'KAMI BUKAN BABU KELUARGA' Protes ASN Kemendikti Saintek Imbas Arogansi Menteri Prof Satryo

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Protes ASN Kemendikti Saintek (kanan) imbas arogansi menteri Prof Satryo (kiri), pecat Nina Herlina 'KAMI BUKAN BABU KELUARGA'.

SURYAMALANG.COM, - 'KAMI BUKAN BABU KELUARGA' bunyi spanduk yang tertulis dalam aksi demo yang dilakukan pegawai Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemendikti Saintek). 

Para pegawai melakukan aksi protes dengan berkumpul di depan kantornya, Kemendiktisaintek Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (20/1).

Demo tersebut digelar imbas arogansi Prof Satryo Soemantri Brodjonegoro selaku Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendikti Saintek). 

Satryo Soemantri baru saja dilantik pada (21/10/2024) lalu sebagai Mendiktisaintek di era pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Baca juga: Jelang Peresmian Stadion Kanjuruhan Oleh Presiden Prabowo Subianto, Keberadaan PKL Akan Ditertibkan

Namun baru saja mengemban jabatan, kegaduhan di internal Kemendikti Saintek sudah terjadi.

Mengenakan pakaian berwarna hitam, para pegawai Kemendikti Saintek membentangkan spanduk protes kepada Prof Satryo yang dianggap sudah semena-mena. 

Para pegawai merasa diperlakukan tidak adil apalagi setelah Prof Satryo memecat salah satu pegawai melalui proses yang diduga tidak sesuai prosedur. 

Nama istri Prof Satryo tercatut dalam demo ini sebab diduga sebagai pemicu pemecatan pegawai tersebut. 

Dalam aksinya, para pegawai membentangkan spanduk protes dengan tulisan "Institusi Negara Bukan Perusahaan Pribadi Satryo dan Istri".

Selain itu ada juga spanduk yang berbunyi "Kami ASN, Dibayar oleh negara, bukan babu keluarga".

Kalimat sarkas tersebut menunjukkan betapa geramnya para pegawai atas perlakuan menteri yang baru.

Tanggapan Ketua Paguyuban

Ketua Paguyuban Pegawai Kemendikti Saintek, Suwitno mengatakan, masalah yang ada di Kemendikti Saintek tidak baru-baru ini saja terjadi. 

Suwitno menyebut masalah sudah dimulai sejak adanya pergantian pejabat baru setelah Prof. Satryo diangkat sebagai Mendikti Saintek oleh Presiden Prabowo Subianto.

Pergantian jabatan itu, kata Suwitno, dilakukan dengan cara yang tidak elegan ataupun adil.

"Tapi dengan cara-cara yang tidak elegan, cara-cara tidak fair, cara-cara juga tidak sesuai prosedur," kata Suwitno di Kantor Kemendikti Saintek, Jakarta, Senin (20/1/2025).

"Nah, ini juga memang terjadi sebenarnya di pimpinan di ditjen yang lama dan juga ada salah seorang direktur di lingkungan di Ditjen Dikti itu tidak diperlakukan secara adil," lanjutnya.

Baca juga: Viral Kades di Malang dapat Apresiasi dari Prabowo dan Gibran, Ciptakan Lagu Berjudul Presidenku

Lalu, permasalahan semakin runyam setelah salah satu pegawai aparatur sipil negara (ASN), yakni Neni Herlina juga mengaku dipecat sepihak oleh Prof. Satryo.

Neni, kata Suwitno bertugas menangani semua urusan rumah tangga Kemendikti Saintek.

Namun, karena ada kesalahpahaman dalam menjalankan tugas, Neni tiba-tiba dipecat oleh Prof. Satryo.

"Kalau pegawai melakukan kesalahan, itu kan bisa ditindaklanjuti dengan penjatuhan hukuman disiplin tapi harus jelas prosedurnya, ini tidak dilakukan sama sekali" terang Suwitno.

"Bahkan diusir dan diberhentikan katanya, bahkan diminta angkat kaki," jelasnya mengutip Kompas.com (grup suryamalang).

Oleh karena itu, Paguyuban Pegawai Kemendikti Saintek bergerak melakukan aksi ini sebagai ajang untuk menunjukkan rasa.

Pegawai juga ingin menunjukkan kepada Presiden Prabowo Subianto menteri yang telah dilantik sudah bertindak sewenang-wenang. 

