Ponpes Al Khoziny Sidoarjo Ambruk

Menangis Dalam Hati, Kisah Aziz Tim SAR Ponpes Al Khoziny Lihat Jenazah Sujud, Korban Bawa Alquran

Menangis dalam hati, kisah Aziz tim SAR Ponpes Al Khoziny lihat jenazah sujud, korban merintih kesakitan minta tolong, masih bawa Alquran.

Tangkap layar Youtube Harian Surya/Dok Tim SAR/Suryamalang.com|Zaimul Haq
PONPES AL KHOZINY AMBRUK - Anggota tim Rescue Peleton 1 Damkar Kota Surabaya, Abdul Aziz (KANAN) dalam wawancara bersama Suryamalang. Foto-foto kiri proses evakuasi korban (ATAS-BAWAH). Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kota Surabaya, menjadi bagian dari Tim SAR (Search and Rescue) dalam evakuasi ambruknya Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur pada Senin (29/9/2025).  

Proses evakuasi menjadi pertarungan melawan waktu dan kesulitan medan. 

Untuk Yusuf, Aziz berhasil mendapatkan informasi adanya lubang kecil di dekatnya, yang memicu tim untuk mendahulukan penyelamatan Yusuf.

Evakuasi Yusuf dimulai pukul 22.00 malam.

Tim harus melubangi beton hingga pukul 02.00 pagi.

Baca juga: Operasi SAR Pencarian Korban Ponpes Al Khoziny Resmi Diperpanjang, Masih Banyak Korban Hilang

Setelah berhasil membuat celah, Mas Neo menyuplai makanan dan minuman agar Yusuf tetap tenang dan bertenaga.

Saat memotong besi beton (neser) yang menghalangi Yusuf, Aziz sempat mengira santri tersebut telah meninggal karena tidur sambil membawa Al-Qur'an dan kopiah, padahal suara pemotongan beton sangat keras.

"Saya tarik kepalanya, saya goyang-goyang. Yusuf, Yusuf. Akhirnya dia kaget. 'Iya, Pak. Sabar ya, sebentar lagi kamu keluar,'" kisah Aziz haru.

Yusuf berhasil dievakuasi keluar.

Sementara itu, evakuasi Haikal yang terhimpit lebih sulit.

Haikal akhirnya berhasil dikeluarkan oleh tim Basarnas Special Group (BSG) pada hari Rabu, kurang lebih pukul 02.00 pagi, setelah perjuangan panjang.

Menangis Dalam Hati

Aziz mengakui bahwa wawancara singkat di tengah reruntuhan bukan sekadar untuk data, tetapi untuk menenangkan korban.

"Semua orang pada saat insiden seperti itu akan berada di titik terendah. Dia akan depresi, pikirannya akan kacau balau," katanya.

Bahkan, Aziz dan rekan-rekan tim penyelamat tak kuasa menahan tangis.

"Jangankan si korban, saya saja dan teman-teman nangis, Pak. Nangis karena banyak suara rintihan... Kami kuat-kuatkan, karena kalau kami nangis, korban akan semakin ketakutan" ucapnya. 

Aziz juga memohon maaf jika masyarakat menganggap penanganan lambat.

Sumber: Surya Malang
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved