SURYAMALANG.COM|LUMAJANG - Nama Mbah Kerto selalu diselubungi dengan kisah-kisah the real sultan.
Petani kentang asal Desa Ranupane, Kecamatan Senduro, Lumajang, ini dijuluki the real sultan lantaran mempunyai uang banyak dan puluhan aset tapi penampilannya selalu sederhana.
Bahkan beberapa orang menyebut sosoknya miyayeni atau memancarkan aura dan berperilaku seperti priyai.
Baru-baru ini, Mbah Kerto terekam kamera handphone sedang membeli mobil baru Mitsubishi Pajero secara cash.
Dalam video yang tersebar di media sosial itu, tampak Mbah Kerto membawa uang ratusan juta dalam karung bekas pupuk.
Dia datang ke showroom mobil hanya dengan mengenakan jaket doreng dengan setelan celana training.
"Aku kalau kemana-mana dari dulu ya pakai baju biasa-biasa aja. Kenapa uangnya aku wadahi karung?, karena kalau disimpan di dompet gak cukup," kata Mbah Kerto sambil cengengesan, saat ditemui, Jumat (1/7/2022).
Pribadi yang, sederhana, polos dan lugu memang melekat di sosok Mbah Kerto. Dari dulu masyarakat Desa Ranupane mengenal Mbah Kerto sosok yang sumeleh.
Uang banyak, tapi tetap murah senyum ke semua orang. Sudah banyak cerita, buruh taninya yang membantunya berkebun diangkat menjadi anak.
Buruh tani yang membantunya juga dimodali menjadi petani kentang, bahkan hingga dibangunkan rumah.
"Anak angkatku ada 4 orang. Dulu mereka yang bantu-bantu garap ladang sampai sukses seperti sekarang. Nah, untuk balas budi, gantian aku sekarang yang angkat derajat mereka," ujarnya.
Tak berlebihan jika menyimpulkan hobi Mbah Kerto adalah bersedekah. Sebab, dia percaya makin banyak membantu ekonomi orang, semakin banyak pula dia gampang mendapat rezeki.
Saat ini, ia memiliki ladangnya seluas 30 hektar. Hampir semuanya lahan miliknya ditanami kentang.
Biasanya setiap kali pasca panen, Mbah Kerto langsung membeli mobil baru.
Mbah Kerto sekarang menginjak usia 103 tahun. Tapi badannya masih tampak sangat sehat.
Punggungnya sama sekali tidak membungkuk. Badannya hampir tidak ada keriput. Hanya jenggotnya yang memutih.
Sehari-hari, Mbah Kerto juga masih kuat mengendarai mobil hingga puluhan kilometer.
Terkadang dia juga kerap berkeliling desa mengenakan motor trail.
Kata Mbah Kerto, resep sehat dan panjang umurnya karena setiap hari bertani.
"Aku ini masih sehat kok. Wong aku wa-wa'an (WhatsAppan.red) masih bisa," ujarnya sambil terkekeh.
15 Tahun di Dunia Hitam
Tapi, sebelum di posisi sekarang, orang sepuh yang lahir di tahun 1919 ini, ternyata
semasa muda pernah tiga kali gagal soal urusan cinta, sampai akhirnya terjerumus menjadi bandit jalanan.
Dirinya pernah mengandrungi judi hingga akhirnya utangnya mencapai puluhan juta.
Kalut mencari jalan keluar, dia terjun menjadi seorang begal.
Dunia hitam ini dijalani Mbah Kerto kurang lebih selama 15 tahun.
Bukannya menemukan solusi, dia malah menjadi seorang buron. Bayang-bayang hidup di penjara setiap hari menghantui pikirannya.
Pria asal Desa Argosari, Kecamatan Senduro ini akhirnya memutuskan untuk tobat.
Pada tahun 1976, Mbah Kerto pindah ke Ranupane untuk niatan mengubah nasib.
Saat itu, dia mendengar kontur tanah di Ranupane cocok ditanami bibit kentang. Bibit kentang yang ditanam di Ranupane bisa tumbuh kentang yang memiliki kualitas super.
Tapi di awal-awal pertobatannya, Mbah Kerto mengalami masa-masa tirakat.
Belasan tahun hidup di dunia kriminal, namanya rusak di kalangan masyarakat Tengger. Ini membuatnya semakin jatuh.
Saking melaratnya, dia pernah tidur di depan rumah warga saat malam hari. Padahal suhu di desa yang menjadi pintu masuk pendaki ke Gunung Semeru ini sangat dingin pada malam hari.
Kemudian, Mbah Kerto kembali ke rumah. Dia akhirnya bisa meyakinkan kepada orantuanya di Ranupane dia bisa menemukan nasib baik.
Dia meminta modal ke orang tuanya untuk membeli ladang di Ranupane. Perubahan itu dia buktikan di tahun 1983.
Dari hasil panen kentang di bisa mendapat uang koin 100 perak hingga seberat 70 kilogram.
Hasil panen kentang itu, kembali ia gunakan untuk menambah modal hingga akhirnya ia bisa menjadi petani sukses dan mempunyai 30 hektar ladang kentang.
Kini Mbah Kerto menjadi sosok panutan warga desa setempat. Banyak orang-orang muda Ranupane mencontoh cara Mbah Kerto bertani.
Rajin bangun pagi untuk memulai aktivitas bertani. Sebagian uang hasil panen disedehkahkan, lalu sisanya ditabung agar bisa membeli mempunyai lahan yang lebih banyak.