Kota Batu

Jumlah Penderita Hepatitis di Kota Batu Januari-Juli 2025, Begini Gejala dan Cara Penanganannya

Jumlah Penderita Hepatitis di Kota Batu Januari-Juli 2025, Begini Gejala dan Cara Penanganannya

Penulis: Dya Ayu | Editor: Eko Darmoko
SURYAMALANG.COM/Benni Indo
Kepala Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit, dan Penanganan Bencana Dinas Kesehatan Kota Batu, dr Susana Indahwati. 

SURYAMALANG.COM, BATU - Kasus penderita penyakit Hepatitis di Kota Batu pada tahun 2025 ini mencapai 100 orang lebih.

Dari data Dinas Kesehatan Kota Batu, penderita hepatitis di Kota Batu tahun 2024 mencapai 257 orang termasuk 13 orang ibu hamil.

Sedangkan tahun 2025 dari bulan Januari hingga pertengahan Juli mencapai 115 orang yang terdiri dari Hepatitis A, B, dan C.

“Tahun 2024 yang menderita hepatitis A sebantak 29 orang dan hepatitis B sebanyak 228 orang."

"Tahun 2025 sebanyak 103 menderita hepatitis B termasuk 11 orang ibu hamil, hepatitis A tiga orang dan hepatitis C sembilan orang,” kata Kepala Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit, dan Penanganan Bencana Dinas Kesehatan Kota Batu, dr Susana Indahwati kepada SURYAMALANG.COM, Senin (28/7/2025).

Baca juga: Detik-detik Terakhir Sebelum Selvi Ditemukan Meninggal dalam Kardus, Driver Ojol Dibunuh di Gresik

Susana menjelaskan ada beberapa gejala penyakit Hepatitis akur, di antaranya demam, kelelahan ekstrem (malaise), nyeri otot dan sendi, kehilangan nafsu makan, mual dan muntah, diare, nyeri atau ketidaknyamanan di perut bagian atas terutama di area hati, urine berwarna gelap seperti teh, feses berwarna pucat atau abu-abu, kulit dan mata menguning dan gatal-gatal pada kulit tanpa ruam.

Pada anak-anak terutama di bawah 6 tahun, gejala hepatitis seringkali tidak muncul atau sangat ringan karena respons imun mereka belum sempurna. Oleh karena itu deteksi dini melalui skrining sangat penting.

“Penanganan penyakit hepatitis tergantung pada jenis virus dan tingkat keparahannya."

"Untuk Hepatitis A kebanyakan infeksi bersifat ringan dan sembuh total dengan sendirinya. Penanganan berfokus pada terapi suportif (istirahat, nutrisi, hidrasi) dan tidak ada pengobatan spesifik. Vaksin HAV tersedia dan sangat efektif,” ujarnya.

Penanganan Hepatitis B terbagi dalam akut dan kronis. Untuk yang akut pengobatan umumnya bersifat suportif, sedangkan kronis tidak semua penderita Hepatitis B kronis memerlukan pengobatan.

Namun, bagi yang membutuhkan, obat antivirus dapat diresepkan untuk memperlambat perkembangan sirosis, mengurangi risiko kanker hati, dan meningkatkan kelangsungan hidup jangka panjang.

Vaksin Hepatitis B sangat efektif dan direkomendasikan untuk diberikan segera setelah lahir untuk mencegah penularan dari ibu ke anak.

“Untuk Hepatitis C saat ini tidak ada vaksinnya. Namun ada obat antivirus yang sangat efektif yang dapat menyembuhkan lebih dari 95 persen penderita infeksi Hepatitis C, sehingga mengurangi risiko kematian akibat sirosis dan kanker hati,” jelasnya.

Sementara untuk Hepatitis D, infeksinya hanya terjadi pada mereka yang sudah terinfeksi Hepatitis B. Vaksin Hepatitis B juga memberikan perlindungan terhadap infeksi Hepatitis D.

Sedangkan Hepatitis E kebanyakan infeksinya bersifat ringan dan sembuh spontan. Ada vaksinnya namun belum tersedia secara luas.

“Imbauan kami untuk masyarakat di Hari Hepatitis Sedunia 2025 ini untuk melakukan tes hepatitis B dan C, terutama jika berada di daerah endemik atau memiliki risiko tinggi."

"Yang memiliki anak baru lahir baiknya divaksinasi hepatitis B dalam waktu 24 jam setelah lahir,” pungkasnya.

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved