Ponpes Ambruk Sidoarjo

Riwayat Ponpes Al Khoziny Sidoarjo Berumur 100 Tahun Kini Bangunan Ambruk, 7 Orang Masih Terjebak

Riwayat Ponpes Al Khoziny Sidoarjo berumur 100 tahun kini bangunan ambruk, 7 orang masih terjebak, 3 orang meninggal dunia, evakuasi berlangsung.

|
KOMPAS.com/IZZATUN NAJIBAH/SURYAMALANG.COM/M Taufik
BANGUNAN PONPES AMBRUK - Kondisi bangunan musala di area Pondok Pesantren Al-Khoziny, Desa Buduran, Sidoarjo yang ambruk (KANAN) pada Senin (29/9/2025). Sejumlah petugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sidoarjo masih berusaha melakukan evakuasi di area bangunan roboh (KIRI), Senin (29/9/2025) malam. Sementara dari dalam reruntuhan, terdengar suara beberapa orang meminta tolong yang diduga santri. Riwayat Ponpes Al Khoziny berusia lebih dari 100 tahun. 

Didirikan oleh KH Raden Khozin Khoiruddin, yang akrab disapa masyarakat sebagai Kiai Khozin Sepuh. Ia merupakan menantu dari KH Ya’qub, pengasuh Pesantren Siwalanpanji pada periode ketiga. 

Menurut catatan dalam jurnal "Peranan KH Abdul Mujib Abbas dalam Mengembangkan Pesantren Al Khoziny Buduran Sidoarjo 1964-2010", Kiai Khozin menjadi salah satu mata rantai penting dari tradisi keilmuan pesantren yang mengakar kuat di Jawa Timur.

Ponpes Siwalanpanji sendiri memiliki sejarah panjang.

Sejumlah ulama besar pernah menimba ilmu di sana, seperti KH M Hasyim Asy’ari (Tebuireng, Jombang), KH Abdul Wahab Hasbullah (Tambakberas, Jombang), KH Usman Al Ishaqi (Alfitrah Kedinding, Surabaya), KH As’ad Syamsul Arifin (Situbondo), hingga banyak ulama lainnya dari berbagai penjuru Nusantara.

Baca juga: Momen Memilukan Evakuasi Tragedi Ponpes Al Khoziny Sidoarjo Ambuk, Terdengar Suara Tangisan Santri

Ponpes Al Khoziny kemudian menjadi kelanjutan dari estafet keilmuan itu. Namun, penentuan tahun berdirinya pesantren ini sempat menjadi perdebatan.

Beberapa artikel menyebutkan tahun 1926 atau 1927 sebagai awal berdirinya.

Pandangan itu kemudian diluruskan oleh KHR Abdus Salam Mujib, pengasuh Pesantren Al Khoziny saat ini.

Dalam Haul Masyayikh dan Haflah Rajabiyah ke-80 Ponpes Al Khoziny pada 2024 lalu yang dilansir dari laman NU Jawa Timur, Kiai Salam Mujib mengisahkan pengalaman yang memperdalam pemahamannya tentang usia pesantren ini.

Kiai Salam mengenang kedatangan rombongan satu bus dari Yogyakarta beberapa tahun lalu.

Ketua rombongan yang kini berusia sekitar 70 tahun itu menyampaikan, ayahnya pernah nyantri terakhir di sana setelah sebelumnya belajar di beberapa pesantren di Jawa, seperti Pesantren Buntet di Cirebon dan beberapa pesantren lain di Jawa Tengah.

Baca juga: RS Siti Hajar Siaga Tangani Korban Musibah Bangunan Ambruk Ponpes Al Khoziny, 44 Korban Masuk

Menurut penuturan Kiai Salam, orang tua ketua rombongan tersebut belajar di Buduran selama lima tahun sejak 1920, ketika pesantren diasuh oleh Kiai Abbas Buduran.

Kiai Salam mengaku menyayangkan peristiwa bersejarah itu tidak pernah didokumentasikan dengan baik. Namun, ia tetap yakin Ponpes Al Khoziny telah berdiri sebelum 1920.

Untuk memastikan kisah ini, penulis mencoba mengonfirmasi kepada Dr. Wasid Mansyur MFil, penulis buku "Biografi KH Abdul Mujib Abbas, Teladan Pecinta Ilmu yang Konsisten" (2012).

Keyakinan ini membuat peringatan haul dan haflah di Ponpes Al Khoziny terasa lebih istimewa.

Baca juga: UPDATE Korban Ambruknya Bangunan Ponpes Al Khoziny, 1 Korban Meninggal Dunia di RS Siti Hajar 

Jika kisah santri pertama Kiai Abbas yang mulai belajar pada 1920 dijadikan acuan, maka pesantren yang kini diasuh oleh Kiai Salam Mujib sudah berusia lebih dari satu abad.

Halaman
123
Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved