Malang Raya

Tak Perlu Belajar ke Luar Negeri, Rumah Ramah Lingkungan Masa Depan Sudah Ada di Indonesia

Penulis: Neneng Uswatun Hasanah
Editor: Zainuddin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dosen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (UB), Agung Murti Nugroho PhD.

SURYAMALANG.COM, LOWOKWARU - Dosen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (UB), Agung Murti Nugroho PhD akan menjadi narasumber dalam acara Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Perumahan dan Permukiman di Bandung, Jawa Barat, Kamis, 30 Maret 2017.

Acara tersebut merupakan tindak lanjut keja sama beberapa perguruan tinggi di Indonesia, antara lain UB, ITB, ITS, dan UGM dengan Universitas Hiroshima, Jepang. Kerja sama ini terkait proyek pengembangan rumah susun hemat energi.

“Tren perkembangan rumah tinggal ke depan bukan lagi satu atau dua lantai. Tetapi rumah susun. Saat ini masyarakat masih enggan membuka tutup jendela agar angin masuk dan memilih menyalakan kipas angin atau AC,” jelas Agung kepada SURYAMALANG.COM, Rabu (29/3/2017).

Untuk mengembangkan rumah susun hemat energi tersebut, tim mencari solusi dari desain arsitektur tradisional.

“Kami mengunjung beberapa pulau dan mendapat beberapa temuan yang bisa ditindaklanjuti,” kata Ketua Jurusan Arsitektur UB itu.

Menurutnya, ada tiga tipe sistem bangunan tradisional. Pertama, bangunan tanggap iklim sehingga udara di luar dan di dalam bangunan sama. Bangunan tanggap iklim itu ditemukan di Pulau Sabu, NTT.

“Kedua adalah pendinginan alami di Nias. Sedangkan ketiga adalah suhu udara flat dari siang hingga malam seperti menggunakan AC di Woku, Flores,” ujar Agung.

Dari arsitektur tradisional tersebut muncul optimisme mengembangkan rumah susun hemat energi dengan mengadaptasi sistem bangunan masa lalu.

“Bisa dipastikan Indonesia tidak akan ketinggalan dari negara maju yang menggunakan teknologi canggih. Indonesia bisa menggunakan teknologi tepat guna murah, ramah lingkungan, dan mudah diperbaiki penggunanya sendiri,” imbuhnya.

Berita Terkini