"Saya menunggu malam, lalu mengambil paspor di brankas, karena saya gak punya uang untuk ongkos pulang, saya juga mengambil uang ringgit yang ada di sana," ucap pria yang kini seorang aktivis buruh tersebut.
Dengan uang tersebut, Hasan dan teman-temannya naik taksi menuju perbatasan, lalu kembali ke Indonesia.
Kisah pria yang kini menduduki posisi sebagai Wakil Ketua Persatuan Buruh Migran itu pun menjadi pengingat bahwa menjadi PMI ilegal sangat berisiko.
Bahkan, baru-baru ini seorang PMI ilegal asal Bengkalis, Riau, bernama Basri (54) tewas ditembak otoritas maritim Malaysia saat berusaha masuk ke negara tersebut.
Dari informasi yang dihimpun, Basri bersama empat PMI ilegal lainnya ditembak di perairan Tanjung Rhu, Selangor, pada 24 Januari 2025.
Otoritas Malaysia mengklaim mereka melakukan perlawanan, tetapi saksi menyebut para PMI itu tidak bersenjata.
Kasus ini menunjukkan bahwa PMI ilegal menghadapi risiko besar, mulai dari eksploitasi tenaga kerja hingga ancaman kekerasan.
Hasan berharap kisahnya bisa menjadi pelajaran bagi calon pekerja migran agar menempuh jalur yang legal dan aman.
"Jangan sampai ada lagi yang mengalami nasib seperti saya."
"Cari informasi yang benar sebelum berangkat kerja ke luar negeri. Jangan tergiur janji manis calo," jelas dia mengutip Tribun Jabar.
Nasib TKI ilegal lainnya
Nasib tragis dialami Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ilegal di Arab Saudi.
TKI ilegal bernama NN tewas usai melompat dari gedung rumah sakit di Jeddah.
Reaksi keluarga NN mengetahui hal ini sungguh pilu.
Diketahui, NN merupakan warga Desa Singajaya, Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat.