SURYAMALANG.COM - Masih ingatkah dengan Krishna Murti yang dulu menjadi pahwalan Bom Thamrin tahun 2016 silam?
Beginilah kabar terbaru Krishna Murti yang dijuluki polisi ganteng dan menjadi viral saat insiden Bom Thamrin 14 Januari 2016 lalu.
Lima tahun berlalu, kini Krishna Murti telah naik jabatan dan sudah menjadi Jenderal.
Brigjen Krishna Murti yang saat itu berpangkat Kombes dan menjabat Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya merupakan perwira yang terdepan saat baku tembak dengan pelaku teroris di Thamrin.
Krishna Murti saat itu viral tampil bak selebritis, ia disebut polisi ganteng.
Wajahnya menghiasi pemberitaan media massa lokal dan nasional, terutama saat memegang pistol yang diarahkan kepada para teroris.
• Daftar Negara Terlilit Utang China dan Terancam Bangkrut, Bagaimana Nasib Indonesia & Timor Leste?
• Daftar Zona Merah Jawa Timur Kamis 4 Februari 2021, Hanya 2 Daerah: Kabupaten Madiun dan Trenggalek
• Amerika Kecam China Terkait Penyiksaan dan Pemerkosaan Sistematis Terhadap Wanita Muslim Suku Uighur
Selain itu, Krishna juga menjadi narasumber utama dalam pemberitaan kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin atau es kopi vietnam bersianida.
Dia pernah bertugas di PBB dan sering dihadapkan dengan situasi peperangan dan konflik yang mencekam di Eropa dan Timur Tengah.
Sebagai polisi yang berpengalaman lama di luar negeri, Krishna juga selalu memperhatikan fesyen.
Penampilan Krishna sehari-hari memang trendy dan fashionable.
Aksesoris yang dipakainya bermerek, seperti ikat pinggang dan sepatu Hermes.
Soal fesyen ini, Krishna pernah menyampaikan bahwa penampilan untuk seorang polisi apalagi yang tampil di depan publik, harus rapi.
"Polisi Polda Metro Jaya ini sudah sejajar dengan polisi New York, jadi harus berpenampilan rapilah minimal. Polisi-polisi di Amerika penampilannya keren-keren," kata Krishna Murti saat itu.
Namanya sedang naik daun, pada 2016, Krishna Murti yang saat itu telah menjabat wakil kepala Polda dicopot karena tersandung kasus dugaan kekerasan terhadap seorang wanita bernama Novena Widjaya.
Isu penganiayaan mulai menyeruak ketika beredar berita disertai foto-foto melalui media sosial dan aplikasi pesan instan.