ia tulis bersama sejumlah guru SMP di Kota Malang

Tulisan Heni dalam buku tersebut berjudul 'Mengejar Asa di Tapal Batas Indonesia'

Ia menceritakan pengalaman mengajarnya selama setahun di pedalaman Papua, tepatnya di Distrik Aboi, Kabupaten Pegunungan Bintang, dalam program Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM3T) pada tahun 2017.

Program SM3T membawanya ke wilayah perbatasan Papua Nugini, daerah yang bukan hanya terpencil dan tanpa sinyal, tetapi juga kekurangan tenaga pengajar. 

Selama setahun, Heni bersama rekan-rekannya yang lain mengajar anak-anak Papua beserta orang tua mereka.

Pengalaman di Papua ini menjadi kenangan yang tidak bisa ia lupakan.

Heni masih mengagumi semangat anak-anak di Papua yang ingin belajar, di tengah keterbatasan yang ada.

"Saya satu tahun di sana, dan memang sangat kekurangan guru,"

"Bahkan, guru yang ada tidak mau turun mengajar, akhirnya, kami yang menggantikan mereka," kata Heni kepada SURYAMALANG.COM pada Selasa (24/6/2025).

Di tengah keterbatasan fasilitas, semangat anak-anak Papua membuat Heni terharu.

Banyak dari mereka harus menempuh perjalanan kaki selama empat hingga enam jam demi bisa belajar. 

Bahkan, untuk berpindah tempat ke sejumlah daerah, Heni harus berjuang menerjang lebatnya hutan Papua.

Serta harus mengarungi derasnya aliran sungai di Papua yang masih kaya akan flora dan fauna di dalamnya.

"Karena lokasi sekolahnya yang jauh, kami akhirnya membuat asrama seadanya, dan Alhamdulillah ada bantuan makanan dari pemerintah setempat," kenangnya.

Pengalamannya tak berhenti hanya di dalam kelas. 

Halaman
12
Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved