Virus Corona di Batu

Pemkot Batu Buat Skema untuk Bantu Petani & Usaha Kecil yang Terdampak Physical Distancing Covid-19

Penulis: Benni Indo
Editor: Dyan Rekohadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pekerja membersihkan jambu kristal yang baru saja dipanen di Bumiaji, Kota Batu, Senin (30/3/2020). Pemkot Batu siapkan bantuan bagi petani terdampak kondisi physical distancing pandemi Covid-19

SURYAMALANG.COM, BATU – Pemerintah Kota Batu tengah menyiapkan skema pemberian intensif kepada para petani yang terdampak ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Juru bicara Gugus Tugas Covid-19 Batu M Chori menerangkan, pemberian intensif tersebut bisa dalam berupa bibit maupun kebutuhan pertanian lainnya.

Dikatakan Chori, Pemkot Batu sendiri menyadari bahwa para petani kesulitan memasarkan produk mereka.

Pemkab Malang Perpanjang Masa Belajar di Rumah Hingga 21 April, Ada Imbauan Penggunaan Dana BOS

Universitas Airlangga (Unair) Temukan Bakal Obat Covid-19, Ada 5 Jenis Senyawa Kuat

Lama Tak Muncul di Instagramnya, Bunga Citra Lestari Unggah Story Keindahan Pelangi & Simak Pesannya

Tak sekadar petani, sektor lain yang terdampak juga akan diberi insentif.

Dalam keterangannya, pemberian intensif bukan berbentuk uang tunai.

“Mereka tidak bisa memasarkan produknya ketika ada imbauan physical distancing. Akan kami beri intensif dan sedang kami kaji. Tidak hanya petani, sektor lainnya juga dalam kajian seperti ojek, PKL, UMKM maupun pekerja pariwisata. Itulah yang sedang kami rumuskan,” kata Chori, Rabu (1/4/2020).

Chori menyoroti petani bunga di Desa Gunungsari yang menurutnya sangat terdampak. Di musim pagebluk seperti saat ini, petani bunga sangat banyak dirugikan. Apalagi bunga adalah produk bukan konsumsi sehingga pemasarannya berdasar pada kegiatan masyarakat.

“Contohnya memang petani bunga. Mereka kesulitan memasarkan ketika ada imbauan physical distancing seperti saat ini,” jelasnya.

Ketua Poktan Margi Rahayu Pujiono mengaku Covid-19 telah memberikan dampak buruk terhadap bisnis bunga mawar.

Sudah hampir 2 minggu permintaan dari toko-toko bunga di beberapa daerah seperti Jakarta, Jogja, Bali tidak ada permintaan.

"80 persen pengirim ini mengalami kerugian," kata Pujiono.

Pujiono mengatakan di desanya ada delapan Kelompok Tani Bunga yang rata-rata menanam mawar.Sedangkan 27 Poktan lainnya merupakan petani sayur.

Dia mengatakan, setiap harinya 50 kelompok pengirim mawar mengirim 200 ribu batang.

"Petani akhirnya memilih untuk membuang atau memendem mawar yang sudah dipetik karena kalau tidak dipetik ya hancur tanamannya," keluhnya.

Dalam sehari, keseluruhan omzet yang diterima dari 50 kelompok pengirim mawar sejumlah sekitar Rp 200 juta. Dengan satu batang mawar yang harganya sekitar Rp 2 ribu.

"Dari Gapoktan Gumur total jumlah lahan mawar ada total 25 hektare, tiap petani minimal setidaknya ada 1/4 hektare," katanya.

Tak hanya petani mawar, petani jambu kristal di Bumiaji juga terdampak.

Petani jambu kristal asal Desa Bumiaji, Rakhmad Hardiyanto mengatakan dalam kondisi normal, Hardi bisa mengirim 200 Kg jambu per hari.

Namun kali ini hanya bisa mengirim 200 Kg per tiga hari. Ia berupaya keras agar jambu-jambunya terjual, apalagi saat ini telah memasuki musim panen.

Masih banyak jambu yang belum dipetik di pepohonan yang berada di kebun. Beberapa di antaranya jatuh dan menjadi humus organik.

Saat panen, Hardi dihadapkan pada kenyataan sulitnya memasarkan produk.

Diceritakan Hardi, pasokan ke sejumlah kota di Pulau Jawa mulai tersendat. Pasalnya, ada pemberlakuan kebijakan mengantisipasi penyebaran Covid-19 di beberapa kota, terutama DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya.

"Terpaksa kami mengirim ke luar Jawa karena beberapa kota di Jawa menerapkan isolasi," kata Hardi.

Hardi mengatakan, sejauh ini dirinya hanya mengalami penurunan pemasukan, namun tidak sampai berada di titik kerugian.

"Semoga tidak sampai begitu, tapi kalau penurunan memang ada," terangnya. 

Berita Terkini