"Terutama adalah kepada pejabat atau kepada Bapak Presiden yang sebenarnya mengangkat dan menunjuk beliau sebagai Menteri" papar Suwitno.

"Nah, kalau sudah seperti ini, apakah mau dilanjutkan atau tidak? seorang pejabat itu yang harusnya memang menjadi contoh, apalagi di pendidikan tinggi," paparnya.

Pengakuan Pegawai yang Dipecat

Sementara itu, Neni Herlina pegawai yang dipecat oleh Prof. Satryo menilai pemecatannya itu sangat tidak adil dan sepihak serta dilakukan dengan tidak manusiawi.

Neni mengatakan, permasalahan antara dia dan Prof. Satryo bermula dari meja yang harus diletakkan di ruang kerja Prof. Satryo namun ternyata dianggap tidak sesuai oleh istri Prof. Satryo. 

"Waktu itu permintaan mengganti meja itu dari istrinya sih karena waktu itu ke kantor, habis pelantikan beres-beres, kata sekretaris yang sekarang sudah dipecat itu bilang kayak gitu," kata Neni.

"Saya emang enggak tahu apa-apa, cuma besoknya dipanggil gitu aja. Dipanggil langsung dimarahi," ucap Neni. 

Baca juga: Bung Karno Faktor yang Akan Mempertemukan Megawati dan Prabowo

Kini setelah dipecat Neni juga merasa takut dan bingung bagaimana harus bersikap apakah harus bekerja ke kantor atau tidak.

Neni juga merasa dipermalukan di hadapan bawahannya. 

"Enggak ada SK-nya juga. Cuman maksudnya sudah keterlaluan aja di depan anak magang, di depan staf-staf saya, gitu. Mempermalukan saya kan," pungkas Neni. 

Tanggapan Kemendikti Saintek

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemendikti Saintek Prof. Togar M Simatupang menanggapi terkait unjung rasa yang dilakukan oleh pegawainya. 

Togar mengatakan, pihak Kemendikti Saintek mengapresiasi semua bentuk penyampaian aspirasi dari pegawai. 

Meski demikian, pihaknya merasa ada cara yang lebih baik lagi dalam menyampaikan aspirasi, yakni melalui forum.

"Sebenarnya masih tersedia ruang dialog yang lebih baik dan ini tetap dengan tangan yang terbuka" kata Togar kepada wartawan, Senin (20/1/2025).

"Pemikiran yang terbuka, dan pencapaian resolusi yang terbaik," imbuhnya.

Baca juga: Khofifah Silaturahmi ke Presiden RI, Undang Prabowo Buka Kongres XVIII Muslimat NU di Surabaya

Togar juga menegaskan, pihaknya tidak melakukan pemecatan sepihak dan sebenarnya masih terbuka opsi lain bagi pegawai yang dipecat tersebut.

"Sedang proses dan tentu terbuka untuk opsi lain, bukan hitam putih. Tidak baik terlalu reaktif dan tidak ada dialog," jelasnya.

Siapa Istri Satryo Soemantri?

Berdasarkan penelusuran Tribunnews (grup suryamalang), Satryo Soemantri Brodjonegoro memiliki istri bernama Silvia Ratnawati Brodjonegoro.

Dari pernikahannya tersebut, mereka memiliki dua orang anak.

Sedangkan Satryo Soemantri lahir di Delft, Belanda, pada 5 Januari 1956 dan saat ini berusia 69 tahun. 

Satryo Soemantri resmi menjabat sebagai Mendikti Saintek setelah Kemendikbudristek menggelar serah terima jabatan (sertijab).

Lalu juga acara pisah sambut antara Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024, di Plaza Insan Berprestasi, Kompleks Kemendikbudristek, Jakarta, Senin (21/10/2024).

Baca juga: 5 Bansos Presiden Prabowo Per 1 Januari 2025, Beras 10 Kg hingga Diskon 50 Persen Token Listrik

Di dunia pendidikan, Satryo Soemantri Brodjonegoro sudah tidak asing lagi. 

Satryo Soemantri lahir dari keluarga yang menggeluti dunia pendidikan sekaligus anak dari Soemantri Brodjonegoro.

Ayahnya, pernah menduduki posisi sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (1973), Rektor Universitas Indonesia (1964-1973).

Ikuti saluran SURYA MALANG di >>>>> WhatsApp 

Berita Terkini