Berita Surabaya Hari Ini

Surabaya dan Malang Menonjol dalam Urusan Kekerasan pada Perempuan dan Anak

Penulis: Bobby Constantine Koloway
Editor: Yuli A
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3A-PPKB), menggelar Forum Perangkat Daerah (PD), Senin (27/2/2023) dengan melibatkan Forum Anak Surabaya (FAS).

SURYAMALANG.COM, SURABAYA - Pemkot Surabaya menargetkan angka kekerasan pada anak dan perempuan bisa turun tahun ini. Seluruh pihak akan dilibatkan.

Hal ini menjadi salah satu masukan dari Forum Anak Surabaya (FAS) dalam Forum Perangkat Daerah (PD), Senin (27/2/2023). Program tersebut diselenggarakan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3A-PPKB) Surabaya.

Mengutip data Simfoni Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), Surabaya ikut menyumbangkan angka kasus kekerasan pada anak cukup tinggi selama 2022.

Di tahun tersebut, Surabaya berada di peringkat kedua dengan 180 kasus. Surabaya hanya berada di bawah Jember (201 kasus) dan di atas Kabupaten Sidoarjo (167 kasus), Kabupaten Malang (123 kasus) dan Kota Malang (106 kasus) sebagai lima daerah dengan kasus kekerasan pada anak dan perempuan tertinggi di Jatim.

Menjawab masukan tersebut, DP3A-PPKB Surabaya telah melakukan serangkaian pencegahan. Di antaranya, melibatkan seluruh stakeholder.

"Kami memberikan perlindungan dari kasus pornogafi dan pelecehan seksual pada anak. Semua PD hingga saat ini masih berjuang menangani permasalahan anak,” kata Sekretaris Dinas DP3A-PPKB Kota Surabaya, Maulisa Nusiara usai acara.

Menurut Maulisa, kota besar seperti Surabaya tidak dapat menghindari fenomena pelecehan seksual pada anak. Namun, bukan berarti pemkot diam saja.

Dalam mengatasi fenomena itu, jajaran Dinas bergerak. Baik dengan memberikan edukasi dan pendampingan agar permasalahan bisa diselesaikan.

Bukan hanya melalui pencegahan, penindakan hingga pendampingan pun dilakukan kepada para korban. "(Kekerasan pada anak dan perempuan) merupakan fenomena yang terjadi di kota besar," katanya.

"Kami terus bekerja keras. Bagaimana caranya kita mengelola kemudian menyelesaikan masalah itu dengan integrasi dan stakeholder, secepat mungkin. Bahkan, dari kementerian dan pemerintah pusat juga memberikan atensi itu," tambahnya.

Selain soal perhatian pada kasus kekerasan pada perempuan dan anak, Forum Anak Surabaya (FAS) juga menyampaikan berbagai hal yang berikatan dengan kota layak anak.

"FAS juga menyapa hak sipil dan kebebasan, soal lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif seperti tekanan yang diterima oleh anak dari orang tua,” kata Maulisa.

Selain itu, FAS juga menyoroti kesehatan dan kesejahteraan anak-anak di Surabaya. Menjawab pemenuhan kesehatan dan kesejahteraan anak, di Surabaya memiliki 63 puskesmas yang menyediakan pelayanan kesehatan serta psikolog yang siap memberikan pendampingan.

Dengan adanya pelayanan itu, anak yang mengalami masalah di dalam keluarga, lingkungan atau akibat perilaku diri sendiri bisa berkonsultasi secara langsung. “Di sana (puskesmas) semua ada, ketika ada masalah mereka bisa berkonsultasi,” jelas Maulisa.

FAS juga menyampaikan fasilitas pendidikan dan pemanfaatan waktu luang, dan ruang berbudaya untuk anak di Surabaya. Maulisa menerangkan, anak-anak bisa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dan lain sebagainya.

Halaman
12

Berita Terkini