"Kalau umpama sehari dikasih uang Rp 50.000 kali 20 orang misalnya dikalikan 16 tahun, hasile lek isa mbendung kali Brantas a (bisa membendung sungai Brantas). Bisa beli rumah di Araya (salah satu perumahan elit di Kota Malang). Tetapi saya tidak ingin, karena itu bertentangan dengan hati nurani," terangnya.
Utang Rp 20 JutaSeladi memilih hidup sederhana, dengan gaji polisinya dan penghasilan dari sampah. Kini setahun menjelang pensiunnya, Seladi masih memiliki utang sebesar Rp 20 juta ke bank dan koperasi. Hal itu juga ia kemukakan kepada pimpinannya.
Ia tidak malu menceritakan kisahnya kepada pimpinan, karena apa yang ia lakukan adalah pekerjaan halal. Ia juga tidak pernah mendahulukan pekerjaan mencari dan memilah sampah.
Ia tetap menomorsatukan tugasnya di kepolisian. Ia selalu ikut apel, mengatur lalu lintas, mengurusi ujian SIM, juga melakukan pengamanan berkala kalau ada kegiatan di Kota Malang.
Ia juga tidak malu kisahnya banyak diketahui orang setelah diberitakan sejumlah media lokal, regional, juga nasional.
Menurutnya, orang-orang malah bangga kepadanya, terutama yang telah mengetahui kisah hidupnya sejak dulu. Orang-orang mengacungkan jempol kepadanya.
Bahkan ada juga seorang pengusaha mie di Sidoarjo memberikan bantuan mie kepadanya setelah diliput media beberapa hari lalu. Karena mie yang diberikan banyak, ia membaginya kepada orang-orang di sekitarnya. Puncaknya, ia dipanggil pimpinannya.
Wakapolres Malang Kota Kompol Dewa Putu Eka mengaku salut kepada Seladi. Ia mengakui memanggil Seladi dan berbincang dengannya.
"Saya salut kepada beliau. Apa yang dia lakukan merupakan pekerjaan halal, dan tidak menelantarkan pekerjaan utamanya sebagai polisi," ujarnya.
Di tengah cibiran masyarakat tentang gaya hidup hedonisme di kalangan polisi, kata Dewa, masih ada contoh polisi yang hidup sederhana, tidak berlebihan.
Sebenarnya, apa yang ia dapat dari kepolisian cukup namun ia mencari penghasilan tambahan, dengan tidak mengganggu tugas utamanya.
"Pekerjaan sampingan ini sudah ia lakukan sejak lama, dan dia konsisten melakoninya. Saya yakin masih banyak Seladi-Seladi lain tetapi tidak terekspos," tegasnya.
Terkait penghargaan untuk Seladi, Dewa menambahkan, ada mekanisme pemberian reward kepada anggota polisi. Ada tim yang menilai kinerja anggota.
"Kalau soal penghargaan itu ada tim yang menilai, dan tentunya kami akan laporkan ke kapolres. Dan tentang persoalan yang menghimpit dia, tentunya kami akan membantu mencarikan solusi," tegasnya.
Apakah juga akan membantu supaya anak Seladi, Rizal Dimas lolos dalam tes polisi, Dewa menegaskan kalau itu tidak bisa dilakukan.
Sebab perekrutan polisi, telah memiliki mekanisme tersendiri dengan menganut azas BETAH (Bersih, Transparan, Akuntabel, dan Humanis). Kalau memang anak Seladi, layak pasti lolos.
Hanya saja, jumlah penerimaan polisi di Indonesia juga sesuai dengan kuota yang telah ditentukan.[]