Surabaya

SOSOK Raffa Galang Prayoga Remaja Surabaya Ditemukan Penuh Luka Bacok di Sampang, Akhirnya Meninggal

SOSOK Raffa Galang Prayoga Remaja Surabaya Ditemukan Penuh Luka Bacok di Sampang, Akhirnya Meninggal

Penulis: Luhur Pambudi | Editor: Eko Darmoko
SURYAMALANG.com/Luhur Pambudi
KORBAN PEMBUNUHAN - Raffa Galang Prayoga (19) semasa hidup. Ia menjadi korban dugaan penganiayaan yang berujung kehilangan nyawa. Warga setempat dibuat geger dengan penemuan Galang dalam kondisi mengenaskan di Dusun Prekedan, Desa Samaran, Kecamatan Tambelangan, Kabupaten Sampang, sekitar pukul 15.30 WIB, pada Minggu (2/11/2025) sore. 
Ringkasan Berita:
  • Raffa Galang Prayoga (19) menjadi korban penganiayaan hingga meninggal dunia
  • Ia ditemukan dalam kondisi mengenaskan di Dusun Prekedan, Desa Samaran, Kecamatan Tambelangan, Kabupaten Sampang
  • Ia merupakan pemuda asal Kota Surabaya yang ditemukan terkapar penuh luka sobek, dengan kondisi kedua pergelangan tangan terikat tali ke belakang, dan kedua matanya ditutup kain

SURYAMALANG.COM, SURABAYA - "Aku disekap di dalam mobil," ucapan tersebut muncul dari mulut Raffa Galang Prayoga (19) sebelum mengembuskan napas terakhir di ruang medis Puskesmas Tambelangan, Kabupaten Sampang, Madura, Minggu (2/11/2025) sore.

Kalimat yang diucapkan oleh sang anak itu diketahui ayahanda korban, Bambang Kusnandar (50), setibanya di Puskesmas tersebut setelah memperoleh kabar tak mengenakkan, sekitar pukul 18.00 WIB, pada hari yang sama.

Kusnandar mendengar penuturan ucapan terakhir dari sang anak dari beberapa orang saksi warga yang mengevakuasi sang anak ke Puskesmas terdekat agar segera memperoleh bantuan penanganan medis.

Nahas, kendati sang sulung berpostur tubuh setinggi 182 cm tersebut sudah berbaring di kasur ruang instalasi gawat darurat, luka bacok di hampir sekujur tubuh membuatnya nyawa Galang melayang, tak lama kemudian.

Raffa Galang Prayoga (19) merupakan pemuda asal Kota Surabaya yang ditemukan terkapar penuh luka sobek, dengan kondisi kedua pergelangan tangan terikat tali ke belakang, dan kedua matanya ditutup kain.

Baca juga: Remaja di Sampang Madura Tewas Disambar Petir saat Berkumpul Bersama Keluarga di Rumah

Lokasi sulung dari tiga bersaudara itu ditemukan, berada di jalan setapak area Dusun Prekedan, Desa Samaran, Kecamatan Tambelangan, Kabupaten Sampang, sekitar pukul 15.30 WIB, pada Minggu (2/11/2025).

Kedua pupil mata Kusnandar langsung memerah tatkala menceritakan kondisi terakhir jenazah sang anak.

Suaranya yang lantang langsung mendadak berubah bernada lirih dan semakin pelan.

Ia sesenggukan menahan tangis mengaku tak kuat mengulas kondisi jenazah sang anak.

"Saya enggak berani melihat di kamar mayat. Saya lihat wajahnya, sudah enggak kuat."

"Luka sekujur tubuh, banyak, saya enggak mampu ngomongnya," ujarnya saat ditemui SURYAMALANG.COM, di kediaman keluarga besarnya kawasan Kecamatan Krembangan, Kota Surabaya, Kamis (6/11/2025) siang.

Bambang meyakini bahwa anaknya itu dihabisi secara berencana.

Sang anak disekap dengan kondisi kedua tangan diikat ke belakang dan kedua mata ditutup kain, lalu disiksa di tengah hutan Dusun Prekedan, Desa Samaran, Kecamatan Tambelangan, Kabupaten Sampang, Madura.

Saat ditemukan pertama kali terkapar di jalanan setapak hutan tersebut, anaknya masih bernapas bahkan sempat berkomunikasi secara terbatas hingga akhirnya memunculkan ucapan terakhir yang berhasil di dengar para saksi.

Baca juga: Punya 4 Anak dari 3 Suami Berbeda, Ibu di Banyuwangi Kubur Bayinya Karena Malu dengan Tetangga

"Dia minta tolong, berdiri jatuh berdiri jatuh. Kita cuma dapat cerita dari orang-orang sana."

"Kita enggak tahu detailnya. Kata Polisi, katanya dia bilang; aku disekap. Engga tahu sama Polisi atau warga yang ngomong, intinya dia bilang; aku disekap di dalam mobil," katanya.

Kendati demikian, Bambang mengaku tidak mengetahui pasti dugaan motif pelaku yang begitu tega menghabisi nyawa anaknya sedemikian rupa.

Jikalau pelaku mengincar harta benda milik sang anak, nyatanya sang anak tidak memiliki banyak uang ataupun perhiasan.

Beberapa benda seperti gelang dan kalung pada tubuh anaknya, juga sebatas asesoris, bukanlah perhiasan berharga.

Anehnya, kalung asesoris pada leher anaknya hilang. Tapi gelang pada tangan kanan sang anak, masih melekat.

Selain kalung, motor Honda Revo butut yang biasa dikendarai oleh sang anak juga hilang.

"Barang hilang semua. Cuma ada gelang pernak pernik anak muda."

"Di leher biasanya ada kalung, tapi enggak ada saat itu. Itu kalung asesoris biasa," katanya.

Kemudian, jikalau memang terdapat motif lain non-materiil, seperti dendam, misalnya. Bambang juga meragukan dugaan tersebut.

Pasalnya, ia meyakini bahwa kepribadian sang anak yang cenderung pendiam dan penurut, perlahan-lahan menggugurkan dugaan tersebut.

Anaknya itu juga tak pernah bepergian terlalu jauh dari rumah. Untuk sekadar nongkrong, anak itu, kerap pergi ke rumah teman di samping rumah.

"Dia enggak pernah ke Madura. Baru pertama kali ini ke Madura."

"Makanya saya belum tahu, antara penculikan dan dijebak gitu. Itu saja. Karena semua identitas hilang," pungkasnya.

Sementara itu, Tante Galang, Titik menceritakan Galang sudah kehilangan sosok ibundanya sejak berusia sembilan tahun, karena ibu kandungnya berpisah dari ayahandanya.

Pada usia sekecil itu, Galang juga harus membantu merawat dua adik kandung kembar yang saat itu berusia enam tahun.

Selain itu, Galang juga kerap kali mengurus dan menyiapkan keperluan ayahandanya di rumah.

Kebiasaan itu harus dilakukannya, karena ayahandanya; Bambang, merupakan disabilitas tunadaksa.

Kecelakaan lalu lintas beberapa tahun lalu, merenggut kedua lengan tangannya.

Itulah mengapa, Galang tak bisa berlama-lama pergi dari rumah, selama ini berperan penting di rumah.

"Kalau pun dia keluar rumah 1-2 jam, enggak akan jauh. Karena dia mengurus adik dan ayahandanya. Semua Galang," ujar Titik.

Mengenai motif pelaku menghabisi Galang, Titik juga mengaku bingung dibuatnya.

Ia juga tak bisa menerka-nerka motif yang melatarbelakangi perbuatan pelaku yang sedemikian keji.

Namun, satu hal yang diyakini oleh Titik, keponakannya itu dibunuh secara berencana.

Ia menduga, sang keponakan dijemput, disekap dan disiksa dengan cara-cara sadis, lalu dibuang di hutan tersebut.

"Itu hutan, banyak orang yang asli sana gak berani ke lokasi itu. Tapi itu sudah pembunuhan berencana," pungkasnya.

Sebelumnya, Kasi Humas Polres Sampang AKP Eko Puji Waluyo mengatakan, informasi pertama diterima dari laporan masyarakat yang melihat keberadaan korban dalam keadaan tidak berdaya.

"Petugas langsung menuju lokasi dan memastikan kondisi korban," ujarnya saat dihubungi SURYAMALANG.COM, Minggu (2/11/2025).

Setibanya petugas di lokasi, korban masih dalam keadaan hidup.

Petugas kemudian mengevakuasi dan membawanya ke Puskesmas Tambelangan untuk mendapatkan pertolongan medis. Namun, upaya tersebut tidak bertahan lama.

Dari hasil pemeriksaan awal, korban mengalami sejumlah luka serius pada beberapa bagian tubuhnya.

Di antaranya, luka robek pada lengan kiri, luka pada perut samping kiri, luka pada wajah bagian kanan, luka pada tengkuk leher, dan luka pada punggung dan bahu.

Petugas juga mengamankan beberapa barang bukti dari lokasi penemuan, yakni pakaian korban, sobekan kain yang digunakan untuk mengikat tangan, serta kain penutup mata.

"Pada pukul 16.03 WIB, korban dinyatakan meninggal dunia oleh tenaga kesehatan di Puskesmas Tambelangan," terang AKP Eko.

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved