Li memiliki anak yang masih berusia 3 tahun, dan masih sering dititipkan di sekolah taman kanak-kanak.
Awalnya dia mengira taman kanak-kanak adalah tepat teraman untuk menitipkan anaknya, namun semuanya berubah setelah dia melihat perlakuan sang guru.
Sekitar jam 11 siang, pada 21 Agustus, Li mengakses kamera CCTV melalui ponselnya karena ingin melihat aktivitas anaknya.
Pada saat itu, Li melihat putranya di kelas sedang menangis sendirian.
Pada waktu itu dia juga melihat ada 3 guru, di kelas tetapi semuanya terlihat mengabaikan dan tidak ada yang menghibur anaknya.
Kemudian 15 menit kemudian, seorang guru perempuan mengajak anak laki-laki untuk makan.
Li awalnya masih melihat aktivitas normal, karena dia pikir mungkin terlalu banyak murid tentu sulit bagi guru untuk menangani semuanya.
Selain itu, normal bagi anak-anak menangis terutama saat jauh dari orang tuanya.
Namun setelah dipantau lebih lanjut, Li terkejut dan syok mengetahui ulah seorang guru perempuan.
Selama istirahat dia melihat seorang guru perempuan, mencengekeram kerah putranya, menariknya ke sudut ruangan.
Kemudian dia menjambak dan mencubit mulutnya dan memukuli bocah itu berulang kali.
Pada akhirnya, guru itu juga mendorong bocah itu ke samping, membuat bocah itu ketakutan dan kesakitan memegangi wajahnya dan menangis.
Terlalu syok dengan pemandangan itu, Li segera pergi bersama suaminya ke taman kanak-kanak itu.
Sampai di sana pasangan itu semakin syok menyaksikan pipi putranya merah, dan sudut mulutnya terlihat berdarah.
Saat ditanya, guru perempuan itu berdalih anak tersebut terjatuh saat main di perosotan.