Malang Raya

Beginilah Sosok Bripka Seladi, Polisi yang Memilih Menjadi Pengepul Sampah Daripada Terima Sogokan

Penulis: Sri Wahyunik
Editor: Adrianus Adhi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Beginilah Keseharian Bripka Seladi

"Itu sekitar empat tahun, saya lakoni. Kemudian, teman saya meminjamkan rumah ini. Ini rumah kosong, saya jadikan gudang. Di sini pula, pemilahan dan sortir sampah dilakukan," tutur Seladi. Proses pemilahan sampah itu melibatkan empat orang, yakni Seladi, dibantu anaknya Rizal Dimas, dan dua orang yang ia sebut temannya.

Seladi tidak lagi berkeliling memulung sampah. Setelah bertahun-tahun, namanya cukup dikenal. Ia telah memiliki tempat pengumpulan sampah di sekitar Stasiun Kota Baru Malang.

Dari tempat itu, setiap hari terangkut satu mobil pick up sampah. "Mobilnya beli juga dari hasil sampah ini," terangnya. Sampah-sampah itu kemudian dipilah, apakah jenis botol plasti, kantong plastik, kardus dan material lain.

Lalu kenapa sampah? "Karena saya melihat, ada orang yang mengambil sampah di sekitar kantor saya dinas. Kemudian saya pikir, ada rezeki di sana. Dan kalau tidak dipilah, akan banyak sekali tumpukan sampah. Saya lalu melakoninya, sendiri," ujarnya.

Ternyata memang benar, sampah menjadi salah satu ladang rezekinya. "Meskipun tetap masih banyakan gaji polisi," katanya.

Hanya saja, pendapatan dari sampah menambah penghasilan ekonomi di rumahnya. Ia menyebut tidak banyak, pendapatan dari sampah sekitar Rp 25.000 - Rp 50.000 per hari, jika dihitung per hari.

Pendapatan dari sampah terkumpul seminggu sekali, setelah sampah terjual.

"Yang penting halal, ikhlas, dan terus ihtiar dalam melakoninya. Tidak usah peduli omongan orang. Saya tahu, pasti ada yang mencibir. Kalau ada yang begitu akan saya jawab 'saya bisa menjadi seperti kamu, tetapi apa kamu bisa seperti saya'," tegasnya.

Karenanya, ia mengaku tidak minder ataupun rendah diri meskipun setiap hari berkutat dengan sampah. Ia juga tidak jijik memilah aneka sampah. Ia juga mengaku tidak pernah menderita sakit serius meskipun membaui sampah menyengat setiap hari.

Ia menegaskan, dirinya tidak mau tergiur meskipun berdinas di lahan yang selama ini dikenal sebagai lahan basah di institusi kepolisian.

Seladi mengaku tidak mau menerima pemberian orang, dengan tujuan tertentu dalam pengurusan SIM. Kalaupun ada yang memberi di rumah, imbuhnya, ia meminta sang anak mengembalikan pemberian itu.

Prinsip hidupnya itu ia ajarkan kepada sang anak. Lulusan SMEA di Malang itu mengajari anaknya Rizal Dimas (21) etos kerja keras, halal, dan tanpa perasaan minder.

Setiap hari, sang anak membantunya memilah sampah. Lulusan D-2 Informastika Universitas Negeri Malang (UM) juga tidak jijik memilah sampah.

"Saya tidak minder memiliki ayah yang polisi, tapi juga tukang rongsokan. Ini pekerjaan halal. Saya malah bangga, karena ayah mengajari tentang kerja jujur," tegasnya. Ketika masih ada anggapan miring tentang polisi, Rizal berani menyodorkan bahwa sang ayah merupakan polisi yang patut dicontoh.

Sehingga Rizal tetap ingin menjadi seorang polisi. Tahun ini merupakan tahun ketiganya mencoba peruntungan ke kepolisian.

Halaman
123

Berita Terkini