"Kekurangan ini justru menjadi challenge atau tantangan pemimpin saat ini untuk menyempurnakan, itu namanya estafet pembangunan," ujar Ismail.
Ismail mengatakan, pembangunan JIS melewati proses panjang dari sebelum pemerintahan Anies Baswedan.
Stadion tersebut, kata Ismail, dibangun atas kesepakatan eksekutif dan legislatif guna mengakomodir keinginan warga Ibu Kota.
"Kalau melihat dari prosesnya JIS tak berdiri tunggal pada masa pak Anies, tapi sudah ada prosesnya."
"Untuk penetapan tempat era pak Jokowi, eksekusi lahan di masa pak Ahok dan realisasi pembangunannya di masa Anies."
"Jadi kami melihat ada andil dari pimpinan gubernur sebelumnya," ucap Ismail.
"Karena berbagai faktor ini ditenggelamkan. Saya pikir ini mengubur hidup pula mimpi dari masyarakat Jakarta utk memiliki stadion," sambung dia.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono sebelumnya mengatakan, rumput JIS tidak memenuhi standar FIFA.
"Stadion yang bagus tetapi kami evaluasi. Kalau nanti dievaluasi FIFA, mudah-mudahan bisa memenuhi standar."
"Salah satu yang utama rumput," ucap Basuki.
Soal rumput tak memenuhi standar FIFA, kata Basuki, berdasarkan keterangan Qamal Mustaqim yang merupakan ahli agronomi untuk rumput stadion.
"Kondisi rumput sekarang menurut evaluasi ahlinya, yang juga mengevaluasi 22 stadion termasuk yang memasang rumput Gelora Bung Karno (GBK) untuk Asian Games, jelas tidak masuk dalam standar FIFA," ujar Basuki.
Basuki mengatakan rumput tersebut nantinya akan diganti untuk memenuhi standardisasi FIFA.
Biaya penggantian rumput itu sekitar Rp 6 miliar.
"Tadi saya sampaikan (untuk biaya ganti rumput) keroyokan. Menurut pak Kamal (ahli rumput) sekitar Rp 6 miliar satu lapangan," ujar Basuki.