SURYAMALANG.COM, BLITAR - Pemkot Blitar menunggu realisasi pembangunan Museum Pembela Tanah Air (PETA) dari pemerintah pusat yang nilainya ditaksir mencapai Rp 25 miliar.
Pembangunan Museum PETA berada di bangunan bekas gedung SMP kompleks, yaitu, SMPN 3 Kota Blitar, SMPN 5 Kota Blitar dan SMPN 6 Kota Blitar.
Tiga bekas gedung SMP itu akan digunakan untuk museum sejarah perjuangan tentara PETA di Kota Blitar.
PETA adalah nama organisasi milisi pribumi bentukan Jepang untuk mempersiapkan perang melawan Amerika dan sekutunya pada Perang Dunia ke-2. Namun di Blitar, PETA di bawah komando Supriyadi justru memberontak pada 14 Februari 1945.
Sambil menunggu dana dari pemerintah pusat, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Blitar berencana mendatangkan replika pesawat tempur AS-202 Bravo di halaman Museum PETA.
Disbudpar Kota Blitar mengalokasikan anggaran Rp 250 juta untuk pengadaan replika pesawat tempur AS-202 Bravo.
"Replika pesawat tempur masih dikerjakan pihak ketiga. Kami akan menempatkan replika pesawat tempur di sisi barat monumen PETA Supriadi," kata Kepala Disbudpar Kota Blitar, Edy Wasono, Sabtu (18/5/2024).
Edy mengatakan pengadaan replika pesawat untuk melengkapi koleksi kendaraan tempur di halaman Museum PETA.
Saat ini, sudah ada beberapa kendaraan tempur yang merupakan hibah pinjam pakai dari TNI di halaman Museum PETA.
Sejumlah kendaraan tempur yang sekarang sudah diparkir di halaman Museum PETA, yaitu, dua unit tank, satu unit meriam dan satu unit pesawat tempur F-86 Sabre.
"Pengadaan replika pesawat tempur ini juga untuk menambah daya tarik kepada masyarakat di Museum PETA," ujarnya.
Dikatakan Edy, saat ini, Disbudpar fokus menata halaman Museum PETA terlebih dulu.
Sedang rencana pembangunan Museum PETA masih menunggu anggaran dari pemerintah pusat.
"Sebelum pembangunan Museum PETA terealisasi, kami menata dulu halamannya. Halaman Museum PETA kami isi dengan koleksi beberapa kendaraan tempur hibah pinjam pakai dari TNI," ujarnya.