Anak Menkeu Purbaya Ngamuk Tahu Pegawai Pajak Main Meme Coin, Yudo Sadewa: Kurang Ajar, Itu Judi!

Anak Menkeu Purbaya, Yudo Sadewa ngamuk setelah membongkar aksi pegawai pajak bermain meme coin.

Penulis: Frida Anjani | Editor: Frida Anjani
Instagram Yudo Sadewa
EMOSI - Anak Menkeu Purbaya, Yudo Sadewa emosi usai membongkar aksi pegawai pajak bermain meme coin. 

 

Ringkasan Berita:
  • Yudo Sadewa, putra Menteri Keuangan, mengungkap kemarahan terhadap seorang pegawai pajak yang terlibat dalam aktivitas spekulatif kripto, khususnya memecoin, dan praktik curang rug pull.
  • Yudo menyebut tindakan tersebut tidak profesional dan mencoreng nama baik aparatur negara, terutama di sektor keuangan publik.
  • Ia menegaskan bahwa pegawai pajak tidak boleh berspekulasi dengan aset digital berisiko tinggi karena mereka mengelola dana rakyat.

 

SURYAMALANG.COM- Nama anak Menkeu Purbaya,Yudo Sadewa mendadak menjadi sorotan setelah mengungkap kemarahan terhadap sikap pegawai pajak

Anak Menkeu Purbaya, Yudo Sadewa ngamuk setelah membongkar aksi pegawai pajak bermain meme coin.

Tak hanya bermain meme coin, bahkan pegawai pajak itu juga  terlibat dalam praktik rug pull sebuah skema curang yang kerap merugikan investor di dunia kripto.

Dalam unggahan yang viral di media sosial dan dibagikan ulang oleh akun komunitas kripto @cryptowaveid, Yudo menyebut perilaku tersebut sebagai tindakan tidak profesional dan mencoreng nama baik aparatur negara, terutama mereka yang bekerja di sektor keuangan publik.

Dalam postingannya, Yudo tampak geram dan kecewa atas tindakan sang pegawai yang bermain-main dengan aset digital berisiko tinggi di waktu seharusnya bekerja melayani masyarakat.

“Ini sih udah kurang ajar banget,” tulis Yudo dalam keterangannya yang bernada tegas dan penuh kekesalan.

Menurut Yudo, perilaku seperti itu mencoreng citra aparatur negara, terlebih mereka yang bekerja di sektor keuangan publik dan diharapkan menjadi contoh integritas.

Ia menegaskan, pegawai pajak seharusnya menunjukkan tanggung jawab moral yang tinggi karena mereka mengelola dana rakyat bukan malah berspekulasi dengan aset kripto yang tidak stabil.

Yudo juga menyatakan bahwa dirinya sama sekali tidak akan mentolerir perilaku semacam itu di lingkungan lembaga keuangan negara.

“Emang dia nggak tahu anaknya Kemenkeu main meme coin? Kalau pegawai pajak main saya pecat, tapi kalau masyarakat sipil silakan. Tidak ada degen di pajak dan cukai,” ujar Yudo, menegaskan sikap kerasnya terhadap oknum tersebut.

Pernyataan itu langsung menuai beragam reaksi dari warganet, mulai dari dukungan atas ketegasan Yudo hingga perdebatan soal etika pegawai publik di era digital.

Baca juga: Pindah ke IKN Duluan Saja Respons Purbaya Saat DPD Keluhkan Ruangan Sempit, Tepis Isu Kota Hantu

Sebagai informasi, memecoin merupakan jenis mata uang kripto yang lahir dari meme atau tren internet—seperti Dogecoin dan Shiba Inu yang sering viral di media sosial.

Namun, di balik popularitasnya, memecoin dikenal sangat berisiko tinggi karena nilainya mudah dimanipulasi dan kerap dijadikan alat untuk praktik curang seperti rug pull.

Dalam skema rug pull, pengembang atau pemegang mayoritas token menarik seluruh dana investor secara mendadak. Akibatnya, nilai koin anjlok tajam dan investor menderita kerugian besar.

Fenomena semacam ini sering disebut sebagai modus penipuan terselubung di balik kedok investasi digital.

Yudo pun menilai bahwa keterlibatan pegawai pajak dalam aktivitas seperti itu sama saja dengan berjudi menggunakan uang dan kepercayaan publik, hal yang menurutnya jelas tidak bisa diterima.

“Main memecoin itu rawan rug pull. Anda sedang berjudi dengan memecoin,” tambah Yudo dengan nada peringatan keras.

Ia menegaskan, pegawai negeri terutama di sektor strategis seperti perpajakan dan cukai—tidak seharusnya ikut dalam kegiatan spekulatif yang bisa merusak reputasi instansi.

Menurut Yudo, sudah sepatutnya aparatur publik menjadi teladan dalam menjaga profesionalitas dan transparansi di tengah pesatnya perkembangan teknologi finansial.

Pernyataannya pun menjadi peringatan keras bagi seluruh ASN, agar lebih berhati-hati dalam beraktivitas di dunia maya, khususnya yang berkaitan dengan aset digital.

Lebih dari sekadar kritik terhadap individu, langkah Yudo juga dinilai sebagai seruan moral bagi generasi muda untuk memahami risiko dan etika berinvestasi di dunia kripto.

Dengan gaya bicara yang lugas, Yudo berhasil memantik diskusi luas tentang integritas aparatur negara di era digital serta pentingnya pengawasan terhadap aktivitas finansial mereka di luar jam kerja.

Baca juga: Menkeu Purbaya Blak-blakan Soal Kebijakan Ekonomi Era Jokowi dan Sri Mulyani, Ada Perbedaan Mazhab

Yudo Sebut Akan Ada Krisis Ekonomi Besar

Dalam unggahan terbarunya, Yudo dengan tegas menyebut bahwa Indonesia akan dilanda krisis besar dalam dua tahun ke depan. Ia pun memperingatkan masyarakat agar mulai bersiap sejak sekarang.

Menurut Yudo, cara terbaik menghadapi situasi itu adalah dengan berinvestasi sejak dini, supaya masyarakat tidak terpuruk ketika badai ekonomi datang.

Unggahan tersebut langsung memicu diskusi hangat di berbagai platform. Banyak yang menilai pandangannya menarik, apalagi ini bukan pertama kalinya Yudo membuat pernyataan yang ramai diperbincangkan.

Sebelumnya, Yudo pernah jadi pusat perhatian setelah menyinggung mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani. Dalam salah satu unggahannya, ia bahkan menulis hal yang cukup kontroversial.

“Alhamdulillah ayahku menyingkirkan Agen CIA Amerika yang menyamar jadi menteri,” tulis Yudo dengan nada bangga setelah Purbaya resmi dilantik sebagai Menteri Keuangan.

Pernyataan itu sempat menuai pro dan kontra. Meski begitu, Yudo tampak tidak gentar menghadapi berbagai komentar dari publik.

Kini, ia kembali aktif di media sosial. Kali ini, Yudo menyoroti siklus krisis ekonomi di Indonesia.

Dalam video yang diunggah ke akun TikTok-nya, ia menjelaskan bahwa krisis ekonomi datang secara berkala.

“Gua pengin kasih tau ke kalian semua yah, bahwa setiap 7, 8, hingga 10 tahun sekali pasti ada krisis,” ujarnya meyakinkan para pengikutnya.
Yudo kemudian mencoba menghitung pola tersebut berdasarkan peristiwa besar yang pernah terjadi.

Menurutnya, krisis besar pertama terjadi pada tahun 2000 yang dikenal dengan istilah dot com bubble.

“Krisi tahun 2000 itu dot com double,” katanya sambil menjelaskan bahwa peristiwa itu berdampak luas terhadap pasar global.
Delapan tahun kemudian, kata Yudo, Indonesia kembali diguncang krisis perumahan yang terjadi sekitar tahun 2008 hingga 2010.

Baca juga: Saya Nggak Tertarik Purbaya Menolak Tegas Kabar Diajak Gabung Partai Politik, Begini Respons PAN

“2008, 8 tahun, ada yang namanya krisis perumahan sampai 2010,” ujar Yudo.

Ia juga menambahkan bahwa setelah periode itu, Indonesia sempat menikmati masa stabil selama satu dekade penuh.

“2010 sampai 2020, 10 tahun gak ada krisis,” katanya menggambarkan kondisi ekonomi yang relatif tenang.
Namun, ketenangan itu tak bertahan lama. Menurut Yudo, pada tahun 2020 dunia, termasuk Indonesia, kembali diguncang pandemi Covid-19 yang memukul semua sektor.

“2020 ada pandemi virus corona, krisi lagi, sampai 2022,” katanya menutup analisisnya.

Dari pola itu, Yudo memperkirakan krisis berikutnya akan datang sekitar dua tahun lagi, sehingga masyarakat perlu bersiap sejak sekarang.

Prediksi tersebut membuat banyak warganet mulai memperhatikan pandangannya sebagai ekonom muda yang juga anak seorang menteri.

Bagi Yudo, peringatannya bukan untuk menakut-nakuti, tetapi sebagai ajakan agar masyarakat lebih sadar pentingnya perencanaan keuangan dan investasi yang cerdas demi menghadapi masa depan yang tidak pasti.

(SURYAMALANG.COM/BANGKAPOS.COM)

 

Ikuti saluran SURYAMALANG di >>>>> WhatsApp 

Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved