Penulis: Frida Anjani | Editor: Eko Darmoko
SURYAMALANG.COM - Insiden penampakan hewan aneh berwarna abu-abu berhasil membuat gempar warga Ciamis beberapa waktu yang lalu.
Penampakan hewan aneh berwarna abu-abu itu disebutkan memiliki ukuran besar dan sempat dikira macan tutul.
Warga sekitar Lingkungan Bangunsari, Kelurahan Benteng, Kecamatan/Kabupaten Ciamis heboh setelah dua warganya melihat hewan tak dikenal dan mengiranya macan tutul.
Hewan tersebut berukuran besar berwarna abu-abu berukuran sebesar anjing.
Hewan tersebut pernah dilihat Yono dan Ade Admirah, warga setempat, saat berada di kebun.
Saat itu Yono memperkirakan hewan tersebut sejenis macan tutul.
Sehari setelah warga melihat hewan tersebut, petugas dari Bidang KSDA wilayah III Ciamis langsung mengecek ke lokasi.
"Warga memperkirakan macan," kata Staf KSDA Ciamis, Asep Wawan Kustiawan saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Selasa (8/9/2020) dikutip dari Kompas.com.
Sebelum mengecek kebun tempat warga melihat hewan tersebut, Asep menemui dan meminta keterangan kepada Yono. Yono diperlihatkan beberapa foto macan tutul.
"Diperlihatkan beberapa gambar macan. Namun kata Pak Yono, yang ini lain, ini lain (foto macan tutul tidak sama dengan hewan yang ditemuinya)," jelas Asep.
Kemudian Asep mempertemukan Yono dengan Ade. Menurut keterangan Ade, hewan tersebut seperti macan namun berwarna abu-abu, ukurannya besar, seukuran anjing.
"Sedangkan macan tak ada yang berwarna abu-abu, adanya hitam dan kuning," sebut Asep.
Setelah itu, lanjut Asep, petugas menyisir lokasi mulai kebun tempat ditemukan hewan abu-abu itu hingga pinggiran Sungai Citanduy. Wilayah yang disisir cukup luas.
Hasil penyisiran, jelas Asep, tidak ditemukan tanda-tanda keberadaan macan tutul. Tanda-tanda jika di suatu tempat ada macan tutul yakni, jejak kaki, jejak cakaran di pohon dan kotoran.
"Minimal ciri-ciri tersebut harus ada. Di sana enggak ada tanda-tanda macan," kata Asep.
KSDA Menduga Binturong
Asep menduga, hewan yang dilihat Yono dan Ade merupakan Binturong. Hal ini merujuk kepada warna dan ukuran tubuh hewan itu. "Saya curiga itu Binturong," katanya.
Dugaan ini diperkuat dengan adanya sungai besar yakni Sungai Citanduy, tak jauh dari kebun. Kata Asep, habitat binturong biasanya di pinggir sungai yang ada bebatuan.
Asep juga mengonfirmasi kepada warga setempat apakah ada ternak yang hilang secara tiba-tiba. Setelah dikonfirmasi, tak ada warga yang merasa kehilangan hewan ternak.
"Mereka enggak ada yang kehilangan (ternak). Kalau ada macan, minimal kucing diterkam saat lapar. Domba, anjing (juga jadi sasaran)," kata Asep.
Dugaan lain, tambah Asep, Yono sempat mengatakan hewan tersebut bersuara seperti golok yang dipukul-pukulkan ke kayu. "Kalau macan kan mengaum," jelasnya.
Atas hasil pengecekan di lapangan dan konfirmasi kepada warga, Asep memperkirakan hewan tersebut binturong. "75 persen saya perkirakan binturong," kata dia.
Meski diduga kuat binturong, Asep tetap memonitor perkembangan hewan tersebut. Dia meminta warga segera melapor jika menemukan satwa tersebut.
"Masyarakat bisa lapor ke desa, maupun ke BKSDA Ciamis," jelasnya.
Harimau Serang Warga hingga Tewas
Kemunculan hewan buas di sekitar warga memang bukan kali pertama.
Sudah banyak kasus penyerangan hewan buas yang menyebabkan kematian.
Inilah detik-detik petani kopi tewas diterkam harimau disaksikan istri sendiri, cuma bisa tercekat di pondok saksikan suami meregang nyawa.
Selesai memanen kopi, dan bersiap pulang, petani kopi malah diterkam harimau, istri dan saksi lainnya hanya bisa menyaksikan dari pondok.
Istri dan seorang saksi lainnya tak bisa pergi dari pondok dan hanya menyaksikan Mustadi diserang harimau.
Mustadi (52), petani kopi asal Kabupaten Lahat, tewas diterkam harimau di kawasan hutan lindung di Dusun Rekimai perbatasan Lahat dan Muara Enim, Sumatera Selatan.
Serangan tersebut disaksikan langsung oleh istrinya.
"Informasi yang kami dapat serangan terjadi pada Kamis malam tadi, lokasinya masih berada di dalam hutan lindung," ujar Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Lahat Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumsel, Martialis Puspito, saat dihubungi dari Palembang, Jumat.
Awalnya, korban berada di kebun kopi bersama istri dan satu saksi lainnya.
Serangan terjadi ketika saksi selesai menggiling kopi dan membongkar mesin kopi, sedangkan korban mengambil pukat burung.
Saksi melihat kemunculan harimau di dekat korban sehingga langsung berteriak. Namun, harimau keburu menerkam korban dan membuat saksi lain naik ke pondok.
Saksi kemudian mendekati lagi korban yang sudah diserang saat harimau menjauh, tetapi ia terpaksa naik lagi ke pondok karena harimau tersebut kembali mendekati korban.
Terdapat bekas luka serangan di bagian dada dan leher.
"Istrinya tertahan di dalam pondok sampai malam tadi bisa dievakuasi, jenazah korban sudah diserahkan ke keluarga," ujar Martialis.