Di tengah berlangsung pertemuan di TPA Supit Urang, anggota dewan dari Nasdem itu mendapat telepon dari seseorang.
Isi pembicaraannya disampaikan Dito dan membuat Rahman, yang semula masih sempat berbelit seperti rumitnya mencari ujung benang basah yang bulet itu, langsung terdiam.
"Sudah, kalau DLH nggak bisa memberikan kompensasi buat warga yang terdampak, dengan berdalih takut menabrak aturan, kami dapat telepon dari 'beliaunya', dan disarankan nanti dianggarkan pada PAK mendatang, biar warga segera bisa terbantukan," tegas anggota dewan Nasdem, yang bikin Rahman terdiam dan terbelalak itu.
Siapa yang si penelpon sakti ke Dito itu? Sepertinya bukan Wahyu Hidayat, Wali Kota Malang.
Sebab, mantan Sekda Kabupaten Malang itu selama ini dinilai banyak pihak sepertinya bersikap 'bermain aman' terhadap segala persoalan, yang terjadi di Pemkot Malang itu.
Malah, terkait kasus pencemaran itu, DLH-nya yang sepertinya dikorbankan, untuk disuruh beradu kening dengan warga, yang jadi korban pencemaran.
'Yang telepon saya itu, ada lah. Tapi, kalau ngotot dan ingin tahu, dia adalah Pak Ali (maksudnya Ali Muthohirin, Wawali)."
"Intinya, beliau minta agar bau dan jenis pencemaran lainnya, dituntaskan karena kasihan pada warga," ungkapnya.