Kepercayaan publik runtuh, sementara institusi pun tidak berfungsi optimal.
Refleksi bagi Organisasi
Kasus sertifikasi K3 di Kementerian Ketenagakerjaan memberi kita pelajaran mahal bahwa menyembunyikan bola salju sama saja dengan menyiapkan longsor di kemudian hari.
Oleh karena itu transparansi tidak boleh berhenti sebagai jargon, melainkan harus hadir sebagai mekanisme nyata agar bola salju tidak disembunyikan.
Pengawasan tidak cukup ada di atas kertas, tetapi harus hidup dalam tindakan.
Kepemimpinan sejati bukan sekadar visi besar atau pencitraan publik, melainkan ketegasan dalam menjaga integritas internal.
Fenomena bola salju yang disembunyikan tidak hanya terjadi di kementerian.
Situasi serupa bisa muncul di organisasi masyarakat, lingkungan akademik, hingga perguruan tinggi.
Mekanismenya sama: pengawasan hanya menjadi formalitas, pemimpin berlindung dengan alasan tidak tahu, pengawas memilih menjaga stabilitas, dan lingkungan sekitar membiarkan.
Dari sini kita belajar bahwa organisasi sehat bukanlah organisasi tanpa masalah, melainkan organisasi yang berani jujur menghadapi masalah sejak dini.
Organisasi yang berani membuka luka kecil sejak awal sesungguhnya sedang menyiapkan dirinya untuk lebih sehat.
Keterbukaan dan kejujuran adalah nafas dari semua amanah, menjaga bangunan agar tidak retak di dalam.
Untuk keluar dari lingkaran ini, dibutuhkan keberanian.
Pemimpin dituntut berani menghadapi persoalan tanpa menundanya, pengawas berani menegakkan akuntabilitas tanpa ragu, dan setiap anggota organisasi berani menjaga integritas dengan tidak larut dalam budaya pembiaran.
Keberanian menegakkan kebenaran bukan hanya menyelamatkan struktur organisasi, tetapi juga menghadirkan keberkahan yang menguatkan langkah.
Pada akhirnya, ketulusan menjaga integritas adalah jalan agar sebuah organisasi tetap kokoh, bermanfaat, dan bermartabat.