SD Al Ya’Lu Kota Malang Sudah Mandiri Bikin Program Makan Bergizi Gratis Aman dan Organik Sejak 2003

SURYAMALANG.COM, MALANG - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dari pemerintah akhir-akhir ini menuai banyak perbincangan publik.

Pasalnya, banyak kasus penerapan MBG di sejumlah daerah yang justru mengancam kesehatan siswa.

Tak sedikit siswa di sejumlah daerah yang keracunan akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Untuk di Malang Raya, kasus keracunan MBG pernah terjadi di Kota Batu.

Sementara di Kota Malang dan Kabupaten Malang, masih nihil akan kasus keracunan MBG ini.

Pemerintah menciptakan MBG ini sebagai upaya untuk menciptakan generasi sehat dan berdaya saing.

Namun, beberapa sekolah di Malang sudah lebih dulu menerapkan konsep ini secara mandiri dengan inovasi berbasis pangan organik.

Seperti yang dilakukan di SD Al Ya’Lu Kota Malang yang terletak tak jauh dari Terminal Arjosari Kota Malang.

Baca juga: 2 Tersangka Korupsi Pengadaan Tanah Polinema Dilimpahkan, JPU Kejari Kota Malang Susun Nota Dakwaan

Menurut Kepala Sekolah, Purnomosidi, penyediaan makanan bergizi di sekolahnya telah menjadi bagian dari sistem pendidikan sejak awal berdiri.

Tak hanya berfokus pada menu sehat, pihak sekolah juga menjalin kerja sama dengan Universitas Brawijaya (UB) dan para petani lokal untuk memastikan bahan makanan yang digunakan berasal dari sumber organik.

"Asupan bergizi menjadi bagian penting dari pendidikan di SD Al Ya’Lu."

"Kami memiliki kebun organik sendiri, dan untuk kebutuhan tambahan, kami bekerja sama dengan UB serta kelompok petani organik," ujarnya saat ditemui SURYAMALANG.COM, Rabu (1/10/2025).

Dalam penyediaan makanan, kantin sekolah dikelola langsung oleh yayasan dengan kontrol gizi yang ketat dari tim UKS dan dokter rekanan.

Setiap menu yang disajikan telah disesuaikan dengan kebutuhan kalori anak didik, serta dipantau kandungan gizinya setiap hari.

"Kami memiliki tim dokter rekanan dan UKS yang memastikan setiap kudapan sesuai kebutuhan gizi siswa."

"Jadi orang tua pun bisa memantau asupan anak di sekolah,” imbuhnya.

Purnomo menyebut, meski sekolahnya belum masuk dalam daftar penerima MBG dari pemerintah, pihaknya tetap mendukung program tersebut sebagai langkah baik untuk memastikan semua siswa di Kota Malang mendapatkan akses gizi seimbang.

"Dua pekan lalu, kami sempat mendapatkan form dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang soal MBG ini."

"Tapi ya gak kami isi, karena kami sudah menerapkan MBG ini sejak lama," ujarnya.

Ia mengatakan, kendala yang dihadapi dalam penerapan MBG ini ialah akan kemauan siswa dalam mengkonsumsi buah dan sayur.

Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri untuk mengajak para siswa agar mau mengkonsumsi buah dan sayur yang kaya akan nutrisi.

"Ya memang itu menjadi tantangan bagi kami. Tapi kami punya cara, agar bagaiamana anak-anak ini pada akhirnya mau untuk mengkonsumsi buah dan sayur," ujarnya.

Program MBG di Yayasan Al Ya'Lu tak hanya menyasar siswa SD saja. Tetapi siswa SMP.

Pemberian MBG dilaksanakan setiap Senin-Jumat, karena mereka pulang sekolah sampai pukul 15.00 WIB.

Sedangkan, untuk Sabtu, tidak ada MBG, lantaran siswa sudah pulang pada pukul 11.30 WIB.

"Selain MBG, juga ada Snack, biasanya kami berikan di pagi hari."

"Snack yang kami berikan juga bukan sembarangan. Biasanya kami berikan makanan tradisional, seperti Ronde, Bubur hingga Kacang Ijo, agar anak-anak ini tahu makanan khas tradisional," tandasnya.