Said Abdullah : Prabowo Subianto Konsisten dengan Sistem Pertahanan Semesta

Doktrin pertahanan yang diajukan oleh Prabowo Subianto tidak bergeser dari sistem pertahanan semesta

Editor: Eko Darmoko
PDIP
Said Abdullah, Ketua DPP PDI Perjuangan. 

Walaupun medan perang mutakhir sudah multifront, tidak serta merta kekuatan pertahanan konvensional tidak diperlukan.

Karena itu, MEF TNI diperlukan sebagai alat konfirmasi, apakah TNI sudah mampu memenuhi kebutuhan pokok minimum pertahanan yang ideal?

Untuk memenuhi MEF TNI, dibutuhkan dukungan pengembangan organisasi, kemampuan industri militer, dukungan anggaran, dan profesionalitas prajurit.

Dari sisi organisasi, sejak Presiden Prabowo Subianto menjadi Menteri Pertahanan, beliau telah membentuk enam Komando Daerah Militer baru, 14 Komando Daerah Angkatan Laut, tiga Komando Daerah Angkatan Udara, satu Komando Operasi Udara, enam grup Komando Pasukan Khusus, 20 Brigade Teritorial Pembangunan, satu Brigade Infanteri Marinir, satu Resimen Korps Pasukan Gerak Cepat, 100 Batalion Teritorial.

Pembangunan lima Batalion Infanteri Marinir, dan lima batalion Komando Korps Pasukan Gerak Cepat.

Industri nasional yang menopang kebutuhan alat pertahanan (alutsista) juga berkembang. Kita telah memiliki PT PAL yang mampu membuat kapal perang, kita memiliki PT Pindad yang memproduksi tank, senapan tempur, dan arteleri berat lainnya. Kita juga memiliki proyek pengembangan pesawat tempur dengan Korea Selatan untuk pengembangan pesawat tempur generasi 4.5 berkode KAI KF 21 Boramae.

Prototipe sudah ada, dan sempat uji coba, entah kenapa lajunya proyek ini lambat sekali.

Intinya, industri pertahanan nasional kita perlukan untuk membangun kemandirian alat pertahanan nasional.

Dari sisi anggaran, kami di Badan Anggaran DPR selalu mendukung kebutuhan anggaran TNI untuk mencapai MEF.

Jika dibandingkan dengan kebutuhan anggaran negara negara maju dengan kekuatan militer canggih, alokasi anggaran pertahanan Indonesia memang masih rendah.

Defend Budget Rank 2025 yang di rilis oleh Global Firepower menempatkan Indonesia di urutan 29, di bawah Singapura di urutan 26.

Tentu ini belum ideal mendukung MEF, karena keterbatasan fiskal kita. Kedepan kita perkuat kebutuhan anggaran pertahanan, sejalan dengan upaya penyehatan fiskal.

Terakhir, profesionalitas prajurit TNI menjadi modal penting bagi TNI membangun kekuatan pertahanan. Profesionalitas TNI berarti netral dari politik praktis, sebaliknya politisi sipil tidak menarik TNI ke arena politik.

TNI hanya berada pada kebijakan politik pertahanan negara. Profesional TNI juga berarti prajurit TNI mampu memenuhi kecakapan mengemban tugas pertahanan.

Secara individual, prajurit TNI memiliki kemampuan tempur terlatih, disiplin, loyal dan setia pada janji sapta marga. TNI dibangun dengan merit sistem yang ketat, prestasi menjadi acuan kenaikan pangkat.

Bravo, Dirgahayu ke-80 TNI. Jadilah patriot bangsa gagah berani.

 

Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved