Merawat Buah Khas Malang Nyaris Punah

Produksi Buah di Malang Menurun, Produsen Keripik Cari Salak sampai Lumajang

Produsen keripik buah sering kesulitan mendapat salak dan apel di Malang Raya.

Penulis: Kukuh Kurniawan | Editor: Zainuddin
SURYAMALANG.COM/LU'LU'Ul ISNAINIYAH
HAMPIR PUNAH: Suyono, seorang warga Desa Suwaru, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang memperlihatkan buah salak suwaru. Faktor ekonomi membuat warga beralih dari salak memilih menanam tebu. 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Salak dan apel masih menjadi ikon bagi Malang. Namun, produsen keripik buah sering kesulitan mendapat salak dan apel di Malang Raya. Produsen harus memburu salak dan apel ke luar Malang Raya.

Produsen keripik buah merek SoKressH, Effendi mengatakan berjualan kripik buah tidak semudah seperti yang dibayangkan. "Buah itu musiman, jadi produksinya tidak bisa siap setiap saat. Contohnya sekarang tidak mungkin produksi keripik nangka, makanya beralih ke keripik semangka atau melon, dan bulan depan baru baru produksi keripik nangka," kata Effendi kepada SURYAMALANG.COM, Minggu (10/8).

Effendi membuat berbagai jenis keripik buah di rumahnya Jalan Polowijen, Kota Malang. Effendi mengaku kesulitan mendapatkan bahan baku apel maupun salak.

"Untuk salak Bali, saya ambil langsung dari petani di Bali dalam bentuk sudah kupasan. Kalau salak pondoh, saya ambil dari petani di Lumajang. Sedangkan untuk apel, saya ambil dari Kota Batu dan Gubukklakah. Tetapi saya ambil apel tidak banyak. Karena bahan baku apel ini mulai sulit. Apalagi petani di Kota Batu dan Gubukklakah juga sama-sama produksi keripik apel," tambahnya.

Effendi menilai produksi salak di Malang Raya belum bisa memenuhi permintaan produsen keripik. Makanya produsen mengambil salak dari luar Malang Raya. "Tidak hanya salak saja, saya juga ambil nangka dari Lumajang dan Semarang," terangnya.

Effendi biasa mengambil salak sebanyak 5 kuintal. Nantinya, buah salak tersebut akan dimasukkan ke dalam mesin untuk diolah dan diproses menjadi keripik.

"Dari 5 kuintal itu menghasilkan keripik salak sebanyak 15 kilogram (Kg). Namun, mesin yang kami miliki berukuran sedang sehingga hanya menghasilkan 9 Kg keripik salak tiap hari. Setelah itu kami kemasan keripik tersebut ukuran 100 gram," ungkapnya.

Keripik kemasan 100 gram dibanderol seharga antara Rp 14.000 sampai Rp 15.000 "Meski ada kendala pada bahan bakunya, tetapi harganya tidak naik terlalu tinggi. Saat ini produksi kami yang laris adalah keripik nangka," urainya.

Wisatawan asal Kecamatan Bubutan, Surabaya, Doni Pradipta mengaku terakhir mencicipi keripik apel pada tahun 2023. Saat itu Doni membeli keripik apel dari toko oleh-oleh di Kota Batu.

"Saya memang tidak terlalu suka keripik apel. Kalau untuk oleh-oleh atau jajanan buat keluarga sendiri, saya biasanya beli keripik tempe karena varian rasanya lebih banyak," kata Doni.

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved