SURYAMALANG.COM, SURABAYA – Kontroversi sound horeg di masyarakat makin mengemuka ketika lahir fatwa haram sound horeg.
Terlepas dari adanya fatwa haram itu, sound horeg juga dinilai bisa memiliki dampak negatif dari sisi kesehatan fisik dan mental.
Pakar Kesehatan dari Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surabaya, dr. Gina Noor Djalilah, Sp.A, MM memaparkan risiko-risiko sound horeg dari sisi kesehatan.
Tren penggunaan sound horeg yang makin marak di berbagai hajatan masyarakat, mulai dari pesta pernikahan hingga arak-arakan, menuai perhatian serius dari kalangan medis.
Pasalnya, suara ekstrem dari perangkat ini dinilai bisa membahayakan kesehatan pendengaran.
dr. Gina Noor Djalilah, Sp.A, MM mengungkapkan bahwa sound horeg bisa menghasilkan suara hingga 120–135 desibel (dB), jauh melebihi ambang batas aman bagi telinga manusia.
“Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan tingkat kebisingan tidak lebih dari 70 dB. Suara di atas 85 dB pun sudah berisiko merusak jika terpapar dalam waktu lama. Sedangkan sound horeg bisa jauh melebihi angka itu,” terang dr. Gina, Sabtu (5/7/2025).
Paparan suara sekeras itu, kata dia, dapat merusak sel rambut halus di koklea—bagian dalam telinga yang mengubah getaran suara menjadi sinyal listrik ke otak.
Kerusakan tersebut bersifat permanen, karena sel-sel itu tidak bisa tumbuh kembali.
“Awalnya hanya kesulitan mendengar dalam keramaian. Tapi jika terus terpapar, bisa berujung pada tuli,” jelasnya.
Tak hanya itu, efek lain dari kebisingan ekstrem antara lain tinnitus (denging di telinga), hiperakusis (sensitivitas suara berlebih), vertigo, hingga pecahnya gendang telinga.
Sistem keseimbangan tubuh pun bisa ikut terganggu karena dipengaruhi telinga bagian dalam.
Dalam jangka panjang, suara bising juga berisiko menyebabkan stres, gangguan tidur, tekanan darah tinggi, hingga penyakit jantung.
Anak-anak dan remaja pun rentan mengalami gangguan konsentrasi serta penurunan produktivitas belajar.
“Kalau telinga terus-terusan dipaksa mendengar suara keras, lama-lama bisa ‘lelah’. Gejalanya bisa berupa sakit kepala, telinga nyeri, berdenging, atau terasa penuh,” tambahnya.