Surabaya

Malang Tertinggi, Surabaya ke 5 Angka Putus Sekolah Tertinggi Jatim, Ini Langkah Pemkot Surabaya

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI - MPLS - Siswa mengikuti upacara pada hari kedua Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di SMPN 6 Kota Malang, Selasa (15/7/2025). Angka putus sekolah yang masih tinggi jadi Pekerjaan Rumah yang harus diselesaikan Pemda di Jatim, khusunya di Malang

SURYAMALANG.COM, SURABAYA - Malang masih menjadi daerah penyumbang angka putus sekolah di Jawa Timur tertinggi. 

Data Kementerian Pendidikan tahun 2024, jumlah siswa drop out (DO) dan lulus tidak melanjutkan (LTM) untuk jenjang SD hingga SMA sederajat di Malang  angkanya mencapai 22.799 anak.

Daerah dengan angka putus sekolah tertinggi berikutnya yakni Jember (21.464 anak), Bangkalan (13.897 anak), Sampang (13.654 anak) dan di Surabaya mencapai 12.517 siswa. 

Terkait hal tersebut, Dewan Pendidikan Jawa Timur meminta masing-masing daerah untuk mengutamakan langkah preventif mengatasi angka putus sekolah.

Menurut Anggota Dewan Pendidikan Jawa Timur, Ali Yusa, ada berbagai instrumen yang telah dimiliki masing-masing daerah.

Di Surabaya misalnya, telah memiliki Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) informal.

Program tersebut membantu anak-anak putus sekolah dan yang tak mampu melanjutkan sekolah karena terkendala biaya melalui pendidikan Kejar Paket.

"Surabaya sudah punya SKB, sayangnya pihak-pihak di bawah tidak memiliki support data yang baik. Sehingga, program tersebut tidak bisa maksimal," kata Yusa dikonfirmasi di Surabaya, Selasa (19/8/2025).

Seharusnya, data pendidikan seharusnya dikumpulkan melalui kelurahan.

"Kalau para lurah ditanyai, seharusnya bisa menjawab," katanya.

Tantangan lainnya, Dewan Pendidikan menduga sebagian anak melanjutkan pada lembaga pendidikan yang tak terdaftar di pemerintah melalui Data Pokok Pendidikan (Dapodik) Non-formal.

Maka, data siswa yang bersangkutan juga tidak dapat terekam.

"Misalnya dia ke pesantren tapi pesantren ini tidak memiliki PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Mengajar) atau sekolah. Jadi, nggak terdata juga. Sehingga, ini akan masuk pada kategori anak yang tidak melanjutkan," urainya.

Karenanya, Ali berharap Pemkot mengoptimalkan program SKB yang ada.

"Harus dilaksanakan di lima wilayah. Kemudian, ada branding kembali dari Wali Kota. Sehingga, akan banyak masyarakat yang sadar tentang pentingnya program SKB ini," tutur Ali.

Halaman
12

Berita Terkini