Said Abdullah : Prabowo Subianto Konsisten dengan Sistem Pertahanan Semesta

Doktrin pertahanan yang diajukan oleh Prabowo Subianto tidak bergeser dari sistem pertahanan semesta

Editor: Eko Darmoko
PDIP
Said Abdullah, Ketua DPP PDI Perjuangan. 

Saat Iran perang dengan Israel, Rusia dan Tiongkok menjadi sandaran untuk membantu peralatan perang, serta diplomasi di Dewan Keamanan PBB.

Demikian pula saat Presiden Bashar al Assad di gulingkan oleh proxy nya Amerika Serikat, Rusia memberi tempat perlindungan bagi Bassar al Assad dan keluarganya.

Cerita di atas memperlihatkan, kekuatan internasional bergeser dari dominasi sekutu, perlahan lahan menuju “bipolar” kembali namun basisnya pragmatisme, bukan lagi ideologi.

Uniknya, Amerika Serikat tidak lagi solid dengan sebagian sekutunya. Amerika Serikat memusuhi sekutu terdekatnya seperti Inggris, Perancis, dan Kanada melalui kebijakan tarif dagang.

Amerika Serikat juga ditinggalkan sekutunya ketika membela Israel, dengan mengakui keberadaan Negara Palestina, sebagai solusi dua negara atas penjajahan yang dilakukan Israel terhadap Palestina.

Presiden Prabowo Subianto
Presiden Prabowo Subianto (Instagram @presidenrepublikindonesia)

Pertahanan Kita

Dengan tatanan geopolitik di atas, bagaimana kita merumuskan pertahanan negara?

Apakah kita cukup puas dengan penobatan sebagai kekuatan militer tekuat di ASEAN, dan peringkat 13 dunia oleh Global Firepower? Jawabannya tentu bukan soal puas dan tidak puas.

Tetapi yang kita perlukan menganalisis kembali, apakah sistem pertahanan, dan apakah jalan kita menuju Minimum Essential Force (MEF) sudah on the track?

Doktrin pertahanan yang diajukan oleh Presiden Prabowo Subianto tidak bergeser dari sistem pertahanan semesta.

Sistem pertahanan semesta dirumuskan oleh Jenderal AH Nasution, dalam Bukunya Pokok Pokok Gerilya.

Sifat dari sistem pertahanan semesta melibatkan seluruh rakyat dan sumber daya nasional dalam membangun pertahanan.

TNI dan Polri sebagai kekuatan pertahanan dan keamanan utama, yang di topang oleh partisipasi aktif rakyat terlatih dalam bela negara.

Doktrin ini masih sangat relevan, sebab dunia kini tidak hanya mengarah pada perang konvensional, tetapi juga ada perang politik, ekonomi, budaya dan cyber.

Dalam perang non konvensional, TNI dan Polri tentu ada keterbatasan. Oleh sebab itu diperlukan dukungan rakyat terlatih, kaum profesional yang ahli di bidangnya masing masing, terintegrasi dengan kekuatan TNI dan Polri.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved