“Saya katakan pada anak, suami dan anak saya yang sudah berkeluarga. Ibu butuh amalan, bekal kepada Allah."
"Kalian boleh tidak mengizinkan ibu karena sayang. Tapi yang menentukan sakit semua Allah. Meskipun kita tidak mati karena Covid-19, karena setiap orang hidup pasti akan mati," papar Juliati.
Keteguhan hati Juliati untuk membantu masyarakat itu akhirnya mampu meluluhkan hati suami dan anak-anaknya.
"Akhirnya kemantapan Saya, suami, dan anak-anak kemudian menyetujui. Demi amal saleh saya semasa hidup bekal di akhirat ,”tegas Yulianti dengan mata berkaca-kaca.
Juliati merasa terpanggil membantu pemulasaran jenazah Covid-19 karena di Gresik kekurangan tenaga.
Ia mengetahui Banyak tenaga kesehatan dan petugas pemulasaran jenazah kewalahan.
Juliati yang memiliki pengalaman pemulasaran jenazah merasa keterampilannya saat ini tengah dibutuhkan.
Pasalnya sebelum pandemi Covid-19, dia adalah petugas pemulasaran jenazah di tempat tinggalnya.
Sebelumnya ia melakukan pemulasaran jenazah tanpa mengenakan peralatan lengkap seperti yang didapatnya sekarang.
"Saya tidak punya APD selama ini. Saya berfikir bagaimana mengamalkan ilmu saya, selama setahun. Karena merasa rugi, punya pengetahuan dan keahlian tapi tidak bisa mengaplikasikan karena tidak punya APD. Tidak ikut membantu," kata dia.
Julianti, begitu mantap mengamalkan ilmu dan pengetahuan karena pemerintah Kabupaten Gresik memberikan fasilitas.
Mulai dari alat pelindung diri hingga kesehatan mendapatkan perhatian termasuk insentif.
Juliati resmi menjadi relawan yang membantu penanganan Covid-19 di Gresik.
Dalam sepekan, para relawan bekerja selama lima hari. Dua hari libur.
Setiap tiga hari mereka menjalani swab antigen.
Kiranya para relawan kemanusiaan seperti Juliati dan lainnya selalu diberi kesehatan dan kekuatan .