Namun, kembali melanjutkan kegiatan berikutnya di sekolah. "Tidur siang ini bukan di [waktu] pembelajaran efektif," katanya.
"Namun, berlangsung pada program Sekolahe Arek Suroboyo (SAS). Setelah tidur siang, mereka melanjutkan ekstrakurikuler hingga pukul 16.00 WIB," katanya.
Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya, menurutnya, telah merestui program ini.
Dispendik Surabaya, sebagaimana arahan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, memang mendorong sekolah berinovasi untuk memperkuat karakter siswa melalui SAS.
Inovasi tersebut didasarkan pada karakteristik masing-masing sekolah.
"Progam ini mungkin tidak harus dicontoh sekolah lain. Sebab, kemampuan sekolah masing-masing [berbeda]," lanjutnya.
"Kami juga sudah sampaikan ke Dispendik. Kata Dispendik [kegiatan ini] bermanfaat. Kami selalu monitoring dan sampaikan hasilnya ke Dispendik," terang Rini.
Menurutnya, ide ini juga mendapat antusias siswa.
Bahkan, siswa secara sukarela membawa tikar hingga perlengkapan tidur seperti boneka dan bantal.
"Awalnya saya terpikir hanya tidur di bangku. Tapi ternyata, anak-anak lebih kreatif membawa tikar dan bantal," lanjutnya.
Siswa menerima manfaat secara langsung. Selama ini, mereka mengakui jarang tidur siang karena padatnya aktivitas pembelajaran.
"Setelah tidur siang, aku merasa lebih semangat belajar dan lebih fokus," kata siswi kelas 8D, Nur Mahsa.
Siswi kelas 8D lainnya,Salma Alea Netaca, juga merasakan dampak secara langsung kepada tubuhnya setelah tidur siang.
"Rasanya lebih rileks dan nggak ngantuk lagi pas pelajaran selanjutnya," katanya. (bob)