Kelas Digital Malang Raya

Anggota DPRD Kota Malang Suryadi Tekankan Etika Jadi Fondasi di Tengah Digitalisasi Pendidikan

Anggota Komisi D DPRD Kota Malang, Suryadi, menegaskan, penerapan digitalisasi di dunia pendidikan harus tetap dibarengi penguatan nilai etika moral

Penulis: Benni Indo | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM/Purwanto
PENGGUNAAN IFP - Siswa melakukan pembelajaran menggunakan Interactive Flat Planel (IFP) di Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Mangunrejo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Kamis (9/10/2025). 

SURYAMALANG.COM, MALANG – Anggota Komisi D DPRD Kota Malang, Suryadi, menegaskan bahwa penerapan digitalisasi dalam dunia pendidikan harus tetap dibarengi dengan penguatan nilai etika dan moral.

Hal ini disampaikannya menanggapi program pemerintah pusat yang mendorong penggunaan Interactive Flat Panel (IFP) sebagai media pembelajaran modern di sekolah-sekolah.

Menurut Suryadi, transformasi pembelajaran berbasis digital memang menjadi keniscayaan di era saat ini.

Kota Malang, yang dikenal sebagai Kota Pendidikan, juga telah mulai menyesuaikan diri dengan inovasi teknologi di bidang pendidikan.

“Pendidikan memang mengarah ke digitalisasi, dan inovasi guru juga sudah ke sana. Hanya saja fasilitasnya belum sepenuhnya terpenuhi. Kalau itu perintah dari pemerintah pusat, ya mau tidak mau kita gunakan, sambil menyesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah,” ujarnya, Minggu (12/10/2025).

Suryadi menegaskan, alokasi anggaran pendidikan di Kota Malang telah melampaui ketentuan nasional, yakni mencapai 27 persen dari APBD, melebihi batas minimal 20 persen.

Ia juga menyinggung pengalaman Kota Malang dalam menyediakan fasilitas internet hingga tingkat RW pada masa pandemi Covid-19, yang menjadi cikal bakal penerapan pembelajaran berbasis digital.

Sehingga sangat kecil kemungkinan ada daerah yang tak terjangkau internet.

Namun, di tengah kemajuan teknologi tersebut, Suryadi mengingatkan pentingnya mengedepankan pendidikan karakter dan etika digital bagi peserta didik.

“Hari ini eranya digitalisasi, mau tidak mau harus menyesuaikan. Tapi proses pembelajaran ini soal etika harus dikedepankan. Ilmu tanpa etika bagaikan kehidupan tanpa arah,” tegasnya.

Politikus yang membidangi pendidikan ini menilai, pengawasan terhadap anak di era keterbukaan digital tidak bisa sepenuhnya diserahkan kepada guru.

Ia menilai, peran orang tua dan masyarakat sekitar harus ikut aktif agar generasi muda tidak “terjajah” oleh arus digitalisasi yang tidak terkendali.

“Guru punya keterbatasan. Maka peran orang tua dan lingkungan sekitar penting, agar anak-anak tidak terjebak dalam jajahan digital. Harus ada keseimbangan antara pendidikan umum, agama, dan nilai moral,” paparnya.

Suryadi menambahkan, semangat menjadikan Malang sebagai Kota Pendidikan harus dimaknai lebih luas, yakni menjadikan setiap ruang publik sebagai tempat belajar yang membentuk karakter dan kecerdasan anak bangsa.

“Ketika kita mendeklarasikan Kota Pendidikan, maka belajar tidak hanya di ruang kelas. Di perpustakaan, taman, dan ruang publik pun bisa menjadi sarana pendidikan yang membangun etika dan wawasan,” ujarnya.

Ia menutup dengan harapan agar seluruh program pendidikan, termasuk penerapan IFP dan program Makanan Bergizi Gratis (MBG), dapat dijalankan seimbang, antara kemajuan teknologi dan pembentukan karakter generasi emas di Kota Malang. (Benni Indo)

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved