Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi akan mengoptimalkan pendataan untuk memetakan sebaran anak putus sekolah di Surabaya.
Terutama, pada jenjang yang menjadi kewenangan Pemkot: pendidikan pra sekolah, SD, dan SMP.
"Kami akan memastikan anak-anak mengikuti pendidikan dari PAUD, SD, dan SMP. Program kami, jangan sampai ini terputus," kata Cak Eri ketika dikonfirmasi terpisah, Selasa (19/8/2025).
Pemkot akan berkoodinasi dengan RT dan RW melalui Kampung Pancasila.
Diharapkan, data yang terkumpul akan semakin akurat.
"Dengan Kampung Pancasila, Dinas Pendidikan akan mencari. Jangan sampai ada anak yang berhenti sampai dengan SMP," kata Doktor Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Universitas Airlangga (Unair) ini.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) Surabaya 2024, Rataan Lama Sekolah (RLS) Kota Surabaya mencapai 10,89 tahun atau meningkat sebesar 0,19 tahun (1,78 persen) dari tahun sebelumnya.
Dengan kata lain, penduduk Kota Surabaya berusia 25 tahun ke atas menempuh dan menyelesaikan pendidikan formal selama 10,89 tahun belajar atau setara kelas XI SMA/MA/SMK.
Kemudian, angka Harapan Lama Sekolah (HLS) penduduk Kota Surabaya mencapai 14,87 tahun (setingkat Diploma III) atau meningkat 0,02 poin dibanding tahun 2023 yaitu 14,85.
HLS merupakan peluang penduduk untuk menempuh pendidikan formal pada usia tertentu.
Dinas Pendidikan Surabaya akan mengoptimalkan program penuntasan Wajib Belajar (Wajar) dari yang sebelumnya 9 tahun menjadi 13 tahun.
"Harapannya, angka partisipasi kita bisa mendekati 100 [persen]," kata Kepala Dinas Pendidikan Surabaya Yusuf Masruh dikonfirmasi terpisah.
Terkait data tersebut, Dinas Pendidikan akan melakukan pencocokan dengan data di lapangan.
"Kami memiliki data siswa di sekolah formal. Ini akan kita cek di lapangan," kata Yusuf.
Terkait hal tersebut, Pemkot Surabaya akan melakukan berbagai upaya preventif.
(bob)